Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Banjir Masih Terus Datang, Jangan Reaktif!

24 Januari 2020   17:16 Diperbarui: 24 Januari 2020   18:13 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://regional.kompas.com/

Banjir masih belum usai saudara-saudara sekalian. Bahkan ini baru bagian permulaan saja. Dan karenanya, dipastikan nyaris hampir setiap minggu pasti ada banjir, ada genangan air di jalan-jalan yang Anda lalu. Di lingkungan perumahan yang Anda tinggali sedemikian rupa sehingga Anda pasti akan terganggu aktifitas keseharian Anda. 

Syukur-syukur banjirnya tidak mampir dan masuk kedalam rumah Anda, seperti yang terjadi awal bulan  Januari ini hingga beberapa hari, dan kerepotan Anda dan keluarga tidak akan habis terkuras hanya untuk mengurus tamu banjir yang sangat tidak dikehendaki kedatangannya.

Banjir besar yang telah melumpuhkan Jakarta dan sekitar nyaris hampir semingguan di awal bulan ini, telah meninggalkan trauma yang pasti tidak bisa dilupakan oleh warga. Tidak hanya bagi mereka yang mengalami musibah langsung saja, tetapi juga yang tidak mengalami tetapi menjadi stagnan aktifitas nyaris semua warga mengalaminya.

Menarik melihat keadaan yang muncul, bahwa nyaris semua warga menjadi sangat reaktif. Sambil terus menggerutu, emosi, marah-marah dan terus mencari dan menciptakan kambing hitam. Lalu, Gubernur dan wali kota menjadi sasaran pelampiasan kemarahan warga, baik yang tidak terkena dan tentu saja terutama yang mengalaminya. Tidak bisa dihindari, bahkan Gubernur DKI, Anies Baswedan telah menjadi sasaran kemarahan warga. Saking marahnya, lalu membawa kearah ranah hukum dengan class action, dan berusaha menuntut Gubernur DKI atas bencana dan kerugian yang di derita.

Itu tentu satu soal, dan karena sudah di ranah hukum, maka tentu ada jalur yang memang harus ditempuh oleh para penuntut itu. Soal berhasil atau gagal juga itu tentu sebuah kisah tersendiri, yang dipastikan tidak akan selesai seketika, dan pasti juga tidak akan mengganggu banjir yang masih terus akan mengalir dan datang ke wilayah Jakarta dan sekitarnya. Seperti yang terjadi pada hari ini, Jumat 24 Januari 2020, wilayah Jakarta Utara mengalami banjir sejak pagi. Begitu juga dengan dua dan tiga hari sebelumnya, dengan curah hujan yang tidak terlalu besar saja, sebagian wilayah jalan di Jakarta sudah tergenang dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan. Walaupun hanya dalam beberapa jam saja.

https://rmol.id
https://rmol.id

Banjir awal tahun ini hanya merupakan awal, dan akan terus berlanjut hingga beberapa minggu bahkan bulan kedepan. Ini berita bukan hal baru. Sebab sesungguhnya, peringatan akan ada musim hujan yang berat itu oleh BMKG sudah lama disampaikan kepada semua orang. Terutama pihak pemerintah daerah, tetapi juga warga DKI dan sekitarnya. 

Tapi begitulah mentalitas warga negeri ini tentang peringatan dini bencana alam seperti banjir. Mentalitas reaktif dan bukan responsif. Mind set nya sudah kacau. Dan tetap berpikir mungkin tidak akan terjadi. Mungkin rumahku tidak terkena. Mungkin dan mungkin. Nah, saat benar-benar bencana datang, baru berteriak dan mencari kambing hitam. Tapi, bencana banjir tetap saja dia hadir dan datang memasuki wilayah dan rumah-rumah penduduk negeri ini.

Peringatan BMKG sesungguhnya sudah terjadi nyaris sepanjang tahun 2019, ketika musim kemarau terus saja melanda negeri ini, utamanya Jakarta dan sekitarnya. Harusnya, selama tahun 2019 semua warga dan pihak pemda mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan banjir itu dengan mengontrol dan memfungsikan semua fasilitas yang tersedia, seperti pompa, pintu air, penampungan, saluran air, sampah dikontrol dan setiap wakga yang menjadi langganan banjir harus memiliki exit strategi ketika banjir mampir ke rumah masing-masing. Paling tidak kerugian dan penderitaan bisa dikurangi kalau tidak bisa sama sekali dihindari.

Tetapi, fakta menjelaskan bahwa nyaris hampir semua warga tidak siap menghadapi banjir. Artinya, banjir datang dan merasa tidak menduga akan mengalami bencana. Dan kenyataannya menjadi penuh penderitaan dan kesengsaraan bahkan kerugian materi gara-gara di terjang habis-hasbisan oleh banjir. Jangan yang ada di dalam rumah, yang ada diluar saja, di atap rumah juga diterjang habis-habisan oleh si banjir ini.

Memang, menyalahkan terus Gubernur, Walikota dan para Bupati tidak akan mengurangi banjir itu. Sebab ketika hujan terus menerus turun seperti yang diramalkan oleh BMKG, maka aliran banjir akan terus bergerak menerjang dan menghancurkan.

Tentu saja ini tidak bermaksud menyetujui dan mengamini cara Pemda menangani banjir yang terlalu banyak retorika dan alasan-alasan klise, tetapi warga negeri ini harus bijaksana untuk mengelola keadaan yang dihadapi.

Warga harus mengandalkan diri sendiri menghadapi bencana banjir yang mungkin akan mampir ke rumah masing-masing. Artinya, lakukan langkah-langkah konkrit yang bisa menyelamatkan situasi masing-masing. Kalau memang rumahnya langganan banjir yang mampir hingga ke atap rumah, sebaiknya pindah saja dari sana. Kalau tidak bisa pindah karena keadaan keuangan, maka selamatkanlah semua barang-barang berharga agar tidak hancur ketika banjir datang. Miliki fasilitas dalam rumah yang minimalis saja yang kalau kena banjir tidak akan banyak kerugiannya.

Pesan pentingnya adalah jangan pernah reaktif terhadap bencana apapun, terutama banjir. Tapi bersikap responsif mulai sekarang. Asumsikan saja bahwa besok atau nanti malam akan ada banjir besar. Dan karenanya bersiaplah untuk menyelamatkan semua barang-barang berharga Anda. Paling tidak hingga selesai musim hujan sesuai peringatan dari BMKG

Bersikap reaktif, apalagi menyalahkan gubernur dan orang lain, hanya akan menambah beban Anda dan penderitaan yang dialami tidak akan pernah berkurang barang satu jengkalpun. Nah, kalau itu yang terjadi, bersiaplah dengan sikap responsif dan bukan reaktif.

Bahwa disana ada tanggungjawab pemerintah daerah, ada tanggungjawab gubernur, bupati dan wali kota itu semua benar. Tetapi ketika mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka warga juga tidak bisa berbuat apa apa. Ini menjadi pelajaran politik yang sangat mahal. Artinya, ketika memilih kepala daerah, hendaknya warga mengkritisi dan memilih pimpinan yang memang mampu memimpin warganya terutama ketika bencana seperti banjir ini datang.

YupG. 24 Januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun