Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Anda Sarjana? Saya Sarjana Kehidupan

22 Oktober 2018   18:29 Diperbarui: 23 Oktober 2018   07:37 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://editpower.club/amiphoto.html

Seorang sahabat menuliskan statusnya di sosial media yang sangat menggugah dan menjadi bahan diskusi yang sangat hangat dikelas perkuliahan saya hari ini . Status sahabat medsos atas nama Catur Ning ini berbunyi seperti berikut ini :

Sarjana Kehidupan itu nggak punya titel.

Nggak punya transkrip nilai.

Nggak pernah pesta kelulusan.

Dan cuma Tuhan yang tau.

Apakah ia berhasil lulus memuaskan atau hanya pas-pasan.

Www.facebook.com/caturning
Www.facebook.com/caturning
Menurut saya pesan dari status ini menjelaskan dengan sederhana sebuah makna kehidupan. Atau lebih jelasnya, makna bagaimana seseorang memberi makna terjadap perjalanan hidup yang dialami oleh sejumlah orang pada umumnya, bahkan mungkin sebagian besar orang.

Ketika mahasiswa saya memberikan pendapat dan pandangan mereka yang sangat beragam, salah satu pertanyaan klasik yang sering dilontarkan oleh mahasiswa adalah "apakah menjadi sarjana itu memberikan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan?"

Inilah realitias yang hidup ditengah-tengah masyarakat, bahwa hanya dengan memiliki titel sarjana, maka pekerjaan akan mudah didapatkan. Tanpa mencapai tingkat kesarjanaan maka jangan mimpi bisa dapat pekerjaan. Itu sebabnya, semua orang ingin menjadi sarjana, karena mau mendapatkan pekerjaan, dan dengan pekerjaan maka ada jaminan kehidupan akan lebih baik.

Tidak ada yang salah dengan jalan pemikiran ini, dan dilakukan oleh hampir semua orang. Tetapi bukti menunukkan pula bahwa tidak semua orang yang mendapatkan pekerjaan, posisi yang hebat dan baik, bahkan menjadi orang sukses adalah mereka yang sudah mendapatkan titel sarjana.

Kalau dicoba dilacak data-data yang ada, Anda akan menemukan fakta-fakta yang menarik tentangan para Sarjana ini. Data BPS yang dirilis pada tahun 2018 memperlihatkan bahwa total Sarjana di Indonesia sekitar 7.000.000 orang. Memang jumlahnya relative kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai 260.000.000 penduduk.

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada tahun 2018, jumlah Sarjana Menganggur adalah sekitar 8% dari 7 juta itu, dan angka ini terus meningkat dari tahun ketahun.

Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa ternyata titel kesarjanaan tidak selalu menjadi tiket otomatis untuk mendapatkan pekerjaan disuatu perusahaan atau organisasi.

Titel Sarjana untuk Mendapatkan Pekerjaan?

Apakah lalu menjadi sarjana tidak perlu dan tidak penting kalau memang bukan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan?

Pertanyaan inipun sesuatu yang keliru, sehingga tidak perlu dijawab karena pasti jawabannya keliru pula.

Maksudnya adalah mencari pekerjaan itu satu soal, dan menjadi seorang sarjana itu soal lain. Ada hubungannnya, bisa saja ada. Hubungan langsung atau tidak langsung, bisa saja terjadi, tergantung apa yang hendak diungkapkan didalamnya.

Pekerjaan atau job adalah sebuah posisi yang ada dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang membutuhkan seseorang untuk mengisi dan menjalankannya untuk tujuan tertentu. 

Orang yang mau bekerja bisa mengisi posisi dimaksud dengan sejumlah persayaratan yang ditetapkan oleh si pemilik pekerjaan atau perusahaan. Salah satu persayaratan, biasanya adalah pendidikan tertentu, bisa sarjana, bisa hanya lulusan SMK, atau lulus SDpun bisa. Ingat, masih banyak persyaratan lain yang dibutuhkan untuk dipenuhi, misalnya, persyatan fisik, pengalaman, kepribadian, latar belakang sosial, dan masih banyak lagi.

Jadi, benar bahwa mencari perkerjaan, atau mendapatkan perkerjaan yang terbaik tidak selalu karena titel sarjana itu. Gelar kesarjanaan hanya salah satu persyatan yang dibutuhkan untuk jabatan atau posisi pekerjaan tertentu.

Bila demikian halnya, untuk apa seseorang sekolah mencari gelar kesarjanaan itu bila memang tidak selalu menjadi tiket mendapatkan pekerjaan?

Harus difahami dengan benar dahulu bahwa Titel Sarjana itu, hanya sebagi penanda bagi seseorang telah menuntaskan pendidikannya sampai level tertentu. Misalnya S1, kemudian S2, lalu S3. Ada SH atau SE, kemudian ada MH atau MM, lalu ada Doktor atau PhD.

Ini perlu disadari karena tidak semua program pendidikan ada titel kesarjanaannya. Misalnya pendidikan vokasi, yang menekankan atau fokus pada pengusaan skill tertentu. Di banyak perusahaan manufaktur, yang dibutuhkan adalah tenaga-tenaga kerja yang trampil bukan karena gelar akademiknya.

Fahami bahwa belajar itu adalah sebuah proses yang dialami seseorang untuk mengubah pola piker, cara berpikir, mindset, paradigm dari tidak memahami apa-apa menjadi memiliki pemahaman. Dari tidak memiliki pengetahuan menjadi memiliki pengetahuan. Dari tidak punya ketrampilan menjadi terampil pada bidang tertentu.

Proses belajar di lembaga pendidikan, diyakini akan menolong atau membantu setiap orang untuk mempercepat proses pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Hanya saja, proses pembelanjaran di sekolah tidak selalu, dan memang tidak harus dalam rangka agar bisa bekerja di perusahaan. Karena pembelajaran yang dibutuhkan oleh manusia, bukan semata-mata untuk bekerja saja tetapi untuk kepentingan yang jauh lebih luas tentang kehidupan ini.

Saya Sarjana Kehidupan

Status sahabat Catur Ning yang saya kutip diatas menjelaskan dengan tegas bahwa kehidupan ini tidak diukur oleh gelar atau titel kesarjanaan yang dimiliki oleh seseorang. Karena gelar kesarjanaan itu, hanya berguna dalam konteks atau lingkungan akademik yang mewajibakannya.

Tetapi, dalam kehidupan nyata, yang dituntut adalah kemampuan seseorang untuk mengelola kehidupan yang dimilikinya secara benar, dan memberikan manfaat, dampak yang signifikan dalam kehidupan di lingkungan tempat dia ada. Memajukan peradaban, dan kehidupan bersama, memberikan solusi bagi masalah kehidupan, dan membangun masa depan yang lebih baik dan baik dari waktu ke waktu.

Mewujdukan kehidupan yang seperti itu, bukan lagi ditanyakan apa gelar kesarjaan Anda, tetapi yang dituntut adalah wujud konkrit tindakan yang membuat perubahan, yang membawa perbeedaan dan yang meningkatkan derajat, kesejateraan dan kedamaian dan keadilan bagi semua orang dilingkungannya.

Tuhan Pemilik Kesarjanaan

Dan lebih dari itu, bagaimana seseorang mampu mewujudkan kehidupan sebagai cerminan  atau refleksi pemahamannya bahwa ada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha  Kuasa yang memberikan kehidupan baginya. Sehingga dia ada dibumi yang fana ini, dan dia bisa menjadi bertumbuh dan besar dan kuat dalam berbagai rintangan yang mampu dilewatinya karena kekuatan dan hikmat dari Tuhan sendiri.

Sarjana kehidupan, itulah yang Tuhan mau bagi setiap manusia. Dan hanya Tuhan sendirilah yang mampu menilai apakah seseorang berhasil menjadi Sarjana Kehidupan itu. Apakah dia layak atau tidalk layak, apakah dia masuk surge atau masuk neraka, hanya Tuhan yang menilainya.

Inilah pesan yang sangat mendasar, sangat kuat, dan inti kehidupan yang ditulis oleh Catur Ning dalam status sosial medianya. Manusia yang tidak menyadari tentang hekekat kehidupan ini, akan sangat disibukkan untuk terus mencari dan mengumpulkan berbagai gelar dan titel kesarjanaan duniawi yang sesungguhnya adalah sia-sia belaka. Mengapa? Karena titel kesarjanaan itu tidak menjadi jaminan sama sekali bahwa orang itu akan masuk surga!

Yupiter Gulo, 22 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun