Mohon tunggu...
Yusup Nurohman
Yusup Nurohman Mohon Tunggu... Penulis - We Love Learn Sociology

pengembara angkringan, masih mencari apa yang lebih dari sekadar materi mari bercengkrama di @yusufseo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anomaly dan Tantangan New Normal dalam Filsafat

14 Desember 2020   23:23 Diperbarui: 15 Desember 2020   00:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: ruangmahasiswa.com)

Indonesia telah menuju akhir tahun setelah melalui pandemi yang sangat panjang. Walaupun dari WHO belum ada keputusan sampai kapan pandemi ini berakhir. Indonesia masih melaksanakan system karantina wilayah hingga saat ini.

Pandemi sekarang tidak semenakutkan ketika virus COVID-19 masuk ke Indonesia pada awal tahun. Walaupun demikian masyarakat Indonesia tidak semudah melaksanakan aktivitas seperti pada masa sebelum pandemi. 

Hal ini menjadi tantangan masyarakat dan pemerintah yaitu era new normal. New normal diartikan sebagai gerakan menuju pascapandemi dan menjalankan segala bentuk aktivitas menggunakan protokol kesehatan. Adanya pelaksanaan new normal akan memberikan tantangan baik dari perilaku maupun pola pikir masyarakat Indonesia.

Anomaly atau perilaku di era new normal diantaranya tumbuhnya catching up syndrome. Yaitu masyarakat harus bekerja mengejar ketertinggalan yang terhambat dengan adanya karantina wilayah dan system lockdown. Perilaku ini masyarakat menjadi panik dan timbul perilaku apatis asalkan dirnya sendiri bisa mencapai apa yang diinginkan.

Anything goes juga timbul di masa new normal. Masyarakat ya hanya pasrah dengan keadaan dan membuat tidak produktifnya pekerjaan. Hal ini timbul dengan adanya kebiasaan yang tidak bisa di adaptasi oleh masyarakat. Karena biasanya masyarakat bisa bebas aktivitas dan saling betrtemu secara langsung. Kini harus dihadapi dengan work from home

Anomaly formalisme juga tumbuh di masa new normal yaitu sikap-sikap yang lebih mengutamakan bentuk daripada isi dalam aspek di masyarakat. Selain perilaku ternyata masa new normal memberikan tantangan pada konsep nalar.

Salah satu yang tumbuh adalah konsep berpikir instan. Masyarakat Indonesia dihadapkan pada kondisi yang dilakukan dengan work from home sehingga masyarakat sudah tumbuh rasa malas dan tidak produktif. Nalar masyarakat hanya ingin pekerjaanya dilakukan dengan instan.

 Nalar instan sangat dirasakan oleh pelajar. Dampak secara mental dan psikis pelajar membuat nalar instan tumbuh. Hal ini sering terjadi pada saat pengerjaan tugas dan ketika proses pembelajaran yang segala bentuk jawaban soal dicari dengan mesin google.

Perilaku di era new normal yang segala sesuatunya dilaksanakan secara daring telah mengakibatkan disrupsi pada beberapa bidang tertentu. Salah satunya adalah peran dosen dalam universitas mungkin karena pelajar sudah terbiasa menggunakan mode daring mungkin akan hilang profesi dosen pada waktu mendatang. The death of expertise mungkin inilah yang akan memberikan efek besar bagi masyarakat yaitu matinya keahlian pemuda dan masyarakat.

Tantangan anomaly new normal harus diantisipasi dengan peningkatan kesadaran dan pemahaman, fasilitas yang terpenuhui, kemampuan individu maupun kolegal dan rancangan komitmen bersama. Pola pikir karakter masyarakat harus di edukasi sehingga sikap-sikap team work, etis, kritis, dan inklusif harus ditanamkan di era new normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun