Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Bila Kita Menghapus Sistem di Sekolah?

3 Agustus 2019   09:06 Diperbarui: 3 Agustus 2019   09:21 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terbuka dan menarik. Bagaimana bila belajar akhlak, tetapi hiburan di luar begitu gencar. Apabila mereka kedapatan melakukan tindakan penyelewengan di luar sekolah, lantas apa yang mereka pelajari di dalam sekolah?

Kita harus merubah konsep belajar, karena sejak kelas satu kita difokuskan pada pelajaran akademik dan bukan tentang attitude. Pelajaran yang menyenangkan itu dapat kita jalani selama enam bulan saja, belajar mengantri, toleransi, dan hal-hal sepele yang dapat menjadi blunder di masa depan. Termasuk kejujuran, yang tidak dimiliki oleh para oknum KKN. 

Jujur untuk kepentingan umum dan bukan kebohongan yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Anak-anak itu juga harus diajari tentang menghormati hak-hak pribadi. Rahasia pribadi dan lain sebagainya. Juga pengetahuan seks sejak dini.

Mereka tidak harus melulu direcoki dengan matematika, bahasa dan lain sebagainya. Setelah enam bulan, memasuki kelas dua. Tahapan yang lebih tinggi. Dan seterusnya begitu sampai mereka begitu matang untuk mempelajari hal-hal sulit. 

Terlebih, mereka tidak perlu belajar dengan tekun mata pelajaran yang tak mereka kuasai. Guru hanya mengajar satu mata pelajaran dan selama dua belas tahun, para murid harus menguasai hampir sepuluh mata pelajaran. Tentu, mereka akan kesulitan menempatkan porsi mata pelajaran di otaknya. Sangat tidak adil sejak mereka bersekolah.

Bahkan, B.J Habibie pun sewaktu membuat pesawat N-250 Gatot Kaca tidak memikirkan biologi atau ekonomi. Ia merancang dan memikirkan dengan mata pelajaran matematika serta fisika. Pernah suatu ketika penulis diberitahu bahwa sistem belajar sekolah kita bentuknya spiral dan bukan garis lurus, mata pelajaran terus diulangi dan sedikit demi sedikit kesulitan bertambah. 

Padahal, mereka harus lulus dengan mendapatkan nilai baik dengan bab di buku pelajaran mereka total sejumlah hampir dua puluh lima bab. Dan itu baru satu mata pelajaran, bagaimana dengan tujuh mata pelajaran lainnya?

Tidak salah mereka mencontek atau membuat sistem curang cara mereka sendiri. Menguasai semua mata pelajaran akan sangat berhasil, bila mereka tidak perlu memikirkan hiburan yang menjadi dunianya. 

Cukup fokus dengan belajar di sekolah dan itu akan berhasil, tetapi apakah harus begitu? Ki Hajar Dewantara saja mengatakan sekolah sebagai taman siswa dan bukan penjara siswa.

Ketakutan akan selesainya sekolah bukanlah sebuah kewajaran. Untuk apa takut bila kita memiliki niat untuk menjadi apa nantinya. Banyak kisah yang tersebar dipelbagai platform internet. Search, kisah-kisah motivasi dari cerita nyata para penulisnya. Nah, lantas apa yang perlu dibenahi dari sekolah?

Role model!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun