Selesai menikmati cita rasa soto goreng di resto Soto Rahayu Mulia, akhirnya suami mengajakku pulang ke asrama Pusdikzi. Kota Bogor membuatku rindu ingin kembali kesana untuk sekedar kulineran di seputaran Surya Kencana, karena banyak camilan yang bisa dibeli disana. Combro, ubi rebus, gorengan, cireng dan sebagainya. Bahkan beberapa resto yang pernah kusinggahi seperti Soto Rahayu Mulia, Gurih 7 Bogor, Teras Dara Bogor, Rumah Kopi Premium, rasanya ingin sekali waktu kesana untuk sekedar kulineran.
Sayang...hanya sekejab aku bisa menghirup udara kota Bogor, karena hari Sabtu dan Minggu disaat suami libur, saatnya harus beres-beres untuk pindahan ke Jakarta. Bersyukur mantan anggota suami sangat membantu proses pindahan dari Bogor ke Jakarta. Barang-barang diangkut menggunakan truk TNI, sementara aku dan suami masih setia naik KAI Commuter dengan harga yang relatif terjangkau.
Tepatnya di hari Minggu pagi, aku diajak suami naik kereta dari stasiun Bogor menuju stasiun Manggarai untuk menikmati perjalanan terakhir dari kota Bogor. Sungguh kala itu Bogor menyisakan kenangan yang tak terlupa. Terlebih untuk suami, perjalanan tiap hari yang ditempuh menggunakan kereta selama kurang lebih tiga bulan menjadi kenangan yang tak terlupa.
Suami benar-benar merasakan bahwa hidup memang harus diperjuangkan. Ketika kita memiliki impian, belum tentu impian itu sepenuhnya akan terwujud. Tetap Allah adalah skenario dari jalan hidup kita. Kita hanyalah lakon dari skenario yang sudah diciptakan oleh Allah, tidak boleh mengeluh apalagi marah. Melainkan kita harus bersyukur atas kehidupan yang kita jalani, meski harus naik commuter line setiap hari diantara kerumunan penumpang, bahkan terpaksa harus berdiri demi sampai tujuan. Pastinya bagi suami KAI Commuter adalah transportasi ternyaman yang penuh kenangan. Bahkan termasuk angkutan umum andalan yang murah, cepat, aman dan nyaman untuk mengais rezeki di Jakarta.