Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Naik Pesawat Udara Sekeluarga Perlu Dihindari?

10 Januari 2021   16:54 Diperbarui: 14 Januari 2021   10:44 3356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I. Satu Keluarga Korban

Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak tidak saja menorehkan duka mendalam bagi keluarga korban tetapi juga kerisauan di tengah-tengah publik ketika menggunakan pesawat udara bersama dengan keluarga. Apakah perlu dihindari agar satu keluarga jangan menumpang pesawat yang sama bersamaan? 

Seperti diberitkan ada 56 penumpang dan 6 kru dalam pesawat Sriwijaya Air yang naas jatuh di wilayah perairan kepulauan seribu di Jakarta. Di antara penumpang, paling tidak ada dua kelurga besar yang menjadi korban membawa duka mendalam bagi siapapun.

Keluarga pertama, keluarga Yaman Zai, yang tinggal bekerja di Pontianak Kalimantan Barat, dan di dalam pesawat yang jatuh itu ada istri dan 3 orang anak-anaknya, termasuk satu yang baru lahir. Diberitakan, keluarganya yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, datang berlibur ke Pontianak sambil berjumpa dengan sang bapak, Yaman Zai. Jangankan libur dan berbahagia bersama, mereka tidak akan berjumpa selama-lamanya.

Saat ingin membahagiakan istri dan ketiga anaknya, keempat keluarganya malah terenggut bersama jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY-182 di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).  "Istri saya, lalu tiga anak saya jadi penumpang. Saya itu bekerja setahun lebih di sini, mereka mau kesini mau liburan," ungkapnya sembari menangis. Bahkan, di katakannya, turut pula anaknya yang baru lahir beberapa bulan lalu pun ikut menjadi penumpang di pesawat yang belum diketahui keberadaannya ini 

Keluarga kedua, seorang ASN dari KLH bernama Rziki Wahyudi menjadi penumpang pesawat malang ini bersama dengan Ibu, istri dan dua orang anak-anaknya yang berumur 12 dan 6 tahun. Mereka terbang dari Bangka Belitung menuju Pontianak tetapi transit di Jakarta. Mereka sekeluarga menjadi korban dalam peristiwa jatuhny pesawat Sriwijaya Air yang baru saja 4 menit take off ketika kehilangan kontak dengan menara kontrol hingga dikabarkan jatuh.

Rizky Kurniawan mengenang momen terakhir bersama Rizki Wahyudi, sebelum keluarganya itu menjadi korban insiden pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1). Dalam kejadian tersebut, Rizki Wahyudi yang merupakan aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH), menjadi korban insiden Sriwijaya Air SJ 182 bersama ibu, istri, dan dua anaknya yang masing-masing berusia 12 tahun dan 6 bulan.

Bahwa jatuhnya pesawat dan memakan korban yang banyak bukan kali ini saja. Sudah sering terjadi, baik di Indonesia maupun di dunia mana saja dengan beragam penyebab. Tetapi menarik untuk direnungkan, ketika di dalam pesawat itu ada beberapa penumpang yang merupakan satu keluarga, baik utuh maupun sebagian besar.

Mari berfleksi saja dan menjawab tanya sederhana ini. Seberapa berisiko sebuah keluarga menaiki pesawat yang sama pada waktu yang bersamaan? Atau perlukah dihindari naik pesawat yang sama pada saat yang oleh satu keluarga?

Sangat mungkin ada yang menjawab bahwa kecelakaan, bahkan kematian itu urusan yang di atas, urusan Tuhan Allah. Jadi jangan dipikirkan, kalau saatnya tiba ya pasti akan terjadi kecelakaan dan kematian. Dan kalau belum saatnya, maka akan terhindar dari apapun. Mungkin juga mempedomani peribahasa lawas yang berkata "untung tidak dapat diraih dan malang tidak dapat ditolak" yang makna sederhananya mengatakan bahwa masa depan itu rahasia Sang Ilahi termasuk kecelakaan dan kematian.

 Sehingga, apa yang dialami oleh dua keluarga yaitu Yaman Zai dan Rizki Wahyudi adalah jawaban atas rahasia Sang Pemilik Kehidupan. Dan karenanya mereka harus menerima kenyataan yang pahit itu. Jawaban ini pun tentu saja memiliki "nilai" tertentu yang dipercayai seseorang. Bagaimana kalau Yaman Zai dan keluarga Rizki tidak bisa menerima kenyataan itu? Sangat mungkin, mereka akan mencari jawaban lain, kendati keluarga yang sudah menjadi korban tidak akan hidup kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun