Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tak Seramah Dulu

11 Agustus 2021   07:51 Diperbarui: 11 Agustus 2021   07:53 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jernih menenangkan batinku
Sejuk menusuk ke tulangku
Riak gelombang sungguh bersahabat
Adem seperti senyum bunda

Asrimu memikat kalbu
setiap mata memandang
hati menjadi bergelora
gelora cinta penuh kelembutan
selembut belaian bunda

Dari jauh terdengar samar
dari dekat terpandang jelas
anak desa menggores kisah
untuk dikenang di hari tuanya

Bersamamu terlukis sejuta kenangan
hari-hari dahulu selalu bersamamu
mandi, mancing, dan bermain
canda, tawa dan senym kebahagiaan

Bagiku kau bukan sekedar sungai
kau bukan pula sekedar riak gelombang
kau sahabat sejak masa kecilku

Kita kini terpisah bukan karena jarak 
ramahmu dahulu tak terlihat lagi
senyummu dulu kok jadi cemberut?

Oh sahabat masa kecilku...
kini kamu sangat memprihatinkan
bau, kotor, penuh kuman dan bakteri
kini tubuhmu dihiasi sampah 
engkau tak seramah dulu

Sahabatku...
marahkah engkau sehingga mendatangkan bencana?
sampai kapan keu jadi momok yang menakutkan?

Hatiku sedih dan gundah gulana
yang salah siapa?
Aku tau, kau hanyalah korban kekejaman kaumku
Asrimu dulu pudar oleh kaumku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun