Mohon tunggu...
Yunita Devika Damayanti
Yunita Devika Damayanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Football, Music, Books, Foods.

Pelajar paruh waktu yang mencintai sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Arsene Wenger: Piye? Iseh Penak Zamanku, Toh?

7 Februari 2021   13:00 Diperbarui: 7 Februari 2021   13:11 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @arsenal

Sejujurnya saya ini bingung saat mau menyebut Arsenal. Dibilang tim besar tapi kok perfromanya macem pesaing West Bromwich Albion, dibilang klub medioker ya tapi faktanya mereka pernah masuk jajaran elit tim Premier League. Ya sudahlah terserah kalian saja mau nyebutnya apa.

Usai beberapa laga di bulan Januari kemarin menorehkan tren positif, Arsenal seakan kembali ke setelan pabriknya usai bermain imbang melawan Manchester United. Kalah dari Wolverhampton Wanderers dan disusul keampasan mereka semalam melawan Jack Grealish dan kawan-kawannya.

Hawa kekalahan sebenarnya sudah menguar sejak awal, baru memasuki detik ke 74, alias belum genap dua menit usai peluit kick-off dibunyikan wasit, gol pertama sudah bersarang di gawangnya Mathew Ryan.

Memanfaatkan kesalahan Cedric Soares saat mengirim umpan, Bertrand Traore berhasil merebut bola dan memberi crossing yang berhasil dikonversi menjadi gol oleh Ollie Watkins. 1-0 untuk keunggulan Aston Villa.

Upaya Arsenal untuk menyamakan kedudukan baru terlihat saat Granit Xhaka mengeksekusi tendangan bebas. Udah cakep loh padahal itu free-kick dia, tapi sayangnya masih bisa ditepis Emiliano Martinez.

Berbeda dengan Arsenal yang biasanya baru unggul satu gol sudah main santai, Aston Villa malah berambisi untuk memperlebar jarak gol. Ross Barkley, eh tunggu dulu, ini nama amat sensitif bagi fans MU. Kita ganti aja pake Kak Ross.

Kak Ross mengirimkan through pass ke Traore, tapi Mathew Ryan masih bisa menghalau itu bola. Sebenernya masih sempet mau dimasukin lagi ke gawang sama Kak Ross, tapi bisa diblok sama Gabriel. Tumbenan itu orang agak bener, nggak dimasukin jadi gol bunuh diri.

Di sisa waktu babak pertama Arsenal terus meningkatkan serangan mereka, terlihat dari beberapa peluang yang tercipta di depan gawang Aston Villa, tapi skor bertahan 1-0 sampai babak pertama usai.

Di babak kedua giliran Aston Villa yang langsung tampil beringas. Lagi-lagi Kak Ross yang maju, dia hampir saja mencetak gol kalau itu bola tidak ditangkap oleh Ryan. Sampai di menit ke-52 sudah ada Watkins dan Kak Ross yang berkali-kali mengancam pertahanan The Gooners, meskipun gol tambahan masih nihil.

Arsenal yang capek diserang mulu, mencoba untuk bangkit dari keadaan. Lewat pemain mahal Nicholas Pepe yang hampir memperkecil ketertinggalan, tapi sayangnya masih melebar ke samping kiri gawang. Besok-besok dilebarin lagi itu tiangnya ya, biar nggak nyusahin.

Jual-beli serangan di babak kedua cukup signifikan, ada banyak peluang dari kedua tim yang sama-sama melesatkan tembakan ke gawang lawan.

Ada John McGinn yang melesatkan tendangan jarak jauh, tak ketinggalan Hector Ballerin juga ikutan ngasih shoot jarak jauh. Shoot doang, gol kaga.

Ditengah kebuntuan situasi, Pierre-Emerick Aubameyang masuk menggantikan Alexander Lacazette. Nah bener, langsung agak mendingan ini Arsenal pas Auba masuk, kenapa nggak dari tadi yak?

Dua peluang berbahaya langsung diciptakan Arsenal setelah Aubameyang dimasukan. Ada heading dari dia yang melebar dan sepakan Pepe yang masih bisa ditepis Martinez. Walaupun nggak gol tapi lumayan lah, bisa buat gentar-gentar anak-anak Villa Park.

Di sisa sisa menit, pemain baru Arsenal menunjukkan jati dirinya supaya terlihat lebih berguna saat dibeli. Martin Odegaard mempunyai peluang emas saat berdiri bebas di kotak penalti Villa pada menit ke-84, tapi sepakannya melambung di atas gawang.

Seperti yang kita semua tahu, Arsenal tumbang 1-0 di akhir pertandingan. Terdampar di papan tengah dengan koleksi 31 poin. So pathetic!

Di momen-momen ampas seperti ini saya jadi teringat Arsene Wenger saat masih melatih Meriam London. Arsene dan Arsenal adalah dua hal yang saling memiliki keterikatan yang kuat. Memang sih Opa Wenger juga agak nglawak, tapi masih mending karena ditangan dia Arsenal masih mampu bersaing di empat besar dan langganan main di UEFA Champions League, walaupun di akhir karirnya sempat oleng juga.

Pusing nggak ya itu Opa Wenger liat nasib mantan klubnya yang sekarang? Ah nggak urusan saya mah. Saya lebih menunggu Coach Justin posting video terbarunya saat review laga semalam. Kalau komentar saya bagaimana? Kurang lebih seperti ini.

"Arsenal ini mainnya nggak banget. Salah pasing muter-muter nggak jelas. Wilian maennya medioker banget, Pepe so so lah. Sangat layak buat kalah. Salam DepTalk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun