Waduk Cengklik, sore itu langit cerah dengan awan kumulus gemuk nan cantik bergelantung dengan tenang, angin sore bertiup dari tengah waduk menyibak enceng gondok yang rimbun antri di pinggir badan bendungan. Gemercik air parit bersaut dengan tarian rumput hijau yang meliuk oleh angin sore. Para pemancing sedang menikmati penantian mereka dengan kail-kailnya sedang di taman bocah-bocah berlarian saling kejar-kejaran, sebagian memainkan ayunan.
" Mas..sore ini indah ya ? udaranya sejuk, aku suka bau rumputnya". Sambil memejamkan mata Bintang menikmati suasana itu.
"iya..dek, tumben sepi biasanya banyak yang main ke sini". Saat itu aku dan Bintang masuk kerja pagi jadi sorenya kami bisa mampir ke Waduk Cengklik tempat favorit kami untuk saling berbagi cerita dari drakor, filsafat, politik, racikan masakan, orang tua, pekerjaan, pelayanan Gereja, dan tentu saja juga tentang cinta.
"Mas..sudah rampung nulis cerpen yang kemarin itu". Tanya Bintang sambil mengunyah cokelat  kesukaannya.
"Belum dek..hmm, lagi suntuk jadi belum dapet ide, libur kemarin rencana mau aku selesaikan tapi.."
" tapi apa..? males ? capek kerja ? atau kangen aku?".
"lah..pedenya selangit, ibu sakit kemarin itu loh, jadi nggak fokus nulis".
"nih, makan cokelat dulu". Bintang menyodorkan sepotong cokelatnya
"enggak..nggak suka cokelat". jawabku
"cepetan..ambil !!". sambil mencubit lenganku Bintang memaksaku mengambil potongan cokelat darinya, angin sore menghempas lembut, aku lihat rambutnya yang terurai sebahu berkibar gemulai, membuatnya semakin cantik.