Mohon tunggu...
Yusrizal Helmi
Yusrizal Helmi Mohon Tunggu... Desainer - Things

Just coffee and stories

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Antara Kegilaan dan Kewarasan yang Begitu-begitu Saja

24 Februari 2020   18:11 Diperbarui: 24 Februari 2020   18:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada yang menarik dari kajian buku trilogi Yuval Noah Harari tentang sejarah manusia hingga manusia masa depan.

Disana dikaji tentang manusia (homo sapiens) adalah mahluk  paling dominan dalam masyarakat dunia yang disebabkan oleh fleksibilitasnya dalam sebuah kerumunan/ kumpulan besar.

Manusia memang tidak lebih besar dari gorila secara fisik, tapi bisa lebih dominan karena kemampuannya dalam   mengolah sistem transfer informasi untuk mengikat di antara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi sebuah kerumunan besar.

Mengolah sistem transfer informasi yang dimaksud di sini adalah kemampuan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, serta mendistribusikannya. Proses ini tidak bisa dilakukan masyarakat dunia selain manusia.

Manusia selalu berusaha untuk meningkatkan efisiensi dalam proses transfer sistem informasi ini. Jika jauh sebelumnya hanya melalui mulut ke mulut, surat menyurat, lalu kini menjadi sangat efektif menggunakan internet yang pada akhirnya menghapus sekat ruang dan waktu.

Kunci utamanya adalah efisiensi sistem transfer informasi antar "Sapiens".

Lalu informasi/ data apa yang pada akhirnya mampu mengikat manusia menjadi sebuah kerumunan besar?

Data/ informasi yang selalu mampu mengikat manusia untuk menjadi sebuah kerumunan besar adalah FIKSI.

Yuval Noah Harari menyebutkan ukuran sesuatu itu apakah sebuah fiksi atau malah sebuah realita adalah dari bentuk pengorbanannya.

Let's say klub bola Juventus tersandung kasus Calciopoli, Juventus tak pernah menangis. Tapi Gianluca Pessotto mencoba bunuh diri karena hal tersebut. Juventus--fiksi, Gianluca Pessoto adalah realita. Atau ketika kita berbicara tentang PSSI misalnya ketika dibekukan oleh FIFA atau AFC, maka PSSI tidak akan pernah menangis. Tapi para pemain profesional akan kelabakan karena sumber mata pencahariannya telah tertutup. PSSI= fiksi, sedangkan para pemain dan semua orang-orang di dalamnya adalah sebuah realita.

Kembali lagi, kerumunan Sapien diikat oleh cerita-cerita fiksi. Imajinasi-imajinasi para 'chief' yang di ceritakan secara terus menerus, turun temurun, sehingga menjadi dogma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun