Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Berkat Kompasiana, Aku Menggapai Amerika Serikat

16 September 2011   20:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:54 11252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya, suatu hari aku menemukan pengumuman tentang beasiswa ke luar negeri. Mulanya aku agak takut untuk mencobanya. Namun seorang teman mengingatkan bahwa hidup ini tidak seindah sebagaimana Aladin menemukan lampu wasiat. Semuanya harus dimulai dari kerja keras dan mencoba setiap peluang. Ketika dirimu mencoba satu peluang, maka dirimu punya kesempatan untuk mencetak keajaiban. Namun ketika dirimu tak pernah mencoba, jangan pernah berharap ada keajaiban yang menyapa, sebagaimana Aladin menemukan lampu wasiat.

Kalimat ini serupa mantra yang menyalakan sesuatu dalam jiwaku. Ada inspirasi yang tiba-tiba menyelusup. Barangkali, kehidupan adalah sebuah panggung di mana kita mesti menjemput beragam peluang. Kita mesti menghadapi hidup sebagaimana seorang nelayan yang setia menebar jaring di mana-mana. Tak semua jaring akan menghasilkan ikan, namun dengan cara menebar di mana-mana, ia sedang memperbesar peluang. Ia sedang menebar harapan.

Yah.. Hidup ini ibarat menebar harapan. Mencoba beragam peluang ibarat menabung harapan yang kelak akan berbuah sesuatu. Kau tak pernah tahu kapan jaring itu akan menjerat ikan, namun saat itu datang, kau akan menyadari bahwa semuanya diawali ikhtiar untuk menebar harapan. Semuanya adalah hasil dari kerja keras, serta keberanian untuk menjemput semua peluang. Dirimu telah melempar jaring, dan kelak dirimulah yang akan disapa keajaiban. Sebab keajaiban tak akan hadir pada mereka yang hanya bisa berpangkutangan, mereka yang hanya menunggu, mereka yang hanya memelihara pesimisme, sehingga tak mau melakukan apapun. Keajaiban adalah milik mereka yang menyingsingkan lengan baju untuk melakukan sesuatu, tanpa pesimis, serta berani menebar jarring harapan.

Mulailah aku menjalani seleksi. Menurut informasi, jumlah pendaftar beasiswa itu adalah 9.000 orang dari seluruh Indonesia. Tapi informasi itu tidak menyurutkan langkah. Yang penting aku berbuat yang terbaik. Pada tahapan awal, aku diminta menuliskan study objective dan personal statement. Keduanya penting sebab menjadi patokan  bagi para juri untuk melihat apakah kita layak menerima beasiswa ataukah tidak. Berbekal pengalaman berkompasiana, aku mulai bisa mmetakan mana agenda riset yang urgen di masa depan. Aku juga mulai bisa menuliskan personal statement yang baik serta kuat, berkat latihan menulis selama ini melalui blog. Pengalaman menulis itu juga berguna sebab melatih kita untuk berpikir cepat dan dengan segera menuliskan gagasan itu, tanpa harus menunggu datangnya inspirasi. Pengalaman berinteraksi di Kompasiana membuatku bisa membedakan mana hal yang penting dan mana hal yang tidak penting.

Dalam seleksi yang kuikuti ini, semua peserta mesti melampirkan beberapa contoh tulisan. Beberapa tulisanku yang terbaik dan pernah tayang di media massa, kukumpulkan dan dibundel menjadi satu. Aku juga menyeleksi beberapa tulisanku yang pernah jadi HL di Kompasiana, kemudian di-print dan dimasukkan dalam dokumen itu. Aku tak peduli apa kata teman yang mengatakan bahwa aku mengirimkan banyak dokumen ke juri sehingga amplop formulirku nampak tebal. Pikirku, daripada berkas itu berserakan di rumah, mendingan dikirim ke kantor juri beasiswa itu.

Aku merasakan dampak berkompasiana. Beberapa juri adalah jurnalis senior Kompas serta aktivis media yang cukup kondang di Indonesia. Mereka pernah membaca tulisanku dan pernah pula berinteraksi dengan berbagai hal yang kutuliskan. Mereka memberi respon positif dan berharap agar hasrat menulis itu tidak pernah padam.


Kerja keras itu membuahkan hasil. Aku dinyatakan lulus beasiswa dan mesti tinggal selama enam bulan di Jakarta untuk memperdalam bahasa. Setelah belajar selama enam bulan, aku berhasil mendapatkan nilai yang baik dan berhak untuk melamar ke universitas idaman. Saat inilah, aku kembali menyusun artikel mengapa memilih kampus dan jurusan tertentu. Kembali, pengalaman menulis blog menjadi penyelamat hingga akhirnya datang panggilan untuk studi dari Ohio University at Athens.

[caption id="attachment_202247" align="aligncenter" width="576" caption="saat di kampus"]

1343055690814445056
1343055690814445056
[/caption]

Setelah menyelesaikan semua berkas dan administrasi, hari aku berada di pesawat Delta Airline. Tak lama lagi pesawat ini akan mendarat di Bandara Detroit. Aku masih merenungi perjalanan panjang hingga menggapai tiket ini. Dari keseluruhan proses yang pernah kujalani, aku telah menjalaninya dengan sukses. Dan dari keseluruhan proses itu, kemampuan menulis ibarat dua kepak sayap yang menerbangkan saya menggapai langit-langit impian. Semuanya berkat menulis di blog, sebuah aktivitas yang disepelekan banyak orang. Sekali lagi, semuanya berkat menulis di blog, termasuk menulis di Kompasiana.(*)

Athens, Ohio, 3 September 2011

BACA JUGA: Terimakasih Kompasiana Berkat Kompasiana, Dapat Beasiswa Luar Negeri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun