Ungkapan masyarakat bahwa janji politik dan dusta ibarat saudara kembar. Tiada politik tanpa janji, dan tiada janji politik tanpa dusta. Tentu saja, masyarakat tidak asal bicara.
Hal tersebut benar adanya, jika dikonfirmasi dengan pengalaman sebelumnya, dimana para politisi begitu gampang melupakan janjinya. Sementara di sisi lain, hal itu dapat dipatahkan jika janji politik itu direalisasikan.
Kini semuanya tergantung pada politisi calon; apakah menjadi pendusta ataukah benar-benar merealisasikan janjinya kelak?
Saya percaya dan akan selalu percaya bahwa pileg dan pilpres yang akan kita laksanakan nanti bisa membantu rakyat mendapatkan wakil rakyat dan pemimpin negeri ini yang memiliki motivasi tulus untuk melayani rakyat.
Wakil rakyat dan pemimpin yang yang akan diperoleh melalui pileg dan pilpres itu adalah dia yang tak sekadar berjanji ataupun tidak menjadi tukang janji, melainkan melaksanakan dengan sungguh-sungguh apa yang telah dijanjikannya.
Mereka mesti sadar bahwa pileg dan pilpres pada ghalibnya bukanlah momentum untuk mendapatkan kekuasaan semata, melainkan saat tepat untuk merakit ide, mendesain cara sehingga mampu menjabarkan konsep pembangunan liberatif sesuai janji politik. Janji politik adalah acuan baginya dalam menjalankan amanah rakyat dan roda pemerintahan jika nanti terpilih.
Program pembangunan tidak boleh hanya mengakomodir hasrat dan libido pragmatisnya ataupun "kawan-kawan" politiknya, tetapi berdasarkan keinginan luhur untuk membebaskan rakyat dari sandera sosial.
Janji politik harus menjadi dasar dalam menyiapkan berbagai program. Janji politik adalah kerangka dan pilar-pilar programnya.
Kita berharap agar dari sekarang politisi mesti jujur dengan diri sendiri. Kalau memang tidak memiliki kesanggupan untuk menjadi pemimpin: katakanlah dengan jujur. Seseorang yang memiliki kelebihan adalah dia yang mengakui keterbatasannya.
Jabatan politik adalah jabatan mulia dan karenanya pantas dimuliakan lewat kejujuran untuk menampilkan diri apa adanya. Janji tidak boleh hanya tinggal janji. Janji itu suci. Kalau janji seringkali diingkari, alangkah sedihnya hati rakyat.
Jika janji acapkali diabaikan, "sakitnya tuh di hati rakyat'. Karena itu: sebelum jauh melangkah, katakanlah saja apa adanya, bukannya memberikan janji palsu.