Mohon tunggu...
Yuna Kadarisman
Yuna Kadarisman Mohon Tunggu... Guru -

....is still working to be a teacher

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keberanian dalam Kesendirian

26 November 2016   20:04 Diperbarui: 26 November 2016   20:17 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak orang yang baru menemukan keberaniannya pada saat berada di dalam kelompok. Terutama saat berseberangan dengan orang lain. Saat dalam hati kecil merasa di-dzolimi, lalu menyadari bahwa hanya dirinya yang merasakan itu, kebanyakan orang lalu hanya akan menelan kekecewaannya dan melupakan perasaannya. Namun saat menemukan orang lain yang juga memiliki perasaan yang sama, akan timbul kekuatan, dan ini bisa memicu pergerakan.

Setiap yang banyak harus bermula dari yang satu. Oleh karenanya, tidak ada alasan bagi kita untuk berdiam diri saat merasa ter-dzolimi. Asal disampaikan dengan santun, bertujuan untuk mencari solusi dan bukan menyalahkan orang lain, setiap orang seharusnya bisa memiliki cukup keberanian untuk berdiri diatas kakinya sendiri.

Saat anda bersama seorang rekan yang anda hormati, lalu rekan itu menyarankan sesuatu yang sebenarnya tidak anda sukai atau tidak anda butuhkan. 'Kamu beli yang ini saja' Kebanyakan orang tidak akan berani untuk berkata tidak. Wajar saja, pertama anda menghormatinya, kedua anda tidak ingin berseberangan dengan pendapatnya yang anda anggap jauh lebih kompeten dari anda. Namun, hey, sesedikit apapun, jangan abaikan kompetensi anda. Kalau anda merasa dia memang lebih kompeten, ajukan pertanyaan agar anda memiliki kompetensi yang sama. 'Oya, kenapa memang?' Kalau jawabannya tidak sesuai dengan pemahaman anda terdahulu, sampaikan dengan halus tanpa harus tampak berseberangan.

'Soalnya nanti kamu akan butuh ini lho kalau jalan2 disana.'

'Tapi harganya mahal. Apa ga ada alternatif yang lebih murah.'

'Ah, mahal hanya di depan, nanti kan bisa dipakai berkali2, hitung2 investasi diawal.'

'Hm... mungkin ga sekarang. Saya beli yang ini saja dulu, yg itu bisa nanti saya kembali lagi ke toko ini. Tapi terima kasih lho masukannya.'

Padahal keberanian dalam kesendirian itu sering sekali dilatih saat kita sekolah. Masih ingat saat guru anda meminta anda mengangkat tangan sebelum menjawab pertanyaan? Nah ini adalah latihan untuk berani dalam kesendirian. Bahkan saat pendapat anda tidak sesuai dengan pendapat guru.

'Jadi, menurut teori A, ini seharusnya begini.'

'Maaf, Pak. Saya kemarin membaca di X kalau kasus seperti ini juga bisa dibahas menggunakan teori B, sehingga ini seharusnya begitu.'

Sebagai seorang guru, saya selalu menyukai siswa yang berani mengutarakan pendapatnya. Bukan untuk menjatuhkan saya, namun untuk membantu saya berkembang bersamanya. Jika siswa boleh salah, apa guru harus selalu benar? Memang benar, apa yang guru sampaikan harus bernilai benar, namun kebenaran itu hanya dievaluasi dari sudut pandang sang guru. Oleh karenanya, jika ada sudut pandang yang lain, hal ini bukan berarti yang disampaikan diawal menjadi salah, hal ini malah akan memperkaya pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun