Mohon tunggu...
Yusufachmad Bilintention
Yusufachmad Bilintention Mohon Tunggu... saya adalah kepala SMK Saintren Al - Hasan Surabaya-Ketua MKKS SMK SWASTA SURABAYA juga redaktur suaraanaknegerinews.com

saya suka menulis : puisi, esay dan lainnya. saya suka menonton film

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Benar yang Tersesat, Salah yang Menuntun

26 September 2025   16:55 Diperbarui: 26 September 2025   16:28 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia yang tak lagi hitam-putih, puisi ini menyusuri jejak kata yang menyimpang---bukan untuk tersesat, melainkan untuk menemukan makna di antara paradoks. Dari Masjid Raya Padang hingga lorong-lorong Universitas Negeri Padang, dari lembaran absurd hingga sembahyang sunyi, inilah perjalanan batin yang menantang klaim kebenaran dan merayakan keragaman tafsir.

Salahkah pesan itu? Atau benarkah ia berlabuh?
Di pelabuhan ingatan, benar dan salah
hanyalah siluet yang saling memburu,
berpendar dalam kabut tafsir.

Hambar saja---tanpa gairah,
Namun saat salah menyaru benar,
dan benar terlucuti makna,
dunia pun berdetak dalam ironi:
paradoks jadi denyut nadi.

Pesan yang salah itu---ia menuntunku
ke altar kebenaran yang bukan milikku,
kebenaran yang bersuara lantang,
mengaku mutlak,
meski tak pernah menyentuh benarku yang sunyi.

Lembaran itu---Delula Jaya dan L-Beaumanity---
menari di udara,
berputar di roda nasib,
melintasi sawit yang bisu,
menyusuri bukit yang menyimpan cerita
dalam lipatan tanah dan angin.

Ku naiki menara Masjid Raya Padang,
menyulam doa dalam sunyi,
melantunkan ayat di pucuk Rumah Gadang,
di mana elegansi bertemu ketundukan.

Ku belajar kata di biara ilmu,
Universitas Negeri Padang jadi altar aksara,
tempat makna direntangkan,
cahaya diurai dari lorong-lorong pemahaman
yang tak selalu lurus.

Di tengah riuhnya dunia yang mengklaim kebenaran mutlak, puisi ini mengajak kita untuk menengok ulang: apakah benar selalu benar? Apakah salah selalu sesat? Mungkin, dalam jejak kata yang menyimpang, kita justru menemukan arah yang paling jujur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun