Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Riam Tinggi, Desa Wisata Dayak yang Memeluk Alam dan Tradisi

27 September 2025   11:30 Diperbarui: 27 September 2025   22:32 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalapakng, lingkaran kayu untuk mencegah tikus naik ke jurungk (foto: dokumentasi pribadi)

Bagi pecinta wisata petualangan alam, Riam Tinggi adalah surga kecil yang menyimpan banyak keindahan. Desa ini memiliki hutan luas yang masih terjaga keasliannya. Hutan tersebut bukan hanya ruang hidup bagi flora dan fauna, tetapi juga ruang belajar bagi wisatawan. Bahkan di hutan ini terdapat bunga langka, yaitu bunga bangkai.

Salah satunya adalah dengan mencoba wisata di Bingal, di mana wisatawan dapat melakukan trekking, berkemah, memasak dengan bahan-bahan alami yang tersedia di hutan, sekaligus belajar mengenal buah-buahan lokal serta cara bertahan hidup ala suku Dayak.

Wisatawan belajar memasak secara tradisional (foto: https://kalteng.jadesta.com/)
Wisatawan belajar memasak secara tradisional (foto: https://kalteng.jadesta.com/)

Sungai Delang yang mengalir di sekitar desa menjadi daya tarik tersendiri. Dengan arusnya yang menantang dan bebatuan riam, sungai ini menjadi lokasi ideal untuk arung jeram dan river tubing.

Selain sungai dan hutan, desa ini memiliki wisata alam yang menawan, yaitu Bukit Lubang Kilat. Terletak di ketinggian 800 mdpl, bukit ini menawarkan panorama matahari terbit dan terbenam yang memukau. Dari puncaknya, terdapat hamparan awan, seperti “Negeri di Atas Awan.” Tak sedikit wisatawan yang berkemah di bukit ini.

Tradisi dan Budaya yang Hidup

Selain alamnya, Desa Riam Tinggi juga kaya akan warisan budaya Dayak Tomun. Salah satu pengalaman unik yang bisa dirasakan wisatawan adalah ritual potong garung pantan. Ritual penyambutan ini dipimpin oleh Mantir Adat, di mana tamu diminta memotong kayu garung dengan mandau sebelum masuk desa. Prosesi ini merupakan doa keselamatan, agar para tamu dilindungi selama berada di desa hingga mereka kembali pulang.

Di desa ini juga terdapat jurungk, lumbung tradisional untuk menyimpan padi. Jurungk berbentuk bangunan kayu kecil dengan tiang yang dilengkapi jalapakng, lingkaran kayu di setiap pondasi yang berfungsi mencegah tikus naik dan merusak hasil panen.

Jurungk di Desa Riam Tinggi (foto: dokumentasi pribadi)
Jurungk di Desa Riam Tinggi (foto: dokumentasi pribadi)

Jalapakng, lingkaran kayu untuk mencegah tikus naik ke jurungk (foto: dokumentasi pribadi)
Jalapakng, lingkaran kayu untuk mencegah tikus naik ke jurungk (foto: dokumentasi pribadi)
Tradisi Dayak Tomun juga masih terlihat dalam keterampilan menggunakan sumpit dan menganyam. Sumpit yang dahulu digunakan untuk berburu kini lebih banyak digunakan sebagai sarana rekreasi atau perlombaan dalam acara adat. Sementara itu, kegiatan menganyam menjadi bukti keterampilan tangan yang diwariskan turun-temurun. Dengan bahan-bahan alami, masyarakat menghasilkan anyaman seperti topi, kipas, dan tas.

Hasil anyaman yang cantik (foto: dokumen pribadi)
Hasil anyaman yang cantik (foto: dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun