Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

20 Menit Bersama Sopir Taksi Wanita

9 Januari 2017   22:40 Diperbarui: 11 Januari 2017   03:00 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Menjadi sopir taksi di daerah saya dan di tegah-tengah kondisi perekonomian sekarang. Harga barang pokok naik, jumlah kendaraan bermotor khususnya roda dua semakin bertambah. Taksi dipilih hanya sebagai alternatif saja. Seperti yangs aya alami disaat itu. Saya naik taksi karena tidak sanggup dengan cuaca yang sangat panas. Padahal kalau naik taksi saya akan dikenai ongkos maksimun Rp. 60 ribu. Kalau naik Bus Trans paling Rp. 4.000/org. Jumlah yang sangat jauh perbedaanya.

Bagaimana caranya sehingga anak-anak ibu bisa sekolah di sekolah favorit? padahal uang sekolahnya lumayan besar. Kemudidan saya balik bertanya.

Tanpa merasa terganggu dengan pertanyaan saya, si ibu kemdian menjelaskan  ke saya sambil mengendari kendaraan ke arah rumah saya.

Sederhana saja bu, dalam 1 hari berapa pendapatan bersih saya 30% nya saya tabungkan. Sisanya untuk kebutuhan sehari-hari. Misalnya kalau dalam 1 hari saya dapat bonus Rp. 100.000,- maka Rp. 30.000 saya tabungkan, untuk beasiswa anak –anak saya.

Walau saya seorang sopir taksi , saya mempunyai mimpi anak-anak saya menjadi dokter dan orang hebat, dan tidak seperti saya.

Saya terdiam seketika, namun dengan cepat saya menimpali kembali perkataannya. Ibu, ibu adalah seorang ibu yang super hebat. Saya mengacungkan kedua jempol saya ke arah si ibu, disaat taksi mau memasuki gerbang komplek rumah saya.

Ibu adalah seorang single parent yang sangat mencintai dan menghormati suami ibu. Ibu sudah menjaga amanah suami ibu dengan sangat baik. Jangan bilang ibu tidak ada apa-apanya.

Di zaman modern sekarang banyak ibu-ibu yang ingin hidupnya senang saja. Dan sibuk dengan dirinya sendiri. dengan fasilitas yang diberikan oleh suaminya mereka gunakan untuk wara wiri.

Seratus jempol untuk ibu, ibu seorang yang mulia, semoga Allah SWT memberikan limpahan kasih sayang, dan razekinya kepada orang-orang seperti ibu. Bekeja mulia demi masa depan anak anak titipan suami.

Dengan mengambil kembalian uang yang diberikan si ibu, saya pamit mau turun taksi.

Sambil membuka pintu rumah saya malah berfikir terus menerus, apa yang sudah saya perbuat untuk menghantarkan anak-anak saya ke masa depan yang lebih baik, dengan memberikan fasilitas pendidikan yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun