Ini bukan soal banjir yang melanda kotamu
tapi air di matamu yang membeku dan membekas
siang itu seperti kemarin hujan menyapaku
di tengah surya yang menghujam panas
bukan tentang panas itu lagi-lagi bukan
tetapi guyuran air yang menenggelamkan
bukan juga tentang musibah banjir itu lagi-lagi bukan
tetapi ramalan cuaca yang menakutkan
Sejujurnya engkau adalah es di antara batu-batu
karena auramu tidaklah mencekam pelan satu per satu
Hanya kuberharap bisakah kau buatkan kolam
yang tengahnya lampu namun bersinar kelam
lalu kamu menepi karena alasan rancu
lalu aku seperti menyesali sesuatu
Kutak bisa tak yakin segera mampu tinggalkanmu
karena auramu menarik seperti sang malam
dan kerlingmu adalah lampu ataupun bohlam
yang membuatku semakin terpekur lalu ke dalam
dan diriku terpekur dalam
guyuran hujan cintamu
Awal tahun duapuluh ini andaikan kamu ada waktu ketelepun tadiÂ
ya, andaikan kamu ada waktu ketelepun tadiÂ
tentunya di jam ini kita telah berbincang dan berasyik masyuk