Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

MRT Budaya Baru, Selamat Tinggal Metromini, Kopaja, dan Bus Kota!

24 Maret 2019   14:15 Diperbarui: 27 Maret 2019   10:59 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya Moda Raya Terpadu disingkat MRT diresmikan pengopersiannya secara komersial oleh Presiden Joko Widodo pada hari Minggu 24 Maret 2019 di jantung kota Jakarta, yaitu Bundaran HI.

Peresmian penggunaan MRT ini telah didahului dengan uji coba secara gratis selama 12 hari, yaitu 12 hingga 23 Maret 2019, dan selama uji coba MRT itu ribuan mayarakat setiap hari memanfaatkan untuk mencoba.

MRT Jakarta ini sungguh mengehebohkan seluruh negeri ini, bukan saja karena kemewahan dan kehebatan MRT itu, tetapi juga karena proyek MRT ini sudah digagas sejak 30 tahunan yang lalu, dari satu kepemimpinan DKI ke kepemiminan berikutnya, bahkan dari beberapa kali ganti Presiden.

Publik Jakarta dan rakyat Indonesia secara umum, gemas saja melihat negara-negara tetangga yang sudah sangat jauh majunya dibidang transportasi MRT ini. Sementara Indonesia baru memulainya, walaupun sejak lama dianggap menjadi kebutuhan mendesak untuk dikerjakan.

Budaya Baru


Pada saat meresmikan pengoperasioan MRT Jakarta fase I ini, dari atas panggung Jokowi mengatakan bahwa "MRT itu merupakan peradaban baru untuk bertransportasi di Indonesia dengan menegaskan 3 hal kunci yaitu jangan membuang sampah sembarangan didalam MRT, biasakan untuk antri, dan disiplin waktu".

Budaya baru dalam bertransportasi di Indonesia sudah harus segera berubah secara total, karena ini tuntutan dari kemajuan yang sedang dialami oleh negara ini apalagi ketika mimpi menjadi salah satu dari 5 besar negara didunia pada tahun 2045, urusan sistem transportasi yang terintegrasi seperti MRT, LRT dan Transjakarta menjadi keharusan.

Selama ini, budaya bertransportasi sering disimbolkan dengan "budaya metromini" atau "budaya kopaja" dan "budaya bus kota". Semua sudah faham artinya yaitu baik supir maupun penumpang semuanya melakukan dengan suka-sukanya saja.

Rambu-rambu lalulintas seakan tidak ada gunanya, halte buspun tidak berfungsi karena naik atau turun penumpang sesuka hati supir dan juga penumpang. Bahkan, supirpun bisa saja menurunkan penumpangnya walaupun belum sampai tujuannya.

Sesak-sesakan di kota, metromini, dan kopaja jangan lagi ditanya karena itu menjadi "tragedi" yang dialami sehari hari oleh publik Jakarta.

Akibatnya memang sangat merugikan penumpang dan masyarakat, belum lagi harus berhadapan dengan para pencopet didalam bus dan nyaris menjadi pemandangan keseharian para penumpang.

Ketika MRT, LRT dan TransJakrata yang sudah duluan berjalan maka semua budaya metromini dan budaya bus kota akan hilang adanya. Dipastikan supir dan penumpang tidak bisa lagi sesuka hatinya memanfaatkan MRT karena semuanya sudah diatur dengan sistem yang sangat ketat.

Masyarakat penumpang harus menyesuaikan diri dengan sistem transportasi MRT yang ada, kalau tidak bisa menyesuaikan diri maka tidak bisa menggunakan moda transportasi ini.

Misalnya, setiap penumpang harus memiliki kartu yang berisi uang untuk bisa memiliki akses menggunakan MRT, demikian juga dengan jadual berangkat, turun dan sampai ketujuan telah diatur oleh sistem. Disiplin waktu menjadi budaya bagi masyarakat di negara-negara maju. Demikian juga dengan kebiasaan untuk disiplin dalam antrian dan tidak lagi menyerobot.

Ketakutan untuk tidak mendapatkan tempat duduk tidak lagi terjadi dengan MRT, karena dalam waktu setiap menit akan muncul gerbong berikutnya, demikian seterusnya dari pagi-pagi hingga malam hari. Bahkan suatu saat akan beroperasi selama 24 jam, seperti yang sudah berjalan di sejumlah negera di dunia.

Budaya Kebersihan: Tidak ada tong sampah!

Ketika saya dan rombongan mencoba MRT pada tanggal 12 Maret yang lalu, seorang teman membawa gelas minuman di dalam gerbong. Dan langsung ditegur oleh penjaga kemanan agar langsung membuang di tempat sampah di stasiun pemberhentian.

Betul, di dalam gerbong MRT tidak disediakan tempat sampah, atau keranjang sampah,  dan hanya ada pada stasiun pemberhentian. Artinya penumpang tidak boleh membuang sampah di dalam gerbong dan harus menyimpang sendiri hingga sampai pada pintu keluarnya.

Ini nampak kecil dan sepele, tetapi sesungguhnya inilah masalah besar bagi publik Indonesia, yaitu ketidakmampuannya untuk tidak buang sampah sembarangan. Walaupun di depan matanya sudah ada tempat sampah, tetapi tidak memanfaatkannya.

MRT akan berusaha untuk menertibkan penumpang agar menjaga kebersihan gerbong MRT dan stasiun MRT bebas dari sampah apapun. Untuk urusan sampah ini, Singapura menjadi acuan yang bagus ketika awal-awal mendisiplinkan rakyatnya, akan mengenakan denda bagi yang buang sampah sembarangan. Hasilnya, Anda bisa melihat bagaimana kota Singapura sangata bersih!

Mungkinkah Indonesia mampu mengubah budaya bersih ini melalui penerapan MRT ini? Harusnya bisa, karena walaupun MRT Jakarta Fase I ini, antara Lebak Bulus hingga Bundaran HI, kurang lebih 10an km, akan diteruskan pada fasae MRT ke II, dari Bundaran HI hingga kota.

Bahkan dari sambutan Presiden Jokowi, 10 tahun kedepan akan dibangun MRT sepanjang 231 Km, dengan anggaran sekitar Rp. 571 triliun. Ini menjadi indikasi sangat kuat bahwa Manajemen MRT harus sangat kuat, tegas, disiplin dan tidak main-main.

Membayangkan Jakarta pada tahun 2030 dengan 231 km panjangnya MRT, ditambah lagi dengan LRT, dan TransJakarta, maka Kota Jakarta akan menjadi sebuah peradaban baru didunia. Menjadi pusat dinamika ekonomi dunia.

Moda Raya Terpadu, MRT, akan betul-betul mengintegrasikan semua bentuk transportasi yang ada di Jakarta. Maka masyarakat tidak lagi berpikir untuk membeli kendaraan, membeli mobil yang hanya menghabiskan uang saja yang sebetulnya dapat digunakan untuk kesejahteraannya.

Selamat buat MRT, Selamat buat Jakarta, Selamat buat Indonesia dengan "Budaya Baru bertransportasi". Demi Indonesia Maju !

Yupiter Gulo, 24 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun