Mohon tunggu...
yuni aprita
yuni aprita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Generasi Milenial Bukan Generasi Peniru

28 Februari 2019   21:22 Diperbarui: 28 Februari 2019   21:29 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

" generasi milenial bukan generasi peniru "

Oleh :yuni aprita

Sma Unggulan ct arsa foundation

" Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas "

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kita sebagai bangsa indonesia, bangsa yang bertahun-tahun menjadi sasaran bangsa lain untuk ditaklukan, bangsa yang ingin dihancurkan oleh kekejaman yang selalu menindas bangsa ini. Namun, dengan kekuatan yang besar, bangsa ini mampu  menghancurkan ribuan heroisme dan kolonialisme dari bangsa luar.  Tantangan demi tantangan yang terus datang membuat bangsa menjadi negara yang kuat. Hingga akhirnya bangsa ini terbebas dari tantangan serta ancaman yang bertubi-tubi. Namun kini tantangan terbesar bangsa indonesia adalah pada era digital yang tentu sangat berbeda dengan segenap kompleksitas perang ekonomi, diplomasi lintas negara, kontestasi identitas hingga perebutan energi antarkorporasi.

Berkaca pada keadaan sekarang, kita sebagai bangsa yang kaya, bangsa yang jauh memiliki potensi untuk berkembang, seharusnya mampu menciptakan bangsa ini menjadi bangsa yang tak diinjak-injak dimata dunia. Generasi yang dengan mudah diombang-ambing oleh pesat kemajuan zaman. Generasi yang mudah dijatuhkan oleh sehembusan debu yang menutupi mata. Tidak salah jika sebagai remaja, generasi penerus bangsa kita ingin terlihat mampu diandalkan dimata dunia tetapi haruskah kita  menjadi generasi peniru?

Sebagai generasi penerus bangsa, saya ingin menunjukkan pada dunia luar bahwa generasi bangsa ini bukan generasi peniru, bukan generasi micin. Saya ingin menjadikan generasi bangsa ini menjadi generasi yang cerdas, mampu menyaring hal yang baik dan mana hal yang buruk.

Sekarang hanya kita sebagai generasi penerus bangsa yang harus berpikir. Apakah kita akan selalu diusik dan mudah dipengaruhi hanya dengan satu kata. Para generasi bangsaku, tidak salah jika kita ingin terlihat terdepan, tetapi tetaplah menjadi jati diri bangsa kita sendiri.

Generasi milenial yang mendefinisikan dirinya

Telinga kita mungkin masih sangat janggal dengan kata milenial ? Apa sih milenial itu ? Kenapa mlenial itu ada? Beribu pertanyaaan pun muncul dan terngiang-ngiang dikepala kita. Itu juga yang selama ini telah menjadi bahan pemikiran saya. Berbagai sumber, baik melalui narasumber ataupun observasi yang saya lakukan. Dan boleh dikatakan saya termasuk masyarakat awam yang jarang mendengar kata milenial tersebut. Ditambah lagi saya bersekolah di salah satu SMA yang hanya memfokuskan saya untuk belajar dan terus berprestasi. Keterbatasan informasi yang saya dapat, sangat mempengaruhi kehidupan saya terutama dalam hal-hal update dalam kehidupan sekarang. Terkadang saya merasa aneh ketika saya harus dihadapkan dengan hal-hal yang berbau remaja. Mungkin orang-orang disekeliling saya akan mengatakan diri saya sebagai orang yang kurang update atau lebih tepat kurang informasi. Jika dikatakan malu, jujur saya akan mengatakan iya, tetapi inilah kehidupan yang saya jalani. Saya harus siap sedia menyediakan kekuatan yang super kuat untuk menghadapi orang-orang yanghanya mampu menjudge saya dari luar. Padahal mereka tidak memhami apa yang sedang saya hadapi dan jalani. Mungkin benar apa yang dikatakan sebuah kata bijak " Barangsiapa yang tidak mengalami maka ia tidak akan memahami ".

Berbagai macam jenis kegiatan untuk mengetahui siapa sebenarnya generasi milenial atau generasi Z ini pun saya lakukan. Mulai dari membaca surat kabar hingga observasi dilingkungan hidup saya. Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan hari demi hari, kini saya mulai memahami siapa dan bagaimana sikap dari generasi milenial itu sendiri. Walaupun pada awalnya saya mengalami ketidaksanggupan dalam memecahkan masalah generasi milenial atau generasi Z ini, tetapi karena dorongan serta dukungan dari guru-guru serta teman-teman saya, saya pun mulai memberanikan diri saya untuk kembali melanjutkan penelitian serta observasi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun