Mohon tunggu...
Yusmiati
Yusmiati Mohon Tunggu... Karyawan Swasta, Mahasiswa magister

Ibu anak satu, karyawati swasta, mahasiswa magister kimia. Freelance menulis a.k.a. kang tulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tragedi Ibu di Bandung: Potret Gelap Kapitalisme dan Urgensi Solusi Islam

11 September 2025   15:10 Diperbarui: 11 September 2025   15:10 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu Depresi (Muktasim Azlan/Unplash) 

Tragedi Ibu di Bandung: Potret Gelap Kapitalisme dan Urgensi Solusi Islam

Publik kembali diguncang dengan kabar memilukan dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seorang ibu, yang seharusnya menjadi simbol kasih sayang dan pelindung anak-anaknya, justru melakukan hal yang di luar nalar: ia diduga meracuni dua anaknya sendiri, lalu mengakhiri hidupnya.

Surat yang ditinggalkan menyingkap akar dari keputusasaan itu: utang suami yang menumpuk, kebohongan dalam rumah tangga, dan rasa lelah yang tak tertanggungkan. Sang ibu menulis bahwa dirinya berpikir lebih baik mati bersama anak-anaknya agar penderitaan berhenti.

Tragedi ini tidak boleh sekadar dipandang sebagai "kasus individu yang depresi." Ada masalah yang jauh lebih mendasar: sistem kehidupan yang membuat manusia kehilangan makna, merasa gagal hanya karena miskin, dan terjerat lingkaran tekanan yang tak berujung.

Kapitalisme: Hidup Diukur dengan Harta dan Status

Kita hidup di bawah sistem kapitalistik yang berorientasi pada profit. Dalam sistem ini, nilai manusia ditakar dengan uang, harta, dan status sosial.

  • Jika seseorang kaya, ia dipuji dan dihormati.

  • Jika seseorang miskin atau gagal memenuhi standar hidup modern, ia dianggap gagal dan dipandang rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun