Oleh karena itu, meski masih berusia muda, syarat utama tetaplah kedewasaan politik. Kemampuan berpikir strategis, membangun negosiasi, serta membangun jejaring lintas generasi menjadi bekal yang tidak bisa ditawar. Tanpa itu, energi anak muda hanya berhenti sebagai simbol segar tanpa substansi.
Etika Kepemimpinan di Tengah Krisis Integritas
Konteks Indonesia hari ini menunjukkan krisis integritas yang nyata. Kita menyaksikan pejabat publik dengan gaya arogan, haus kekuasaan, serakah, bahkan serampangan dalam bertindak. Pola kepemimpinan seperti ini melahirkan kekecewaan dan sinisme publik terhadap politik.
Generasi muda tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama. Kehadiran mereka seharusnya membawa pergeseran budaya politik: dari arogansi menuju kerendahan hati, dari orientasi kekuasaan menuju pelayanan publik, dari serakah menuju transparan dan akuntabel.
Anak muda dituntut untuk menghadirkan wajah politik yang bersih dan bermoral. Mereka harus mengedepankan integritas, disiplin, serta kemampuan merangkul masyarakat. Di era keterbukaan informasi, gaya arogan dan manipulatif akan dengan cepat terbaca publik. Karena itu, pemimpin muda yang cerdas akan memanfaatkan keunggulan mereka dalam membaca aspirasi rakyat sekaligus membangun citra yang autentik, bukan artifisial.
Dengan etika yang kuat, anak muda bisa benar-benar menjadi motor lahirnya budaya politik baru, politik yang inklusif, solutif, dan berorientasi pada kepentingan rakyat, bukan sekadar panggung untuk mengumbar ambisi pribadi
Data, Fakta, dan Basis Demografi
Fenomena ini bukan hanya wacana, tetapi tercermin dalam data. Survei Katadata Insight Center (KIC) pada 2023 menunjukkan 66,3 persen pemuda percaya partisipasi politik mereka mampu memengaruhi kebijakan publik. Menjelang Pemilu 2024, 87,2 persen anak muda menyatakan siap menggunakan hak pilihnya, dan partisipasi lain seperti mengikuti diskusi politik (18,6 persen) atau seminar pendidikan politik (16 persen) juga cukup signifikan.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahkan mencatat jumlah pemilih muda: milenial dan Gen Z mencapai 115,6 juta orang atau 56,4 persen dari total daftar pemilih tetap. Angka ini menegaskan bahwa panggung politik Indonesia saat ini memang didominasi generasi baru. Dengan basis demografi sebesar itu, wajar bila keterlibatan pemimpin muda menjadi keniscayaan yang tidak bisa diabaikan.
Dari Tokoh Lokal hingga Panggung Global
Di tingkat lokal, muncul figur-figur muda yang mulai mengartikulasikan nilai-nilai kepemimpinan baru. Vinanda Prameswati, salah satu kepala daerah termuda, menekankan bahwa kepemimpinan generasi muda harus lebih adaptif terhadap realitas digital yang menjadi bagian sehari-hari masyarakat.