Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Generasi Milenial Hebat Bermoral

9 Februari 2019   14:07 Diperbarui: 9 Februari 2019   14:23 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

III. Generasi Milenial Bermoral
Pertumbuhan usia pemuda/di milenial bersamaan dengan perkembangan entertainment melalui internet, gawai dan sekarang sangat maju melalui berbagai aplikasi digital.

Dari pengamatan banyak ahli di negara maju menyebutkan generasi milenial diperkirakan bahwa diantara mereka terjadi banyak perbedaan faham tentang makna etika dan faham rasial.

Karena generasi milenial mau lebih berpikir dengan menunjukkan bahwa kaum mileneal lebih banyak yang bersekolah daripada golongan muda zaman sebelum mereka. Yang menonjol adalah sikap keterbukaan generasi mileneal dibandingkan dengan generasi tua. Mereka disebut generasi liberal progresif.

Howard Gardner pencetus Teori Multiple Intelligence dalam bukunya Five Minds for The Future, Harvard Business School Press (2007), merenungkan bahwa pikiran etis (ethical mind) adalah sifat dari pekerjaan seseorang dan kebutuhan serta keinginan masyarakat di mana seseorang tinggal. 

Pikiran ini mengkonsepkan bagaimana pekerja bisa mengerjakan tujuan yang berada di luar kepentingan pribadinya dan bagaimana warga bisa bekerja tanpa mementingkan diri guna meningkatkan kesejahteraan bersama. Pikiran etis kemudian bertindak berdasarkan analisis-analisis itu.

Di abad ke-21 pikiran etis berlanjut ke kecerdasan teknologi dan kecerdasan digital, kemudian pemikiran kearah Neuro Linguistic Psychology (NLP), pikiran tentang pasar dan tentang berdemokrasi, pikiran strategis hingga yang tidak bisa ditinggalkan adalah pikiran rohani. 

Sedang pendapat Gardner tentang kecerdasan majemuk (multiple intellenge) terungkap bahwa semua manusia memiliki sejumlah kemampuan kognitif yang relatif independen yang masing-masing dibedakannya sebagai kecerdasan tersendiri.

Karena beragam alasan, orang berbeda satu sama lain dalam hal profil kecerdasan dan fakta ini sangat mempengaruhi sekolah dan tempat kerja.

Dalam bukunya Five Minds for the Future (2007), Howard Gardner membahas lima tingkatan pemikiran, yaitu: Pikiran Terdisiplin, Pikiran Menyintesis, Pikiran Mencipta, Pikiran Merespect dan Pikiran Etis. Kali ini hanya satu tingkatan yang paling atas, yaitu disiplin secara singkat dikurip disisni:

Baik manajemen maupun kepemimpinan adalah suatu disiplin - meskipun keduanya lebih baik dipandang sebagai keterampilan. Demikian pula semua profesional -- entah pengacara, arsitek, ahli mesin - harus mengetahui jenis-jenis pengetahuan dan prosedur-prosedur kunci yang membuat mereka layak menjadi bagian dari profesi mereka.

Dan semua -- cendikiawan, pemimpin perusahaan, serta profesional apapun - harus tetap mengasah ketrampilan masing-masing. Disinilah peningkatan disiplin ilmu untuk masa depan harus terus ditingkatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun