Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karakteristik Pemimpin yang Bermoral, Pemimpin yang Berani

11 Juli 2018   20:14 Diperbarui: 12 Juli 2018   08:44 11254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.gladiatorguards.com/

"Berani karena benar, takut karena salah"

Etika sebagai Tantangan Kepemimpinan

 Pemimpin menghadapi banyak tekanan yang menantang kemampuannya untuk melakukan hal yang benar dalam mengendalikan sebuah perusahaan atau komunitas. 

Tantangan yang paling berbahaya bagi seorang pemimpin itu bukan pada tindakan korupsi yang mungkin dilakukan akan tetapi, pada aspek kepentingan pribadinya.  Atau kemampuannya mengendalikan diri dengan mengutamakan kepentingannya sendiri. Tekanan untuk menaikan profit perusahaan, memenuhi permintaan vendor atau mitra bisnisnya, semuanya bisa menyebabkan penyimpangan etika seorang pemimpin.

Tantangan lainnya datang dari pemilik perushaaan yang menuntut keuntungan secara berlebihan, menyebabkan para manajer bertindak tidak etis terhadap pelanggan, karyawan, bahkan kepada masyarakat. Bisa saja difahami bahwa, pada dasarnya, setiap organisasi pasti ingin dipandang sukses dan  berhasil dimata masyarakat, maka terkadang beberapa hal yang tidak etis dilakukan oleh pihak manajemen agar organisasinya dipandang baik dan hebat.

 Sikap Etis seorang Pemimpin

Seorang pemimpin memegang peranan yang sangat penting dalam menetapkan ethical climate  di dalam organisasi dan dalam bertindak, sebagai cerminan yang positif bagi para pengikutnya. Pemimpin memberitahu hal-hal penting melalui tingkah lakunya.

Misalnya, ketika pemimpin bertingkah laku baik, sopan, jujur, dan ramah maka pengikutnya akan senantiasa mengikutinya. Dan sebaliknya, pada saat pemimpin bertindak secara egois dan serakah maka hal itu dipandang oleh pengikut sebagai hal yang wajar dilakukan di dalam organisasinya.

"Tingkah laku pengikut merupakan cerminan dari tingkah laku pemimpinnya, yang pada akhirnya akan membentukkebiasaan dana budaya dalam organisasi perusahaan itu".

doc.pribadi
doc.pribadi
Perilaku PemimpinMoral

Berbicara mengenai bisnis tidak hanya suatu perwujudan manfaat ekonomis, tetapi juga berbicara mengenai nilai. Kepemimpinan berdasarkan moral bukan berarti mengesampingkan untung-rugi, nilai saham, biaya produksi, dan hal lainnya, melainkan juga mengikuti nilai-nilai etika yang berlaku dan mengakui pentingnya arti manusia, kualitasnya, dan tujuan yang lebih tinggi.

Henry Ford, seorang pendiri Ford Motor Company,  menyatakan bahwa "Selama ini, orang-orang percaya bahwa satu-satunya tujuan membangun industri adalah untuk menghasilkan keuntungan. Mereka salah. Tujuannya adalah untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat".

Satu-satunya faktor yang paling penting dalam pengambilan keputusan yang etis dalam suatu organisasi adalah apakah seorang pemimpin menunjukkan komitmen  terhadap nilai etika didalam cara berbicaranya dan terutama didalam tingkah lakunya. Ini berarti bahwa seorang pemimpin pada dasarnya adalah pemimpin moral, karena semua sikapnya, cara berpikirnya dan tindakannya akan menjadi panutan dan cerminan semua gerakan orang dalam perusahaan.

Bayangkan kalau pimpinannya memiliki sikap, cara bicara dan gaya bertindak yang tidak baik, tidak etis dan tentu tak bermoral maka semua orang akan menjadi kacau balau didalamnya, dan organisasi ini akan hancur tentunya.

Ada 10 cara sederhana untuk mengamati apakah seorang pemimpin bertindak sebagai seorang pemimpin yang bermoral, yaitu :

  • Mampu bicara dan menjunjung tinggi prinsip moral.
  • Berfokus  hal yang benar,  untuk organisasi dan orang yang terlibat.
  • Menetapkan sikap sebagai contoh.
  • Jujur pada diri sendiri dan orang lain.
  • Mengusir rasa takut dan membuang hal-hal yang tidak penting.
  • Membangun dan mengkomunikasikan aturan-aturan dan etika.
  • Tidak mengampuni tindakan-tindakan yang melanggar etika.
  • Memberi reward untuk orang yang mengikuti etika.
  • Memperlakukan orang dengan keadilan, kehormatan, dan saling menghargai.
  • Melakukan hal yang benar, meskipun tidak ada orang lain yang sedang melihat.

Pada umumnya perusahaan atau organisasi yang baik menetapkan code of conduct bagi semua orang dalam organisasinya. Sebagai kode etik yang yang dihormati, dipedomani dan dihaga dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya kode etik maka organisasi akan terhindar dari berbagai hal yang tidak baik yang sangat mempengaruhi kinerja organisasi keseluruhan. Kode etik bisa disebut juga sebagai nilai utama yang oleh karyawan harus dituruti atau dipatuhi. Contoh kode etik dalam suatu perusahaan :

  • Kepercayaan. Sikap saling menghargai dan percaya antara satu sama lain, dan terhadap pelanggan. Berbicara tentang fakta, dan menghargai opini orang lain.
  • Tidak menghakimi. Melayani pelanggan apa adanya sesuai realita.
  • Akuntabilitas. Melakukan pekerjaan dengan usaha terbaik untuk klien dan pelanggan.
  • Kerja sama. Menjunjung tinggi kolaborasi, kesuksesan berdasarkan kerja sama.
  • Selalu belajar hal baru. Belajar antara satu karyawan dengan lainnya.

Moral leadership merupakan kepemimpinan yang membedakan dengan tepat hal-hal yang salah dan melakukan yang benar; mencari yang adil, jujur, dan baik dalam praktek kepemimpinan. Ini pekerjaan yang tidak mudah bagi seorang pemimpin, dan dipastikan perbedaan setiap pemimpin itu terletak pada kepemimpinan moralnya. Ada yang sangat baik dan kuat tetapi banyak juga yang hanya sekederanya saja dan bahkan sering kandas dan tenggelam dalam kebiasaan yang tidk bermoral.

Secara personal, setiap pemimpin melewati tiga level pengembangan kemampuan moralnya dalam implemntasinya, yaitu (i). Preconventional level,  merupakan tingkat pembangunan moral pribadi  di mana individu egosentris dan prihatin dengan penerimaan penghargaan eksternal dan menghindari hukuman, (ii). 

Conventional level, merupakan tingkat pembangunan moral pribadi di mana orang belajar untuk menyesuaikan diri dengan harapan perilaku yang baik seperti yang didefinisikan oleh rekan kerja, keluarga, teman, dan masyarakat, (iii). Postconventional level,  merupakan tingkat pembangunan moral pribadi di mana pemimpin dipandu oleh seperangkat prinsip yang diinternalisasikan dan diakui secara universal dengan benar.

Pemimpin Moral adalah Pemimpin yang Melayani

Bila dicermati dengan baik sesungguhnya pemimpin yang bermoral akan melnajalankan fungsi dan peran kepemimpinannya dengan menguatamkan modal. Mengutamakan moral berarti memberikan tempat tertinggi bagi orang lain yang dilayaninya, dn bukan dirinya sendiri, dia memimpin dengan melayani dan bukan dilayani. Inilah yang dikenal dengan Pemimpin Pelayan atau Servant Leadership.  

Servant leadership merupakan kepemimpinan di mana pemimpin melampaui kepentingan diri sendiri untuk melayani kebutuhan yang lain, membantu orang lain untuk bertumbuh dan memberikan peluang agar orang lain mendapatkan  baik secara materi maupun kebutuhan  emosional. Intinya adalah pemimpin yang berubah focus dari diri sendiri kepada orang lain atau sesama. Kekuatan pemimpin yang melayani adalah fokus pada pemenuhan kebutuhan orang lain dan bukan kebutuhan diri sendiri.

Dikenal ada 4  tahap yang harus dilewati bila seseorang untuk mencapai level menjadi seorang Servant Leader, yaitu :

  1. Authoritarian Management, bahwa pemimpin adalah manajer yang baik yang mengarahkan dan mengendalikan orang-orang mereka. Pengikut adalah bawahan yang patuh yang mengikuti perintah.
  2. Participative Management, para pemimpin telah meningkatkan partisipasi karyawan melalui program saran karyawan, kelompok partisipasi, dan lingkaran berkualitas.
  3. Stewardship, perubahan yang sangat penting dalam pemikiran kepemimpinan.  Empat prinsip yang memberikan kerangka bagi stewardshi, yaitu Adopt a partnership mindset, Give decision-making power and the authority to act to those closest to the work and the customer, Tie rewards to contributions rather than formal positions, dan Expect core work teams to build the organization.
  4. The Servant Leader,  kepemimpinan dari atas ke bawah. Servant leader melayani kebutuhan orang lain melebihi kebutuhan dirinya sendiri, membantu orang lain tumbuh dan berkembang, serta memberikan peluang kepada orang lain untuk memperoleh hal-hal secara material maupun emosional.

Pemimpin Moral itu Pemberani

Kutipan kata-kata bijak diawal catatan diatas yaitu "berani karena benar takut karena salah", sungguh masih sangat relevan dalam memahami perilaku seorang pemimpin. Hanya orang-orang yang tidak bersalahlah yang berani melakukan yang terbaik bagi banyak orang. Tetapi orang-orang yang berbuat salah cenderung sangat hati-hati agar kesalahannya tidak diketahui orang lain. 

Menjadi pemimpin yang bermoral dan melayani bukan sesuatu yang mudah. Tetapi, itulah tuntutan dinamika perubahan yang dialami saat ini. Dan untuk itulah maka seorang pemimpin harus memiliki Courage, suatu ketegasan dan keberanian yang merupakan kekuatan mental dan moral untuk terlibat, gigih, dan bertahan dalam menghadapi bahaya, kesulitan, atau ketakutan tertentu.

Artinya seorang pemimpin yang courage adalah pemimpin yang menerima tanggungjawab, berani melawan arus yang kuat terutama yang bertentangan dengan tugas dan tanggungjawab yang diembannya, berani menerobos zona nyaman yang sering muncul sebagai tembok keberhasilan daripada kinerja yang baik dan dengan demikian dia akan melawan ketakutan yang besar sekalipun, keberaniannya untuk mengemukakan ide dan pikirannya walaupun orang lain tidak setuju, karena dia akan berperang memperjaungkan apa yang diyakinini sebagai kebenaran.

Untuk menyeimbangkan profit dengan individu, kepentingan pribadi dengan layanan, dan kontrol dengan penatagunaan ternyata membutuhkan keberanian moral. Sebuah sikap dan perilaku yang tidak mudah bagi seorang pemimpin.

Agar bisa menjadi seorang pemimpin yang memiliki keberanian yang super extra ini, harus mengembangkannya secara terus menerus dengan beberapa hal kunci, yaitu :

  • Believe in higher purpose,  keberanian datang dengan mudah ketika kita berkomitmen pada sesuatu yang sangat diyakini.  
  • Draw strength from others, keberanian dapat muncul ketika Anda dapat membangun ikatan saling peduli dan saling mendukung dengan keluarga, teman, dan rekan kerja untuk mengurangi rasa takut.
  • Harness frustration and anger, amarah dalam tingkat yang wajar adalah emosi yang sehat serta dapat memberi energi untuk menjadi lebih berani untuk bergerak maju. Amarah  dapat menyebabkan Anda melupakan rasa takut akan kritik, kegagalan, atau malu.
  • Take small steps, pemimpin yang berani adalah mereka yang mengembangkan keterampilan dan sumber daya yang mereka miliki untuk mengambil tindakan yang sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun