Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengurai Rasa (Bagian Terakhir)

14 Mei 2020   08:37 Diperbarui: 14 Mei 2020   09:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harrisvotefrankharris.com

"Kenapa?"

"Aku takut dosa."

Dennis tertawa berderai sampai keluar air matanya. "Kamu terlalu religious. Take it easy. Selama kita masih sama-sama bisa menikmati hubungan ini maka kita akan tinggal bersama. Jika tidak , kita bisa berpisah kapan saja."

"Aku tidak bisa seperti itu Den. Kalau aku sudah menikah aku bisa membawa Dina ke sini. Dia perlu orangtua yang bisa dijadikan teladan. Bukan seorang Ibu yang kumpul kebo dengan lelaki bule di Amerika."

Perlu waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk memikirkan kalimat-kalimat Sinta yang menggiringnya sampai pada gerbang pernikahan. Dennis bertemu dengan beberapa keluarga Indonesia lainnya di Hartford dan bertanya beberapa hal kepada mereka. Semuanya mendukung jika dia segera menikah. Tidak baik hidup bersama tanpa ikatan pernikahan. Dia harus berjanji di depan Tuhan untuk selalu mengasihi, menjaga dan melindungi istrinya . Dia harus bertanggung jawab tidak hanya kepada manusia tetapi kepada Tuhan. Sungguh merupakan hal yang berat untuk dilakukan pada usia  dua puluh dua.

 "Berapa umurnya ?" Ibu  Dennis ingin tahu ketika dia mengungkapkan niat akan menikahi seorang perempuan Indonesia yang sudah agak tua.

"Empat lima," jawabnya  tenang.  Tidak ada rasa malu atau  ragu.

Ibunya tertawa tanpa memberikan komentar. Umur Ibunya sekitar lima puluh.  Anak lelakinya yang tertua akan menikahi janda yang hanya lebih muda lima tahun dari Ibunya.

Dengan atau tanpa restu Ibunya, Dennis tetap akan menikahi Sinta. Pernikahan yang dilakukan secara sederhana di hadapan beberapa kenalannya. Lebih banyak orang-orang Asia yang datang pada pesta kecil di Rose garden Elizabeth Park. Di sekeliling taman mawar aneka warna itulah Dennis mengucapkan janjinya untuk selalu bersama Sinta dalam suka duka , sakit maupun sehat. Tak akan terpisahkan oleh apapun kecuali maut merenggut. Mereka pun gembira melihat Ibu Dennis dan dua orang adiknya , Ben dan Rebecca , ikut hadir di acara itu.

Dua minggu setelah pernikahan yang membuatnya bahagia, Dennis menjadi sulit tidur. Sepanjang hari dia terjaga sambil ketakutan. Berteriak-teriak histeris seakan ada yang mengejarnya. Berlari-lari bertelanjang dada di dalam rumah sambil membuat  kegaduhan dengan memukuli apa saja yang ditemui di dalam rumah. Sinta ketakutan dan mendapati tempat obat kosong. Dia segera ke apotek untuk mendapatkan obat  yang sudah biasa diminum Dennis. Sayangnya petugas apotek menolak memberikan obat  tanpa resep dokter. Bahkan hingga Sinta memohon-mohon untuk satu butir obat sekalipun tetap tak membuahkan hasil.

Ketika  Sinta tiba di  apartemen, Dennis menyerbunya seperti orang kalap. Menarik Sinta ke sudut ruangan lalu menelanjanginya seperti pemerkosa yang dirasuki setan. Sinta memberontak tetapi dijegalnya sampai jatuh terduduk di lantai.  Tangisnya justru membuat Dennis semakin beringas. Sinta pasrah pada apapun yang dilakukan padanya meski tersengal-sengal nafasnya mengimbangi energi  Dennis yang melimpah ruah. Sesudah puas Dennis tertawa terbahak-bahak  sambil melompat-lompat seperti orang gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun