Mohon tunggu...
Ayu Agustina
Ayu Agustina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mikirnya simple, gak suka ribet, suka to the point kalo ngomong, benci basa-basi...hobi nonton bioskop sendiri...suka tantangan :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gerak Lebih Cepat: Optimalkan Usia Dini dengan Kerja Keras dan Berani Ambil Kesempatan

27 November 2014   07:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_356354" align="aligncenter" width="426" caption="DOKUMEN PRIBADI"][/caption]

Tahun 2009 dimana aku harus melepas sebutan sebagai pelajar, dan menjalani hidup yang benar-benar hidup, maksudnya jika selama jadi pelajar seluruh kebutuhan diri disubsidi orangtua, tapi sekarang aku harus belajar mandiri, seperti mulai mencari nafkah, sampai memenuhi kebutuhan sendiri, sukur-sukur bisa memberi ke orangtua.

Setelah lulus SMK aku berniat bekerja sambil kuliah, niat ini sama seperti teman-temanku yang lain, hanya yang membedakan tempat kuliah kami. Ijazah asli sudah turun, aku secara beramai-ramai mencari pekerjaan, lucunya jika ada lowongan di satu tempat kami pasti datang gerombolan, benar-benar masih cupu. Lama-kelamaan aku lelah karena harus bersama teman-temanku. Aku memutuskan untuk mencari pekerjaan dengan usahaku sendiri, cara yang kulakukan membeli koran yang menyediakan lowongan pekerjaan, salah satunya Koran Kompas. Sekali mengirim lowongan ke kantor pos bisa lebih dari 20 amplop, sayangnya sudah hampir sebulan belum ada panggilan untukku, pekerjaan yang aku lamar tidak pernah jauh dari jurusanku Akuntansi, banyak yang bilang sulit untuk bekerja di kantor kalau tidak ada orang dalam, atau sulit karena baru lulus, rata-rata yang dicari sudah pengalaman. Tapi itu semua aku acuhkan, mana aku tahu jika belum mencoba, apa aku harus kalah sebelum berperang? Oh tidak, itu bukan mentalku.

Suatu hari, Ibu memberitahu bahwa ada lowongan di salah satu swalayan, menjadi SPG. Aku menolak, tapi dengan paksaan ibu, akhirnya aku mencoba bersama anak tetangga yang baru lulus juga. Besoknya aku berada di kantor pusat swalayan tersebut, dan aku benar-benar tidak nyaman, karena mengenakan rok mini walaupun sudah memakai stoking hitam, pakaian putih ketat, make up tebal, ditambah lagi mataku yang terus berair karena belum terbiasa menggunakan bulu mata dan maskara. Dalam ruang tunggu ada banyak, dan mereka semua cantik-cantik, langsing, tidak seperti aku yang agak sedikit berisi.  Staff HRD memanggil kami semua untuk ke ruangan lain, disana kami duduk berjajar. Aku ingat nama staff HRD saat itu Ibu Shinta, Ibu Shinta mulai menjelaskan bagaimana menawarkan produk, dan proses-proses menarik konsumen, cukup panjang Ibu Shinta menjelaskan, dan kami disuruh memperhatikan karena ini akan menjadi bahan pertanyaan. Setelah selesai, Ibu Shinta mulai memberi pertanyaan, dan tiap kami diwajibkan menjawab dan memberi kesimpulan sendiri, bukan bermaksud sombong, saat itu aku peserta yang paling menjawab dan lengkap, bahkan jika ada jawaban peserta yang kurang, aku selalu ditunjuk untuk melengkapinya, melihat hal ini aku yakin pasti diterima. Ternyata aku ditolak oleh petinggi dari swalayan tersebut, mau tahu karena alasan apa? Karena fisikku tidak menarik, dan  tidak tinggi, hancur semangatku, baru lulus sekolah sudah mendapat perlakuan seperti ini, tapi Ibu Shinta memberi aku kesempatan selama 1 bulan untuk menguruskan badanku, entah mengapa aku sudah tidak semangat lagi. Anak tetanggaku diterima bekerja, sedangkan aku tidak malah disuruh diet.

Besoknya aku berjuang kembali mencari pekerjaan, tidak menyerah. Handphoneku berdering, nomer tidak terdaftar di kontak, ternyata itu panggilan kerja, jaraknya tidak jauh dari rumah, posisinya bukan sebagai SPG tapi Administrasi, ingin loncat rasanya dan berteriak ada panggilan interview. Aku benar-benar deg-deggan, tiap malam aku membuka buku pelajaran komputer dan Akuntansi, takut jika tesnya tentang komputer Akuntansi, walaupun baru lulus, otakku tidak boleh kosong dari teori. Esok paginya aku datang, kantornya terletak di komplek industri, terdiri dari 3 ruko yang memiliki 2 tingkat. Disana hanya ada 1 orang wanita yang sama-sama menunggu wawancara, dia lulusan D3, duh minder jadinya, saya Cuma lulusan SMK kemarin. Alhamdulillah akhirnya aku diterima sebagai posisi Administrasi bersama wanita lulusan D3 tadi.

Aku banyak belajar ditempat pekerjaan pertamaku ini, aku melakukan apapun yang diperintah, jika disuruh membuat suatu laporan aku akan selalu membuat lebih dari yang dibutuhkan. Setiap pulang kerja, aku membuat catatan progress pekerjaan apa yang sudah selesai, dan apa yang belum selesai sampai membuat target selesai. Hanya beberapa bulan aku sudah bisa menguasai semua, atasanku juga sangat menyukai hasil kerjaku. Setiap rapat aku tidak pernah ragu mengajukan usulan-usulan untuk merapihkan administrasi di kantor ini, aku terus bergerak cepat dalam kinerja maupun inovasi lainnya, dan hal itu benar-benar membuat semangat mengahadapi hari-hari, aku selalu berusaha untuk tidak mengeluh dalam tiap persoalan, namun fokus pada solusi, entah mengapa didikan yang aku beri untuk diri sendiri ini menjadikan aku manusia yang tahan banting pada tekanan pekerjaan, tidak ada rasa tertekan, malah aku nyaman. Baru bekerja selama 3 bulan, aku naik jabatan menjadi bagian Invoice, dan dipercaya mengurusi pajak perusahaan, aku mulai menguasai secara praktik tentang Akuntansi perusahaan Manufaktur. Pengalaman ditolak menjadi SPG karena fisik sudah menjadi angin lalu, karena saat ini aku sudah mendapat yang lebih baik.

Sewaktu berkumpul dengan teman SMK, kami semua menceritakan pekerjaan apa yang didapat, dan rata-rata semua tidak bekerja sesuai jurusan sekolah, dan banyak yang mengeluhkan pekerjaannya, aku hanya memperhatikan teman-temanku yang bertukar cerita. Kalau padahal teman-temanku tergolong cerdas, bahkan di atas dariku, adapula yang juara umum, tapi dari beberapa hal yang aku pelajari,  bahwa pintar, cerdas itu memang penting, tapi jika tidak dibarengi keinginan untuk maju, kerja keras, semua itu tidak ada nilainya.

Rasa bosan mulai mengisi pikiranku, bukan karena gaji tapi entah mengapa hati ini terus mendengungkan untuk menjadi lebih dari sekarang, lebih pengalaman lagi dan tantangan yang lebih. Dengan berbagai pertimbangan, akupun mengajukan resign sebulan sebelumnya, bukan pilihan yang mudah, karena tempat pekerjaan ini adalah awal aku belajar, bekerja dan mencari nafkah, tapi naluri manusiawiku ingin tantangan dan pengalaman yang lebih dari ini. Saat mengajukan surat resign, atasanku tak mengijinkan, karena beliau sudah cocok dengan kerjaku. Namun dengan segala bujukan, akhirnya atasanku menerima surat resignku walaupun aku tahu dia sedih.

Setelah keluar, kesibukanku adalah datang untuk wawancara pekerjaan, tidak butuh waktu lama untuk menganggur dan memilih dari 5 perusahaan yang menawarkan posisi untukku, aku memutuskan untuk bekerja di sebuah restaurant daerah Gading Serpong. Restaurant baru, cukup besar. Menjadi Accounting di sebuah restaurant benar-benar tantangan yang luar biasa, saat awal tes bersama beberapa peserta, diharuskan membuat simulasi laporan keuangan dari jurnal sampai income statement, aku cukup lancar mengerjakannya. Dan terpilih menjadi Accounting di restaurant tersebut. Awal bekerja, tanpa diperintah aku membuat sistem Akuntansinya, selain itu membuat alur untuk administrasi kasir, prosedur pemesanan bahan baku dll. Akupun mengajukannya ke atasan baruku, dan kami berdiskusi tentang sistem administrasi apa yang cocok dan mudah, hasil final, dibantu atasan dan beberapa SPV aku mulai membangun sistem ini. Di sini aku menerapkan Akuntasi dagang dan biaya. Aku hobi membaca buku tentang ekonomi atau manajemen, dan selalu mempraktekannya di lingkungan, juga termasuk ilmu di bangku kuliah, hal inilah yang membuat pemahamanku matang. Aku puas untuk pekerjaan baruku, tantangan baru, posisi baru, semuanya benar-baner baru untukku, alhamdulillah gajinya pun diatas dari yang aku bayangkan. Jika aku memilih untuk menjadi manusia yang begini-begini saja, pasti ilmuku dan pengalamanku tetap segitu saja. Aku harus terus bergerak maju menjadi lebih baik, dan baik lagi.

14170237452067336013
14170237452067336013

Tak jauh dari tempat kerjaku saat ini, ada sebuah kantor amil (yang mengurusi zakat, infaq, shadaqoh) aku tergerak untuk menjadi bagian dari lembaga tersebut, walaupun hanya menjadi sukarelawan. Suatu ketika aku datang ke kantor lembaga tersebut, untuk mengajukan diri sebagai sukarelawan, jika ada kegiatan sosial aku siap membantu tenaga. Untuk pertama kalinya aku mengikuti kegiatan sosial, dan kebetulan pada hari libur kerja, aku mulai bertemu banyak kenalan baru yang menurutku mereka sangat islami sekali. Ternyata lembaga ini memiliki sebuah majalah yang berisi kegiatan-kegiatan sosial, majalah ini akan diberikan kepada para donatur sebagai bukti dana yang mereka berikan ke lembaga benar-benar untuk yatim dan dhuafa, aku tertarik melihat majalah ini, akupun bertanya kepada salah satu pengurus, siapa yang mengurusi majalah ini, ternyata majalah ini belum berjalan maksimal, karena belum ada orang khusus yang menangani, selama ini masih ditangani divisi humas, sangat disayangkan sekali jika majalah ini tidak difokuskan. Aku mengajukan diri untuk mengurusi majalah ini, dari mulai mengumpulkan foto, sampai laporan kegiatan saja, syukurlah niat baikku diterima, tapi masih ada kendala, bagaimana dengan pekerjaanku sebagai accounting di restaurant.

Aku menemui atasanku dan menjelaskan tentang niatku di lembaga amil tersebut, solusi yang digunakan adalah selesai aku bekerja di lembaga tersebut, pulangnya langsung bekerja di restaurant, dan hari minggu aku wajib masuk, solusi tersebut aku sanggupi. Sungguh, bukan materi yang aku cari, melainkan arti dan makna hidup untuk diri ini, aku ingin menjadi manusia yang terus bergerak cepat memanfaatkan waktu yang singkat ini.

Hari-hariku memang semakin berat, tapi tidak membosankan, inilah caraku mendidik diri ini agat tidak menjadi manusia manja. Mulai pukul 08.00 pagi s.d 17.00 aku bekerja sebagai pengurus majalah, pulangnya dari pukul 17.30 s.d 21.00 aku menjadi Accounting di Restaurant, 2 pekerjaan yang berbeda profesi dalam 1 hari aku lakukan. Sadar akan meningkatnya aktifitas bekerja, aku mulai mengkonsumsi vitamin lebih banyak dan mengkonsumsi buah lebih banyak, dan tidur cukup. Dan tidak lupa beribadah, ketika beribadah hati dan pikiran menjadi lebih tenang, jauh dari stress.

[caption id="attachment_356358" align="aligncenter" width="300" caption="DOKUMEN PRIBADI"]

14170239381438789762
14170239381438789762
[/caption]

Pengalamanku saat di lembaga amil cukup mengasikan, aku sudah lama menaruh hobi pada menulis, namun sayang aku belum memilki kesempatan untuk menulis, hanya sebatas mengumpulkan foto kegiatan dan laporan kegiatan yang selanjutnya harus aku email ke jasa penulis. Ternyata salah satu manager funding mengetahui hobi menulisku, dan dia mengusulkan bagaimana sebelum mengirimkan laporan kegiatan, aku sudah membuat artikelnya, jadi nanti tinggal diperbaiki oleh jasa penulis, aku semangat menyambut usulan tersebut. Mulai dari situlah aku terus berkonsultasi dan belajar tentang penulisan kepada si jasa penulis, kemampuanku terus berkembang, tanpa terasa aku sudah berkontribusi untuk 4 edisi. Melihat kemampuan yang terus meningkat, akupun dipanggil Direksi, dan mulai memberikan tanggung jawab majalah sepenuhnya untukku, saat itu pula aku mengusulkan bagaimana jika ada kegiatan aku ikut meliput dan mengambil foto, alasannya karena agar ketika aku menulis artikel, aku lebih bisa menjabarkan secara rinci dan isi artikel lebih hidup jika dibandingkan membaut artikel hanya dari laporan saja. Aku mulai mengikuti kegiatan lembaga tersebut, pekerjaanku sebagai Accounting restaurant masih tetap kujalani.

Kabar buruk datang dari restaurant tempatku bekerja, atasanku dan seluruh keluarganya akan pindah, termasuk restaurant ini, selain karena kepindahan keluarga besar juga ada faktur penjualan restaurant yang turun, karena faktor kompetitor yang banyak, aku mengerti tentang alasan tersebut. Aku ditawari untuk ikut bekerja, karena aku termasuk orang yang merintis berdirinya restaurant ini, namun aku menolaknya karena jarak yang sangat jauh di Cirebon, orang tuaku pasti tidak setuju jika harus bekerja jauh.

Fokusku hanya di majalah saja, hari-hariku diisi mengunjungi dan meliput kegiatan, bahkan sering pula harus keluar pulau Jawa jika ada kegiatan besar di cabang lain. Majalah sudah konsisten terbit setiap sebulan sekali, dahulu hanya ada 20 lembar sekarang sudah ditambah menjadi 30 lembar, ukurannya majalahnya juga sudah ditingkatnya beberapa cm, covernya dibuat glosy, jumlah eksemplarnya juga ditingkatkan. Banyak sekali perubahan pada majalah ini yang dahulunya sempat tidak diperhatikan, bahkan para donatur selalu menanyakan kapan edisi baru akan keluar. Peningkatan ini aku dapatkan dengan kerja-keras bersama tim dari divisi-divisi lain. Melihat peluang dan potensi majalah yang semakin baik, aku memberanikan diri mengajukan Donasi Iklan, yaitu prorgam untuk para wirausaha untuk menaruh iklan dagangannya di majalah, dan hasil kontrak iklannya untuk donasi program-progam lainnya, inovasiku diberi lampu hijau. Aku mulai membaca buku tentang marketing untuk mempromosikan program donasi iklan ini. Dengan segala cara aku coba, sampai aku tidak bisa menghitung berapa kali aku gagal karena ditolak para wirausaha untuk donasi iklan, akhirnya ada yang mau berdonasi iklan, 2 pendonasi sekaligus dengan nilai Rp 24.000.000, pencapaian yang berharga untuk diriku.

14170240382037946780
14170240382037946780


Tetapi aku hanya sebentar di lembaga tersebut, karena sudah akhir semester kuliah, aku harus mencari perusahaan yang bisa kujadikan bahan penelitian, konsenterasiku adalah perpajakan. Aku tidak lepas tangan, aku masih memberikan training kepada orang baru yang menggantikanku.

Di tahun 2014 ini, aku sudah bekerja kembali di suatu perusahaan yang memiliki 4 anak perusahaan, dan aku menjadi kepala Accounting, yang bertugas sebagai pengawas, dan bertanggung jawab atas laporan konsolidasi untuk perusahaan.

2009-2014, selama 5 tahun tanpa terasa aku sudah bergerak cepat untuk kemajuan karier, ilmu dan pengalaman bekerjaku. Dari mulai merasakan lulusan SMK yang cupu dan ditolak gara-gara fisik, menjadi Administrasi junior, dipercaya menjadi bagian Invoice dan Pajak, berlanjut menjadi Accounting, merangkap sebagai pengurus majalah dan sudah sampai pada titik ini, dimana aku menjadi atasan. Memanfaatkan waktu yang sangat singkat ini dengan kerja keras itu yang selalu aku lakukan. Andai jika aku tidak bergerak cepat, dan memilih hidup flat, pasti ilmu dan pengalamanku segitu-segitu saja. Lalu gerak cepat apa selanjutnya yang akan aku lakukan? yaitu wirausaha, aku merasa cukup memilki pengalaman dibidang manajemen, keuangan, dan marketing.

[caption id="attachment_356360" align="aligncenter" width="300" caption="DOKUMEN PRIBADI"]

14170241311758073608
14170241311758073608
[/caption]

Memaksimalkan potensi diri dan jauhkan pikiran dari bayang-bayang ‘’gak mampu’’ ‘’takut gagal’’ ‘’gak berani mencoba’’, itulah hal-hal yang aku didik didiri ini. Jangan pernah malas untuk terus belajar, jangan pernah malu untuk mengajukan gagasan. Kembangkan potensi diri anda mulai dini, semangat.

Ayu Agustina.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun