Mohon tunggu...
Yusrizal Helmi
Yusrizal Helmi Mohon Tunggu... Desainer - Things

Just coffee and stories

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Antara Kegilaan dan Kewarasan yang Begitu-begitu Saja

24 Februari 2020   18:11 Diperbarui: 24 Februari 2020   18:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sayangnya saya tidak ingin berlarut-larut untuk melanjutkan persoalan tersebut hingga menuju 'Manusia yang menyerupai Tuhan'.

Dari sini saya hanya ingin mengambil 2 hal.

1. Efektifitas sistem transfer informasi, dan
2. Fiksi; Future Hope.

Dalam era revolusi industri 4.0, kecerdasan manusia dalam kaitannya dengan kecerdasan buatan (AI) semakin dekat. Sistem transfer informasi di antara keduanya seperti seorang kakak dengan adik yang ingin terus belajar.

Basis dasar kecerdasan artifisial tentang teorema matematika dalam melahirkan  rumusan algoritma dalam mewujudkan wearable device jenius, tidak akan pernah bisa mengalami percepatan tanpa mimpi besar manusia melalui kegilaan imajinasi yang pada awalnya selalu dianggap sebuah mitos atau fiksi.

Taruhlah Larry Page yang bermimpi- berimajinasi untuk menghadirkan perpustakaan ke dalam kamarnya, merupakan fiksi yang menjadi cikal bakal lahirnya Google. Atau Mark Zuckerberg yang bermimpi untuk memiliki banyak teman tanpa harus capek keluar rumah, tanpa harus tekor nongkrong di warung kopi, dsb, maka muncullah Facebook.

AI (kecerdasan buatan) dengan bermacam rumusan algoritma selalu bisa untuk menandingi kecerdasan manusia. Bahkan di tahun 1997, Perangkat komputer IBM yang diberi nama Deep Blue sudah bisa mengalahkan pecatur dunia Garry Kasparov. Yang perlu digaris bawahi adalah sekedar menandingi, bukan melampaui atau melewati kecerdasan manusia.

Apa yang tidak akan atau yang memiliki probabilitas kecil untuk dimiliki oleh kecerdasan buatan? Jawabannya adalah imajinasi dan kegilaan.

Maka dari itu, benar adanya ketika kita kembali kepada catatan awal bahwa yang membuat manusia/ Sapiens mendominasi masyarakat dunia adalah kemampuannya untuk mengumpulkan, mengolah, dan lantas mendistribusikan kepada yang lain. Terlepas data yang dikumpulkan benar atau tidak, adalah persoalan lain. Tapi kemampuan untuk mengumpulkan, mengolahnya dengan kekuatan imajinasi dan kegilaan yang dimiliki, manusia bisa membuat sebuah kerumunan yang jauh lebih dominan daripada masyarakat dunia yang lainnya dengan kemampuan distribusi informasi yang terus berkembang.

Jadi...

Sebagai generasi yang mau tidak mau sedang berada dalam sebuah era yang kita sebut dengan revolusi industri 4.0, entah being or beyond, sesadar-sadarnya kekuatan imajinasi serta kegilaan yang konstruktif adalah senjata utama 'sapiens' dalam lintasan era kecerdasan artifisial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun