Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

When You Say Nothing At All

6 September 2020   19:33 Diperbarui: 6 September 2020   19:33 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER GAMABR: DOKUMEN PRIBADI

"When you say nothing at all", sebaris lirik lagu yang dinyanyikan oleh Ronan Keating, membuat lamunan saat hujan lebat, ambyar. Dentuman petir dan kilatan cahaya dari luar rumah membuat jantung serasa mau copot. Gemuruh dilangit belum berhenti, walau hujan sudah mulai reda. Ikut bersenandung dalam hati mengikuti irama "when you say nothing at all" Sampai tiga kali.

Tertegun sejenak memaknai lirik tersebut, "Engkau menjadi yang terbaik, ketika tidak berkata sama sekali". Teringat juga saat pernah menonton film lawas "Hitch".Will Smith sering berkata "listen and respond." Hubungkan lagi dengan konsep selling ,"talkactive".Dalam konsep 'selling' penjual harus lebih banyak berbicara tentang 'product of knowledge'.

Lirik agu Ronand Keating, nasihat Will Smith, dan konsep 'selling' mempunyai relavansi menurut sudut pandang saya.

Kembali ke filosofi penciptaan anggota tubuh manusia. Tuhan telah ciptakan dua telinga untuk keseimbangan dan satu mulut. Dimana dua telinga dan satu mulut mengandung filosofi,agar lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Karena mendengar menurut saya adalah anaknya dari 'empati'. Empati itu bersemayam dalam hati. Empati itu lebih memainkan otak kanan daripada otak kiri yang cenderung 'self centric'.sedang otak kanan lebih ke "other centric".

Makanya saat mendengar cerita orang, terkadang kita bisa berurai air mata dan terbawa ke dalam dunia yang diceritakannya. Saat kita berporos pada empati, maka kita akan mampu menilik lebih jauh sebuah argumen.

Saat ini, empati merupakan salah satu komoditas langka.Empati sudah mulai tergerus oleh zaman, terlindas oleh teknologi. Teknologi jadi kambing hitam yang telah menyebabkan empati itu mulai menipis.

Maksudnya begini,"otak kiri hanya sebatas memahami apa yang diceritakan orang, sedangkan otak kanan memahami bagaimana sesuatu itu dikatakan. Makanya otak kanan cenderung dapat merespon isyarat non verbal seperti:ekspresi wajah dan intonasi suara.

Salah satu keunggulan manusia adalah memiliki ekpresi ya g kompleks.contohnya saja saat berfoto,manusia bisa menampilkan kebohongan, tersenyum dibalik kamera, namun ekspresi tidak bisa dibohongi. Sudah pasti hasilnya dak bagus-bagus amat. Makanya manusia dapat memainkan sinetron dengan beragam ekpresi.

Kembali ketiga contoh perumpamaan tadi, lirik lagu Ronand keating, film "Hitch" ,dan konsep 'selling'. Sisi lain manusia dituntut untuk talkaktive, bukan berarti harus menutup kedua telinga ,dan terus saja berbicara.Menjadi pendengar yang baik, akan menjadikan kita mendapatkan masukan positif dari lawan bicara.

Bukan berarti penjual harus berbicara terus agar pembeli mau membeli, sisi lain saat penjual mendengarkan konsumen, Maka penjual akan mendapatkan input yang baik produk apa sebenarnya yang dibutuhkan konsumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun