Mohon tunggu...
Yumna Muna Aliyya
Yumna Muna Aliyya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Ilmu Komunikasi NIM 22107030048

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Konser, Benar Kebutuhan atau Hanya Kebutuhan Palsu?

3 Juni 2023   09:03 Diperbarui: 3 Juni 2023   09:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di era modern ini, manusia cenderung hidup dalam lingkungan yang dipenuhi oleh kapitalisme yang menjalankan roda perekonomian. Dalam prosesnya, tangan raksasa ini mampu mengendalikan manusia dan mempengaruhi kebutuhan serta keinginan mereka. Salah satu aspek yang terkena dampak dari dominasi kapitalisme adalah kecenderungan impulsif manusia untuk membeli sesuatu dan menginginkan hal-hal baru yang muncul di pasaran. Salah satu contohnya adalah fenomena konser musik yang semakin populer di kalangan masyarakat. Namun, pertanyaannya adalah apakah konser ini merupakan kebutuhan yang sebenarnya atau hanya kebutuhan "palsu" yang dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang ada?

Ketika mendengar kata "kebutuhan", kita biasanya mengasosiasikannya dengan hal-hal yang esensial seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Namun, dalam masyarakat modern yang dipenuhi oleh kemajuan teknologi dan hiburan, konsep kebutuhan telah berubah. Kebutuhan manusia tidak lagi terbatas pada hal-hal esensial semata, tetapi juga mencakup kebutuhan sosial, emosional, dan rekreasional. Konser musik masuk ke dalam kategori kebutuhan sosial dan rekreasional ini.

Dalam masyarakat yang saling terhubung secara global dan di mana media sosial mendominasi kehidupan sehari-hari, konser musik menjadi platform yang penting bagi manusia untuk terhubung dengan orang lain, mengekspresikan diri, dan mengalami momen yang berkesan. Konser musik menyediakan wadah di mana kita dapat menikmati performa langsung dari musisi favorit kita, merasakan energi bersama ribuan penggemar lainnya, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Melalui konser, manusia dapat merasakan rasa solidaritas dan kebersamaan dengan sesama penggemar musik. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa konser musik memang memenuhi kebutuhan sosial dan emosional manusia.

Namun, ada juga argumen bahwa konser musik dapat dianggap sebagai kebutuhan "palsu" yang dipengaruhi oleh kapitalisme. Industri musik adalah bisnis besar dengan potensi keuntungan yang sangat tinggi. Konser musik merupakan salah satu cara bagi industri ini untuk memaksimalkan pendapatan mereka. Mereka menggunakan strategi pemasaran yang cerdas, memanfaatkan popularitas dan pengaruh artis untuk menarik minat penggemar dan mendorong mereka untuk membeli tiket konser dengan harga yang kadang-kadang mahal. Konser musik juga seringkali menjadi ajang promosi untuk produk-produk terkait seperti merchandise, album, dan streaming musik.

Peran media sosial juga tidak dapat diabaikan dalam menciptakan kebutuhan "palsu" akan konser musik. Melalui platform-platform ini, penggemar musik seringkali terpapar oleh gambar-gambar dan video-video yang menampilkan konser musik dengan penonton yang bersemangat dan atmosfer yang memukau. Hal ini dapat membangkitkan keinginan dan kebutuhan yang tidak pernah ada sebelumnya dalam diri penggemar untuk menghadiri konser tersebut. Penggemar merasa seperti mereka harus ikut serta dalam pengalaman tersebut agar tidak merasa terpinggirkan atau ketinggalan informasi.

Begitu juga, tren sosial juga memainkan peran penting dalam menciptakan kebutuhan "palsu" akan konser musik. Dalam upaya untuk terlihat "in" atau mengikuti tren, banyak orang tergoda untuk membeli tiket konser musik bahkan jika mereka sebenarnya tidak terlalu fanatik terhadap artis yang tampil atau bahkan tidak menyukai jenis musik yang dipentaskan. Mereka melihat teman-teman atau selebriti yang lain menghadiri konser musik, dan mereka merasa tertinggal jika mereka tidak melakukan hal yang sama.

Kesimpulannya, fenomena konser musik yang semakin populer di masyarakat merupakan hasil dari interaksi kompleks antara kebutuhan sosial dan emosional manusia, pengaruh industri musik yang didorong oleh kapitalisme, dan faktor-faktor sosial dan tren yang ada. Konser musik bisa menjadi sarana penting bagi manusia untuk terhubung dengan sesama penggemar dan merasakan momen yang berharga. Namun, pengaruh kapitalisme dalam mendorong kebutuhan "palsu" dan keinginan impulsif juga tidak bisa diabaikan. Penting bagi setiap individu untuk mempertimbangkan secara kritis apakah keinginan mereka untuk menghadiri konser musik benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai mereka, atau hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal yang mendorong konsumsi yang berlebihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun