Mohon tunggu...
Yusya Rahmansyah
Yusya Rahmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Siliwangi

Seorang mahasiswa yang besar di dua pulau di Indonesia sumatera dan jawa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Feminisme: Sebuah Pemahaman Dasar

22 April 2020   20:43 Diperbarui: 22 April 2020   20:41 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perempuan Saat Perang Dunia 2 (cnn.com)

Mengapa penting untuk menyebut Stella dan Belanda dalam pemahaman dasar tentang feminisme? Karena ketika paham sosialisme muncul di parlemen Belanda pada akhir abad ke-17, muncul pula tokoh-tokoh liberal dan sosialis yang menentang penjajahan terhadap bangsa negara. Sehingga hadirnya sosialisme dan feminisme memiliki andil dalam menentang penjajahan yang dilakukan Belanda saat itu.

Feminisme masuk dalam kategori pemikiran modern dan memiliki arti bahwa alat analisis feminisme akan menyangkut posisi perempuan dan posisinya sebagai warga negara. 

Dan layaknya setiap pemikiran, feminisme punya asumsi dasar yang tidak bisa diganggu gugat: perempuan tertindas. Dasar pemikiran dalam setiap pemikiran memiliki keyakinan yang pada dasarnya tidak dapat diganggu gugat, namun bisa dikritisi. 

Feminisme sendiri muncul atas dasar perempuan yang tertindas khususnya dengan keadaan saat itu di barat dimana posisi perempuan berada di bawah posisi laki-laki. Inilah yang disebut dengan permasalahan gender.

Selanjutnya, akan muncul pertanyaan dan analisis mengapa perempuan tertindas? Inilah yang menjadi dasar atau "Woman's Questions" yang nantinya menjadi acuan dalam perkembangan para feminis untuk menganalisis lingkungan dan ketidakadilan serta memproyeksikan gerakan sosial. 

Berawal dari pertanyaan mendasar mengapa perempuan tertindas inilah feminisme terus berkembang, mengikuti perkembangan keilmuan dan pemikiran seperti liberalisme, marxisme, sosialisme, dan yang lainnya, feminisme menghasilkan berbagai kategori dalam pergerakan dan pemikiran supaya mudah dikenali. 

Beragam gerakan feminisme juga menimbulkan kontradiksi antar satu sama lain. Akan tetapi adanya kontradiksi ini tidak menjadikan feminisme terlihat monolitik, justru akan melengkapi karena setiap perempuan memiliki keadaan dan kondisi yang berbeda-beda, maka feminisme memiliki keberagaman pergerakan didalamnya.

Beragam Feminisme dalam pandangan keilmuan

Kisah Kartini dan Stella diawal tulisan ini, menunjukkan bahwa gerakan keperempuanan bahkan sudah ada sebelum abad dua puluh satu datang. Keadaan perempuan di Eropa menjadikan munculnya gerakan-gerakan keperempuanan di barat. 

Dan mau tak mau Indonesia yang kala itu dijajah oleh Belanda dan bangsa Eropa lainnya memiliki nasib yang demikian sama dan dialami oleh perempuan-perempuan nusantara kala itu. 

Pengaruh barat yang kuat akan permasalahan gendernya juga direspon dengan penyeimbangan gender yang dimunculkan pula di barat dalam konteks keilmuan. Dengan pemahaman umum, mari kita bagi alur waktu dan perkembangan feminisme itu sendiri dengan mengambil ilmu dari filsuf feminis asal Amerika Rosemarie Tong.

  • Feminisme Liberal merupakan pergerakan yang dilakukan tidak lepas dari pengaruh Revolusi Perancis pada 1789. Revolusi Perancis memunculkan sebuah tren kebebasan yang berkembang di Eropa. Sebuah esai yang ditulis oleh Mary Wollstonecraft tentang revolusi borjuis Perancis dan hak-hak perempuan sebagai warga negara menjadi sebuah awal kemunculan kajian perempuan sebagai manusia yang hak-haknya harus dipenuhi sebagaimana tujuan revolusi Perancis dengan semangat kebebasannya. Percikan Revolusi Perancis membawa revolusi lain di Eropa, Revolusi Industri di Inggris dan tersebar sampai seluruh Eropa. Liberalisme dan pengakuan individu menghasilkan borjuis yang melakukan penumpukan kapital melalui kerja dari manusia dengan kelas sosial yang lebih rendah. Di sini, kerja dan kelas sosial menjadi terfragmentasi semakin jelas dan penghisapan kerja menghasilkan pencemaran lingkungan bahkan eksploitasi terhadap anak dan perempuan pada saat itu. Keadaan ini memunculkan aliran feminisme selanjutnya.
  • Feminisme Marxis dan Sosialis merupakan jawaban atas kritik terhadap revolusi industri dan kapitalisme, aliran feminisme ini hadir dan melihat bahwa kapitalisme bukan hanya hadir dalam proses produksi, akan tetapi juga hadir dalam bentuk reproduksi sosial yang dibebankan kepada perempuan. Feminis Sosialis mempercayai ada sosok kejam berkepala dua yang terus menggerus keadailan perempuan dalam masyarakat, yaitu kapitalisme dan patriarki. Sementara Feminis Marxis memiliki keyakinan bahwa segala permasalahan ketidakadilan berpangkal pada Kapitalisme. feminisme sosialis dan Marxis berfokus pada isu produksi dan reproduksi, bahwa terjadi pembagian kerja yang tidak adil secara gender dan perempuan dianggap sebagai ibu yang melakukan reproduksi sosial yang tidak dilihat sebagai kerja.  
  • Feminisme Radikal memiliki dasar yang sama dengan aliran sebelumnya yaitu ketidakpuasan atas analisis feminis sosial dan marxis, karena menurut feminis radikal penindasan perempuan terjadi karena ketubuhan perempuan. Sehingga feminis radikal memiliki fokus terhadap isu tubuh, seksualitas dan kepuasan yang bersinggungan dengan gerakan lesbianisme di barat. Mereka menginginkan perubahan mendalam yang dimulai dari mencabut dan merubah institusi dari akarnya. Gerakan feminis radikal dipecah menjadi dua yaitu Feminis Radikal Kultural (FRK) dan Feminis Radikal Libertarian (FRL) kedua pecahan ini memiliki fokus yang berbeda FRK mengagunkan keperempuanan dan kemampuan rahim dalam menghadirkan kehidupan, dan bahwa hubungan seks heteroseksual adalah ketidakadilan dan kekerasan terhadap perempuan, sementara FRL memlihat bahwa sebaiknya perempuan tidak lagi dibebankan dengan reproduksi dan menuntut adanya rahim portable, FRL pada keadaan bahwa maskulinitas dan feminitas harus dihargai sama dalam tubuh yang sama tanpa ada ide tentang perempuan sejati dan keperempuanan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun