Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenali Sinyal Kuat untuk "Resign" dari Pekerjaan Anda

21 Juni 2018   15:25 Diperbarui: 25 Juni 2018   06:23 3633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada umumnya orang akan memilih pekerjaan dan tempat pekerjaan yang cocok dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki untuk jangka waktu panjang. Namun, keinginan itu tidak selalu berjalan mulus.

Bagi beberapa orang, dan memang sering terjadi, adalah ia baru menemukan pekerjaan yang sangat cocok setelah berpindah-pindah beberapa kali, dan itu ada banyak penyebabnya.

Biasanya, pekerjaannya sangat cocok dengan minat, kapabilitas, dan kapasitas yang dimilikinya. Tetapi, perusahaanya tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga merasa tidak betah untuk bekerja dengan maksimal. Atau perusahaannya yang sangat bagus karena nyaman dan fasilitasnya lengkap tetapi pekerjaannya tidak sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimiliki. Atau situasi lainnya yang sering muncul adalah pekerjaanya cocok dengan minat dan kompetensi yang dimiliki tetapi manajemennya, pimpinan atau bos perusahaanya sangat menyebalkan sehingga membuat tidak betah dalam berkaya dan bertumbuh dengan optimal.

Beberapa waktu yang lalu dalam sebuah tulisan saya, seorang sahabat kompasianer memberikan komentar tentang pengalaman di tempat kerjanya yang sangat "kacau-balau" karena manajernya tidak becus memimpin. Sehingga, setiap orang bekerja dengan sesuka hatinya. Dan sahabat ini terpaksa mengambil keputusan untuk resign atau keluar dari pekerjaan itu. Walaupun sangat-sangat berat dan tentu menyakitkan mengingat sudah sangat lama bekerja di sana, tetapi tidak ada pilihan lain dia harus keluar karena ketidaknyamannya dan sudah tidak tahan lagi.

Pengalaman seperti di atas, sangat jamak dialami oleh para karyawan, baik karyawan operasional maupun karyawan manajerial.

Ada yang terus bertahan walaupun tidak betah karena ketakutan untuk tidak mendapatkan pekerjaan ditempat lain dan mungkin tidak mau kehilangan banyak fasilitas yang membuat nyaman selama ini. Tetapi ada banyak juga karyawan yang langsung hengkang dan meninggalkan pekerjaanya dan mencari tempat lain yang membuatnya lebih nyaman dan aman dan bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Makna sebuah pekerjaan

Sebuah pekerjaan memiliki makna yang hakiki, baik dari sisi perusahaan yang memiliki dan menawarkan job, dan terutama bagi si pekerja atau karyawan yang membutuhkan dan akan menjalankan pekerjaan itu.

Pemahaman tentang arti atau makan job ini sangat mungkin beragam di antara semua orang yang melihat atau mengamati saja maupun yang langsung menjalankannya.

Menariknya, perbedaan pemahaman makna pekerjaan pada dasarnya akan menyebabkan perbedaan dalam bersikap, berperilaku dan menjalankan pekerjaan itu. Dan pada akhirnya pasti akan memberikan output atau capaian dan hasil yang berbeda-beda pula.

Itu sebabnya, menjadi penting bagi siapa saja yang akan mengelola sumber daya manusia dalam suatu organisasi. 

Maksudnya, pemahaman yang semakin akurat tentang masalah makna pekerjaan bagi setiap karyawan akan menjadi pintu masuk untuk menentukan cara maupun strategi yang cocok agar apa yang diharapkan dari setiap karyawan bisa diwujudkan dengan optimal, dan terhindari dari penyimpangan yang berlarut-larut hingga menjadi situasinya kritis dan menciptkan banyak persoalan.

Bagi perusahaan makna sebuah job atau pekerjaan ini adalah sebuah instrumen atau alat untuk mewujudnyatakan tujuan yang sudah ditetapkan.

Semua berawal dari adanya tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan, kemudian ditetapkalah fungsi-fungsi utama yang harus ada di dalam organisasi, yang lalu disebut sebagai job atau position dana tau pekerjaan. 

Di dalam sebuah job, akan ada rincian dari apa yang harus dikerjakan oleh seseorang, bagaimana dia mengerjakannya, dan menggunakan apa saja untuk mengerjakannya, dan harus berhubungan dan berkomunikasi dengan siapa saja dan target-target apa yang harus dicapainya setiap waktu. Itulah yang disebut job description atau uraian pekerjaan.

Uraian pekerjaan menjadi acuan mendasar bagi sebuah organisasi untuk mengelola semua karyawannya dengan jelas dan tegas.

Mengikuti uraian pekerjaanya, lalu harus disadari bahwa tidak semua orang memiliki karakteristik dan kemampuan yang cocok dengan setiap job yang ada di dalam organisasi. Sebab, sebuah job memiliki kriteria yang berbeda dengan job yang lain. 

Katakanlah, ada seseorang yang ingin sekali pekerjaan sebagai security atau keamanan tetapi karakteristik dan kemampuan fisiknya tidak cocok untuk posisi keamanan.

Demikian juga ada orang yang ingin sekali pekerjaan sebagai auditor internal, tetapi latar belakang pendidikannya bukan akuntansi sehingga tidak cocok.

Apa makna pekerjaan bagi seorang karyawan? Secara tradisional dipahami bekerja itu sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Seseorang bekerja untuk mendapatkan penghasilan atau gaji secara rutin setiap bulan agar kebutuhan pribadi dan keluarganya bila sudah berkeluarga dapat terpenuhi. Bila hanya itu yang menjadi makna sebuah job bagi karyawan, maka persoalannya tentu sangat sederhana, bukan!?

Dinamika dan perkembangan yang terjadi saat ini, makna bekerja bagi karyawan tidak lagi sekedar untuk mendapatkan gaji.

Gaji, tentu saja, dibutuhkan oleh setiap pekerja untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Tetapi, kebutuhan hidup bukanlah sekedar gaji.

Sebab bila ini yang digunakan sebagai dasar pemikiran, maka makna penting karyawan dalam perusahaan tidak lebih dari sekadar faktor produksi saja, sama dengan faktor produksi lainnya, yaitu bahan baku, modal. 

Karyawan itu bukan bahan baku, dan juga bukan sekedar capital uang saja. Tetapi karyawan itu makhluk yang disebut manusia yang hidup, berdinamika, bertumbuh, dan berkembang karena memiliki jiwa, roh, skil, knowledge, attitude dan ability yang tidak dimiliki oleh faktor produksi yang lain.

Oleh kareannya, lalu makna kerja bagi seorang karyawan bukan sekadar memperoleh gaji bulanan. Tetapi lebih dari itu.

Job menjadi bagian hidup seorang karyawan untuk mengeksplorasi semua potensi dan kemampuan yang dimilikinya untuk terus bertumbuh dan berkembang menjadi optimal dan maksimal.

Makna pekerjaan bagi seorang karywan menjadi sarana untuk menjalani hidup yang bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dan terus baik.

Meminjam Teori Motivasi dari Abraham Maslow, tentang Hierakhie of Needs, yang menyederhanakan pemenuhan kebutuhan manusia mulai dari yang paling mendasar sampai yang paling tinggi. Maslow menyebutkan setiap orang harus memenuhi kebutuah dasarnya, kebutuhan fisik yaitu makan dan pakaian. Pada level ini orang harus berjuang untuk mendapatkan makan dan minum, sehingga motonya adalah, "Hidup ini demi sepotong roti". 

Bila kebutuhan dasar terpenuhi baaru muncul kebutuhan keamanan, yaitu butuh tempat tinggal. Setelah itu, muncul kebutuhan sosial untuk saling berelasi dengan orang lain.

Diikuti dengan kebutuhan pengakuan atau penghargaan, dan yang paling tinggi adalah kebutuhan untuk mengaktualisakan diri dan mengembangkan potensi kepribadian dan kompetensi yang dimiliki.

Nah, rasanya makna pekerjaan tidak sesederhana yang dibayangkan. Apa yang dikemukakan oleh Maslow ini, sudah teruji dan menjadi landasan bagi setiap perusahaan untuk mengelola karyawannya yang menduduki job tertentu.

Mungkin saja si employees tidak faham tetapi pihak manajemen harus memahamkan itu pada karyawannya. 

Yaitu, ketika seorang karyawan ditempaatkan pada satu posisi pekerjaan, kepadanya harus diyakinkan bahwa job ini selain Anda mendapatkan gaji dan berbagai fasilitas yang tersedia tetapi Anda juga akan memiliki peluang untuk berkembang melalui career path yang tersedia.

Bahkan Anda boleh mencapai posisi puncak yang ada didalam perusahaan, sejauh sesuai strategi yang dimiliki oleh perusahaan.

Kalau ini yang dilakukan oleh semua perusahaan, maka bisa dipastikan bahwa keberhasilan sudah menanti bagi perusahaan ini dan juga keberhasilan dan kemajuan bagi setiap orang karyawan yang bekerja dalam perusahaan ini.

Hmm...ini tentu menjadi mimpi yang indah, walaupun mewujdukannya tentu tidak semudah dan secepat yang dibayangkan!

Employees Turn-Over (Intention):

Sesungguhnya istilah turn-over karyawan ataupun turn-over intention, keduannya sangat tidak disukai oleh perusahaan dan juga sangat dibenci oleh si karyawan itu sendiri.

Karena kedua istilah ini memperlihatkan adanya masalah serius dalam perusahaan itu sehingga karyawannya tidak betah untuk bertahan dalam bekerja.

Ini penting sekali menjadi agenda utama bagi seorang Manajer atau Direktur HRD dalam suatu perusahaan.

Bila dibiarkan maka akibatnya bisa sangat fatal bagi keberlangsungan hidup perusahaan.

Istilah turn-over karyawan menunjukkan sebuah situasi dalam perusahaan dimana karyawannya keluar masuk secara signifikan.

Semakin tinggi turn-over berarti karyawan yang keluar dan karyawan yang masuk sangat tinggi, bahkan ini menjadi indikasi bahwa karyawan lain yang masih belum keluarpun memiliki keinginan kuat (intention) untuk keluar.

Keadaan ini menjadi indikasi yang sangat tidak sehat secara manajemen.

Sesungguhnya tidak ada satupun perusahaan atau organisasi yang menginginkan terjadi turn-over yang tinggi dalam perusahaannya. Tidak ada!

Sebab, proses melakukan rekrutmen, seleksi, penempatan, pendidikan dan pengembangan seorang karyawan membutuhkan biaya yang mahal.

Tidak saja dari sisi anggaran yang harus dikeluarkan, tetapi juga waktu dan tenaga yang terbuang percuma dalam proses itu.

Dan lebih fatal lagi adalah sangat mungkin terganggu proses produksi, lancarnya pekerjaan dan terganggunya target yang harus dikejar. Memulai kembali melakukan rekrutmen menjadi biaya baru dalam perusahaan.

Bila turn-over karyawan ini sangat tidak diinginkan terjadi oleh manajemen dalam perusahaan, lalu mengapa turn-over itu terjadi?

Jawabannya sederhana, secara manajerial turn-over yang tinggi ataupun turn-over intention yang tinggi terjadi karena proses manajemen yang dilakukan dalam MSDM, tidak benar atau ada mis-management yang mendasar.

Sangat mungkin planning-nya sudah benar dan bagus, tetapi implementasinya, atau lebih dikenal dengan human resources management practies tidak berjalan dengan benar dan baik.

Dalam terminologi tradisional tidak tercapai prinsip yaitu the right man on the right place, karyawan yang tepat pada posisi yang tepat.

Pada pihak karyawan pada dasarnya tidak ada yang mau bekerja dalam suatu perusahaan kemudian keluar lagi dan pindah ketempat lainnya.

Seorang karyawan yang diterima pada suatu posisi pekerjaan memiliki harapan untuk bekerja dalam jangka waktu yang lama.

Bila perlu, once and forever, ya, sekali dan selamanya. Berpindah-pindah pekerjaan bagi seseorang sesungguhnya tidaklah menyenangkan karena tidak saja harus memulai segala sesuatu dengan hal yang baru, lingkungan kerja baru, penyesuaian yang baru, masuk dalam budaya organisasi yang baru, dan hal-hal lainnya yang pada dasarnya tidaklah menjadi indikator seorang karyawan yang baik adanya.

Ketika seorang karyawan berkeinginan untuk pindah pekerjaan dan pada akhirnya harus keluar dari pekerjaannya, secara manajerial dapat disimpulkan bahwa harapannya tidak mampu dipenuhi oleh perusahaan yang mempekerjakannya. 

Ini wajar adanya, ketika pekerjaan yang sudah dijalani jauh dari harapan awalnya harusnya lebih baik keluar dan pindah ketempat lain. Bila tidak keluar, dipastikan karyawannya tidak akan nyaman bekerja dan kinerjanya pasti tidak akan maksimal yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan itu sendiri.

Mempertimbangkan dampak negatif turn-over karyawan maka Manajemen harus mampu mengelola persoalan yang dihadapi oleh karyawan, terutama memberikan perhatian yang utama pada kebutuhan dasar setiap karyawan itu sendiri. Hanya dengan cara memenuhi apa yang menjadi harapan, cita-cita dan mimpi merekalah turn-over maupun turn-over intention bisa dikurangi sekecil mungkin angkanya.  

Ada berbagai cara yang bisa diambil oleh perusahaan, selain kebutuhan dasar tetapi lebih penting adalah pemberdayaan, pengembangan diri, serta keterlibatan dalam proses manajerial pekerjaan yang dilakukan. Akan mendorong karyawan untuk meningkatkan employee engagement, maupun employee organizational commeetment yang tinggi. 

Semakin tinggi rasa keterikatan dan komitment organisasi karyawan, makaa rasa memilikinya akan semakin dan pada akhirnya loyalitas akan tinggi pula. Ini menjadi indikator bahwa turn-over maupun turn over intention akan bisa ditekan pada level terendah.

Mengenali Sinyal untuk Job Resign :

Apapun situasinya seorang karyawan tidak boleh lengah apalagi terbawa arus dalam situasi yang tidak mengutungkan untuk mengeplorasi dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki ketika berada dalam suatu posisi pekerjaannya. Sebab, fakta memperlihatkan bahwa seorang karyawan menghabiskan lebih banyak waktu yang berharga ditempat pekerjaannya daripada ditempat lain. 

Bahkan waktu seorang karyawan, bisa jadi, lebih banyak ditempat pekerjaanya dibandingkan dirumah bersama dengan keluarganya. Ini tentu berlaku di kota-kota besar seperti Jakarta. Seorang karyawan sudah harus meninggalkan rumah paling terlambat pukul 06.00 pagi dan pulang kerumah paling cepat pukul 19.00 dimalam hari.

Oleh karenanya, sangat penting bagi seorang karyawan untuk menghabiskan waktu di perusahaan yang tepat dengan posisi yang tepat serta berusaha dengan keras untuk mengejar peluang yang tepat disepanjang waktu yang tersedia baginya. Harapan ini tidak muluk-muluk adanya dan sangat wajar dialami oleh seseorang.

Namun fakta sering berbicara lain. Yaitu, banyak karyawan mengalami lebih banyak ketidakpuasan dalam pekerjaannya karena tuntutan pekerjaan yang berlebihan sementara tidak memiliki kendali atau control yang memadai untuk bereksplorasi dalam wilayah tanggungjawabnya. Akibatnya karyawan akan mengalami penderitaan psikologis yang sangat serius. 

Dengan kata lain, "apabila semakin besar tuntutan pekerjaan tetapi control atau kendali yang dimilki semakin kecil, maka akibatnya adalah semakin besar kemungkinan Anda menderita". Ini adalah contoh konkrit sebuah lingkungan pekerjaan yang buruk bagi seorang karyawaan. Karena akan didera oleh kelelahan, kurang tidur, kecemanan yang meningkat bahkan bisa lebih fatal lagi yaitu depresi.

Bertahan dalam pekerjaan yang buruk terlalu lama bisa sangat membahayakan karier seseorang. Dan apabila sudah mencoba berbagai cara untuk bisa bertahan lebih lama dalam sebuah pekerjaan tetapi tidak kelihatan perubahan yang berarti, mungkin itulah saatnya untuk segera resign dari pekerjaan itu. Memilih untuk meninggalkan pekerjaan bisa menjadi keputusan yang memilukan dan membuat seseorang menderita, tetapi itulah pilihan yang tepat untuk dieksekusi.

Travis Bradberry salah seorang pakar dan penulis buku lari berjudul Emotional Intelligence 2.0  mengidentifikasi  ada sembilan sinyal kuat sebagai pertanda bagi seorang karyawan untuk segera keluar dari suatu pekerjaan. Kesembilan tanda itu sebagai berikut:

1. Perusahaan Mengetatkan Pengendalian

Sesungguhnya setiap karyawan akan merasakan apa yang sedang dialami oleh perusahaan tempatnya bekerja. Bahkan kesehatan perusahaan bisa dirasakan langsung oleh karyawan. Ada banyak gejala yang bisa digunakan untuk menyimpulkan apakah perusahaan sehat atau sedang sakit. Kesehatan perusahaan menjadi pertimbangan utama bagi seorang karyawan untuk bertahan atau keluar sesegera mungkin. 

Artinya, jangan menunggu hingga perusahaan collapse  baru keluar. Apabila Anda khawatir dengan kesehatan perusahaan, kemungkinan besar Anda benar untuk keluar. Perhatikan indikasinya, seperti mendadak semua hal sampai yang kecil-kecil harus mendapatkan persetujuan manajemen, sering diadakan rapat-rapat tertutup, atau peningkatan keberangkatan manajemen puncak. 

Jika Anda curiga bahwa bisnis sedang bermasalah, mungkin sudah waktunya untuk pergi. Jika Anda menunggu sampai perusahaan tutup maka sangat mungkin akan berada di pasar kerja yang bersaing dengan mantan rekan kerja Anda.

2. Tidak Ada Ruang untuk Kemajuan.

Sangat mudah terjebak dalam pekerjaan dan, jika menyukai apa yang Anda lakukan, walaupun stganan dapat membuat Anda nyaman-nyaman saja. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap pekerjaan harus meningkatkan keterampilan, dan menambah nilai sebagai seorang karyawan. Jika merasakan tidak mempelajari sesuatu yang baru dan hanya berpura-pura melakukan hal yang sama, sementara orang-orang di sekitarmu mendapatkan promosi dan tugas besar, inilah saatnya untuk mencari di tempat lain.

3. Anda Keluar dari Lingkaran.

Apakah Anda sepertinya selalu menjadi orang terakhir yang mendengar tentang apa yang sedang terjadi di tempat kerja?

Jika tidak diundang menghadiri rapat, jarang mendapatkan waktu berhadapan dengan manajemen tingkat atas, dan bahkan tidak pernah mendengar tentang proyek besar yang sangat digemari oleh banyak karyawan, itu bisa berarti bahwa atasan hanya melihat Anda sebagai tubuh yang mengisi meja dan bukan orang penting yang memberikan kontributor berharga. Itulah yang disebut sebagai berita buruk untuk karirmu dan mungkin ini saatnya untuk pindah saja.

4. Tahu Lebih dari Atasan Anda.

Setiap karyawan memiliki boss atau atasan langsung. Ada banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa peran seorang Atasan atau Pimpinan/Manajer terhadap kinerja dan kemmpuan seorang karyawan sangat tinggi. Leadership style seorsang atasan tentu akan banyak mewarnai arah perkembangan karyawannya.

Bagaimana kalau Manajernya tidak "becus" bekerja? Hmm, dipastikan akan sangat frustasi bekerja untuk seseorang yang diyakini kurang terampil atau kurang berpengetahuan dibandingkan Anda, tetapi masalah sebenarnya lebih dalam dari itu. 

Jika tidak dapat mempercayai kepemimpinan perusahaan Anda untuk membuat keputusan yang baik dan mengarahkan kapal ke arah yang benar, Anda akan hidup dalam keadaan kecemasan yang konstan.  Jangan pelihara bekerja dalam kecemasan karena akibatnya sangat fatal bari Anda, yaitu tenggelam bersama dengan kebangkrutan perusahaan Anda.  

5. Boss yang Buruk Tidak Kemana-mana

Bagaimana kalau Bossnya sangat buruk? Tetapi disukai oleh Manajemen bahkan disenangi oleh pemiilik perusahaan?

Pilihannya Anda bisa bertahan sampai boss yang buruk pergi atau memilih untuk pergi sebelum Anda semakin menderita. Jika memiliki bos yang buruk yang sangat disukai oleh manajemen tingkat atas, mungkin saatnya untuk pergi. 

Selain membuat Anda sengsara setiap hari, seorang manajer bermuka dua yang dicintai oleh para petinggi dapat mendatangkan malapetaka dalam karier karyawannya dengan mengambil kredit untuk pekerjaan Anda, menjelek-jelekkan Anda kepada orang lain, dan menyalahkan Anda atas hal-hal yang salah.

Ini situasi yang sangat tidak membuat Anda menjadi orang yang bertumbuh secara sehat. Pergilah sesegera mungkin ke tempat lain.

6. Ketakutan Bekerja.

Bila seorang karyawan selalu mengalami hari buruk atau minggu buruk dalam pekerjaannya, bahkan bukan hanya sehari saja atau seminggu saja tetapi dalam beberapa minggu merasakan minggu buruk untuk bekerja.

Ini sebuah situasi horor yang menjadi indikasi kuat bahwa pekerjaan yang dijalankan tidak sesuai lagi dengan keadaan karyawan itu.

Bila ini yang dirasakan terus menerus, dari hari Senin hingga hari Jumat atau Sabtu maka itu sinyal kuat untuk segera meninggalkan pekerjaan dan perusahaan itu.

7. Kehilangan Gairah Kerja.

Gairah itu merupakan unsur penting dan fital untuk meraih kesuksesan dalam pekerjaan.

Jika Anda tidak antusias atau bahkan tidak peduli dengan pekerjaan yang dilakukan, inilah waktunya untuk mengevaluasi kembali karier Anda dalam perusahaan ini.

Bahkan jika sangat menyukai perusahaan, menyenangi atasan, dan hubungan yang sangat akrab dan baik dengan rekan sekerja Anda, sesungguhnya itu tidak sebanding dengan usaha jika Anda membenci pekerjaan itu. Hasrat dan gairah serta antusias bekerjalah yang lebih utama dipenuhi baru aspek lainnya.

Bila tidak mendapatkannya itu sinyal kuat untuk segera meninggalkan pekerjaan itu.

8. Kesehatanmu Sedang Menderita.

Prinsip yang mengatakan bahwa kesehatan itu segala-galanya sungguh sangatlah tepat dalam dunia kerja. Hanya dengan tubuh dan jiwa yang sehat maka semua pekerjaan bisa dilakukan dengan baik.

Sebaliknya, ketika tidak sehat maka semua aktifitas akan terhenti juga. Perlu sekali difahami oleh setiap karyawan untuk menjaga dan merawat kesehatan itu. 

Bahkan gaji besarpun tidak mampu membeli atau menggantikan kesehatan yang baik. Obat boleh dibeli tetapi kesehatan tidak bisa dibayar dengan uang.

Stres kerja dapat menyebabkan depresi, insomnia, sakit kepala, sering sakit, bahkan bisa lebih buruk lagi dari itu. Bila sinyal itu sangat kuat, jangan biarkan ini terjadi pada Anda, pergilah segera ketempat yang aman.

9. Kehidupan Pribadi Menderita.

Dalam banyak situasi seorang karyawan sering tidak bisa memisahkan lagi antara kehidupan pekerjaan di tempat kerjanya dengan kehidupan pribadinya.

Dalam banyak kasus, kehidupan pribadi seseorang karyawan sering terabaikan secara konsisten dan permanen.

Ini adalah sebuah indikasi yang sangat tidak sehat bagi kelangsungkan kehidupan pribadi seorang karyawan. Indikasi kuat ketika kehidupan pribadi menjadi sakit itu sinyal kuat untuk segera meninggalkan tempat kerja itu dan berpindah ketempat yang membuat lebih terjaga kehidupan pribadi Anda.

Resign -- be Smart Employee

Walaupun ada 9 sinyal kuat yang bisa dilihat dan dirasakan oleh seorang karyawan, tetap menjadi tidak mudah untuk membuat keputusan akahir, yaitu resign atau mengundurkan diri atau keluar dari perusahaannya. 

Mengapa tidak mudah untuk segera keluar, karena resiko yang dihadapi tidaklah mudah, antara lain kehilangan pekerjaan, atau kehilangan berbagai fasilitas, dan juga kehilangan sumber pendapatan tetap untuk menunjang keberlangsungan hidupnya dan keluarganya.

Pesan bijak yang menjadi aucannya adalah apabila  Anda memutuskan untuk resign, jadilah bijak dan pinter untuk keluar dengan baik-baik. Ingat  "janganlah membakar jembatan dengan melampiaskan semua alasan yang tinggalkan di tempat pekerjaan lama Ands, karena hal itu tidak pernah bisa menyelesaikan sesuatu, dan bahkan malah bisa menghantuimu dikemudian hari".

 Yang perlu dilakukan oleh seorang karyawan yang mau resign dari jobnya adalah, cukup menjelaskan bahwa Anda pergi untuk mengejar peluang lain dan kemudian melakukan dengan sangat baik !. Inilah yang disebut sebagai be a smart employee !

YupiterGulo, 21/06/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun