Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Salam Tempel Mengajarkan Anak Mengelola Keuangannya

15 Mei 2021   20:59 Diperbarui: 15 Mei 2021   21:02 2075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salam tempel bukan Gratifikasi, tapi sarana pembelajaran, Sumber: inibaru.id

Salam Tempel dan Ciri Anak Penerimanya  

Lebaran sudah kita lewati dan hari ini adalah hari ketiga kita merayakan hari raya. Berlebaran di suasana pandemi mengharuskan diri selalu waspada terhadap potensi penyebaran virus covid-19 yang benar nyata adanya. Sekarang yang tersisa hanya kenangan.
Kenapa tersisa kenangan? Ini gegaran kedua anak saya ingin membeli  consol game PS4 dari hasil tempelnya selama lebaran kemarin. Setelah dihitung -- hitung oleh ibunya anak -anak uang dari salam tempelnya masing masing mencapai di atas 2 juta rupiah. "Lumayan banyak nih" Kata si Mami sumringah.


Saya yang melihat dan mendengarnya sih agak -agak gimana gitu. Memang benar kedua anak saya mendapatkan banyak salam tempel, tapi akan menjadi seri / impas/ balik modal kalau dilihat dari apa yang istri saya berikan kepada anak -anak dari kakak dan adiknya di Palembang, belum lagi saat dia memberikan salam tempel kepada  anak -- anak ponakan saya yang berjumlah lebih dari  20 orang sudah berapa dia habis. Hehehehe
Lupakan soal itu, yang jelas salam tempel ini unik dan setiap anak -- anak pasti mendambakannya. Terhitung sejak saya kecil, pengalaman saya mendapatkan uang banyak ya dari salam tempel ini. Lebaran adalah hari yang sangat dinantikan saat saya masih kecil. Puasa menjadi rajin, ngaji menjadi rutin  dan ini semata- mata janji dari orang tua, kakak, saudara akan ada salam tempel nantinya.
Dari pengalaman saya, salam tempel ini penyertaannya terbagi kepada dua tipe anak ;
1.Tipe anak yang mengumpulkan semua uang pemberian di saku celana, bajunya sendiri. Dia akan mengumpulkan, menaruh di tempat aman dan menghitungnya berulang. Bahkan kepada orang tuanya saja dia tidak akan percaya. Setiap detik, menit, jam selalu ditanyakan "Berapa uangku sekarang, ingat ya ini uangku, jangan dipakai ibu!" ;
2.Tipe anak yang masa bodo terhadap uangnya, dia menerima uang salam tempel , mengucapkan terimakasih lalu memberikannya kepada orang tuanya , bapak atau ibunya. Dia tidak menghitung, hanya tahu bahwa ia mendapatkan uang dari si A Si B si C dan lainnya, tapi tidak perduli berapa nominalnya. Biasanya tipe ini percaya sama orang tuanya.


Dari dua tipe ini, saya adalah tipe anak no dua, adik saya tipenya no 1 . Sejak kecil saya tidak terlalu obsesi terhadap materi. Jadi ketika ada salam tempel ya saya kasihkan ke ibu saya. "Tolong simpankan" Itu saja. Beda lagi dengan adik saya, dia akan bertanya, menghitung ulang berapa uangnya lalu membelanjakannya sesuai dengan keinginannya.

Salam tempel sekarang dengan zaman saya kecil secara teknis sama, yang berbeda hanya nominalnya saja. Dulu 100 ribu rupiah itu sudah sangat besar sedangkang sekarang mendapat 100 ribu rupiah sudah biasa, namun tetaplah besar.


Dari pengalaman saya mendapatkan salam tempel lalu melihat fenomena kedua anak saya, ternyata ada kemiripan dari sisi karakter. Anak saya yang pertama memiliki karakter anak tipe kedua. Dia tidak perduli dengan jumlah uangnya, tidak pernah menghitung sendiri berapa uang yang dimilikinya, uang itu aman sama ibunya.


Sedangkan si bungsu memiliki karakter sebaliknya. Pengingat. Dia mengingat siapa saja yang memberikan salam tempe, berapa jumlahnya . Kemudian dia juga tahu berapa jumlah keseluruhan karena setiap saat akan bertanya kepada ibunya uangnya sudah berapa banyak . Dia juga sering berpesan agar tidak boleh menggunakan uangnya. "Uangku buat beli PS5" Katanya. Padahal membaca saja belum lancar. Hehehehe

Salam tempel membuat anak bergembira, sumber: jurnas.com
Salam tempel membuat anak bergembira, sumber: jurnas.com
Sejarah Salam Tempel


Salam tempel di hari raya sudah menjadi kebudayaan ,dari awalnya tradisi yang dimulai dari kebiasaan orang -- orang yang merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tidak hanya dari keluarga , kadang dari tetangga apabila kita mampir ke rumah mereka, dari pak RT , pak RW atau siapa saja yang kita temui yang berkeluasan hati dan materi. Bahkan orang yang tidak berpunya saja bisa memberikan salam tempel kepada keluarganya di rumah. Luar biasa memang fenomena ini.

Salam tempel dalam Kamus Besar  Bahasa Indonesia (KBBI) berarti salam yang disertai uang (atau amplop berisi uang) dan sebagainya yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami. Tradisi memberikan uang saat setelah Shalat Ied ini pun terus dilakukan oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini.


Tidak hanya bagi orang tionghoa yang memilki tradisi membagikan angpau, tapi masyarakat Arab pun ternyata punya tradisi ini .
Tercatat dari kekalifahan Fatimiyah, Etiyah dan menyebar ke negara -- negara islam lainnya termasuk ke Indonesia. Saat ini bentuk angpau berbeda dengan angpau tionghoa yang umumnya berwarna merah. Angpau untuk salam tempel biasa nya bergambar karakter lucu dan memang ini diperuntukan untuk anak -- anak agar menarik dan meriah suasananya. Yang jelas dahulu saya happy dapat angpau salam tempel, sekarang pun tetap Bahagia karena kedua anak saya juga dapat salam tempel.


Karena salam tempel lah , saya, kedua anak saya dan seluruh anak -- anak di Indonesia bisa  belajar mengenal uang, nominalnya, jumlahnya dan peruntukannya. Uang yang diterima  saat ini bukanlah gratifikasi untuk kepentingan si pemberi, tetapi lebih besar dari itu saling memberikan kebahagiaan di momen istimewa lebaran. Salam tempel  penggunaannya bisa diaturkan sesuai keinginan anak. Anak maunya apa kita sebagai orang tua memenuhinya. Inilah pertama kalinya mereka memiliki kuasa atas kepemilikan uang . Bagi  mereka yang mampu mengatur keuangan saat menerima salam tempel Insya Allah di masa depan mereka akan lebih pandai dalam mengelola keuangannya.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun