Mohon tunggu...
yusriah yasmin
yusriah yasmin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

a beginner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tato sebagai Identitas dalam Kebudayaan Suku Dayak

25 Januari 2022   11:10 Diperbarui: 25 Januari 2022   11:13 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Namun, pada zaman ini dimana zaman bergeser menjadi lebih modern, makna dari tato tersebut berubah, rato tidak lagi menjadi suatu hal yang sakral dan suci karena tato tidak dilakukan seperti bagaimana orang-orang terdahulu mentato tubuhnya. 

Selain itu tato juga dipandang negatif oleh beberapa kelompok masyarakat. Orang yang bertato dinilai nakal, berantakan, dan memiliki pribadi yang tidak baik.

Sehingga, generasi muda suku Dayak mengalami perubahan sosial dimana ada kekhawatiran kaum muda suku Dayak dalam mencari pekerjaan atau mendapatkan anggapan negatif dari masyarakat sekitar. 

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Siergi & Nasionalita (2020)  bahwa pada dimensi pengharapan dalam konsep diri pemuda suku Dayak Simpakng yang merupakan pelaku budaya bertato bahwa subjek berpendapat sebagai generasi penerus harus melestarikan budaya yang sudah dilakukan secara turun temurun, termasuk tato tradisional suku Dayak. Mereka menyadari resiko yang akan dihadapi ketika memutuskan untuk mentato dirinya. 

Dari berbagai sumber penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya tato tradisional dari suku Dayak merupakan hal sakral dan suci yang dilakukan oleh masyarakatnya. 

Setiap motif dan peletakan tato memiliki makna tersendiri. Selain itu tato juga memiliki fungsi dan makna seperti bentuk penghargaan atas jasa, keberanian, dan juga status sosial. Namun, dalam kesakralannya, zaman modern ini telah mengubah perspektif orang mengenai pemilik tato, yang dianggap memiliki pribadi negatif. 

Di satu sisi generasi muda khawatir mendapatkan konsekuensi dari lingkungan luar suku Dayak, namun di sisi lain pemuda tetap yakin untuk tetap melestarikan tradisi dan budaya mentato tubuh dan sudah memahami resiko yang akan dihadapi. 

Oleh karena itu, sebagai masyarakat umum sepatutnya kita mendukung hal-hal yang berkaitan dengan melestarikan budaya. Tidak memandang sebelah mata tanpa tahu makna dari tradisi yang dilakukan oleh pelakunya. 

Dengan demikian, tidak tercipta stigma negatif pada masyarakat suku Dayak yang menjadi pelaku budaya bertato. Sehingga tercipta kedamaian dan toleransi atas perbedaan diantara masyarakat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun