Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjadi Fitri di Masa Pandemi, Seperti Apa?

12 Mei 2021   21:28 Diperbarui: 12 Mei 2021   21:36 2775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamar Idul Fitri 1 Syawal 1442 H . Sumber : tribunnews.com

Menjadi Suci di Hari Raya Saat Pandemi Melanda Tahun 1442 H

Fitri di sini bukan nama orang / gadis ya! Fitri ini diartikan suci, bersih kembali ke asal seperti bayi baru lahir tanpa dosa.

Besok seluruh umat muslim sedunia merayakan Hari yang suci, hari  fitrah bernama Idul Fitri. Hari Besar yang Suci setelah satu bulan lamanya kita menahan lapar dan haus.  Menahan segala hawa nafsu dunia ini kita  kenal dengan nama Puasa Ramadan.

Setelah berpuasa di Bulan Ramadan benarkah kita akan Kembali suci? Seperti bayi baru lahir tidak punya dosa? Sebegitu mudah kah kita mendapatkan kesucian itu? Lalu kriteria seperti apa orang yang mendapatkan kesucian tersebu?

Kita ketahui bahwa puasa yang kita laksanakan adalah pengejawantahan dari Perintah Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 183. Di situ disebutkan hanya orang -- orang yang beriman saja yang dipanggil khusus untuk melaksanakan shaum ini.  Apakah  saat kita menjalankan perintah Rukun Islam ini kita termasuk  orang beriman yang dimaksudkan Tuhan? Banyak sekali pertanyaan -- pertanyaan yang  belum terjawab kenapa kita bisa menjadi suci setelah berpuasa.

Di Bulan Ramadan ini, khususnya Tahun 2021 adalah tahun di mana kita merayakannya dalam kondisi prihatin karena pandemi dari wabah bernama Covid-19. Di negara asalnya  di Wuhan (Tiongkok) dari berita yang saya baca sudah dianggap selesai dan tidak ada indikasi penyebaran yang meluas seperti pada awal Tahun 2019 lalu. Kenapa mereka bisa terbebas dari Covid-19 ? Apa bedanya SDM mereka dengan kita? Bukankah muslim lebih harus taklid (cinta buta) kepada agamanya  dibandingkan masayarakat komunis kepada pemerintahannya?

Sejarah Islam banyak mengisahkan bahwa masa  pandemi / penyakit telah melanda negeri di zaman Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya Umar Ibnu Khatab .  Beliau, Nabi yang agung telah mengajarkan dua cara sederhana untuk menghadapinya, yaitu :

1.Jangan pergi ke tempat di mana ada wabah penyakit tersebut;
2.Jangan keluar dari tempat di mana ada wabah penyakit tersebut.

Hanya dua ini caranya, tidak ada jalan lain. Karena wabah seperti covid-19 hanya hilang apabila tidak ada penyertanya yaitu manusia, makanya dikenal dengan istilah karantina wilayah dan lockdown .

Saya ingin menceritakan  penyakit/ wabah pada zaman Nabi dan sahabat , yaitu penyakit  Thaun.  Kisah wabah Thaun juga pernah terjadi di zaman kekhlifahan Umar Bin Khatab. Tau sendiri kan karakter Umar yang sangat tegas, saking tegasnya setan saja tidak berani menggoda sang Khalifah. Lalu apa pelajarannya?

Suasana Lebaran yang dirindukan, sumber : indozone.id
Suasana Lebaran yang dirindukan, sumber : indozone.id
Kembali soal kesucian tadi.  Untuk menjadi fitri dibutuhkan konsistensi , konskuensi logis antara akal dan hati.  Baru -- baru ini pemerintah kita telah melarang dengan keras agar masyarakat tidak mudik.Mudik sendiri adalah perpindahan / pergerakan orang mengunjungi kampung halamannya bertemu orang tua, saudara, handai taulan di momen Hari Raya. Mayoritas umat muslim mestinya paham bahwa pemerintah sudah/ sedanga  menjalankan fungsinya untuk melindungi segenap rakyat Indonesia agar tidak terpapar Virus Corona. Sekali lagi kalau mau suci, hendaknya jangan mencoreng diri dengan tetap menjalankan mudik. Kenapa saya bisa berkata begitu? Karena perintah / anjuran nabi tidak bisa kita ikuti dalam menanggulangi wabah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun