Mohon tunggu...
Yulita Ayu Trisnani
Yulita Ayu Trisnani Mohon Tunggu... Penulis - Jejak kata

Ilmu ekonomi'17. Penulis, mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Money

Covid-19 Lemahkan Rupiah

1 April 2020   21:54 Diperbarui: 1 April 2020   22:04 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketidakpastian global yang timbul akibat penyebaran Covid-19 pada banyak negara menciptakan ketidakpastian ekonomi dunia. Ketidakpastian ini bermula dari China sebagai negara pertama yang terpapar Covid-19, dan juga sebagai negara yang menjadi tonggak perekonomian dunia, negara tersebut berperan besar atas gejolak ekonomi dunia. 

Ketidakpastian global menekan berbagai mata uang negara-negara di dunia, akibat dari terganggunya kondisi penawaran dan permintaan di pasar dunia. Ketidakpastian ini yang kemudian direspon oleh The Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat, dengan menurunkan suku bunga acuan.

The Fed menurunkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin menjadi 1-1,25% pada awal bulan Maret. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya dari memstabilkan harga komoditas dunia, memberi kelonggaran pada instrumen moneter lainnya, dan berekspektasi terhadap membaiknya pasar Asia. Stimulus ekonomi yang dilakukan oleh Bank Sentral AS ini merupakan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui stabilitas harga.

Langkah yang diambil oleh The Fed seharusnya dapat memperkuat kondisi nilai tukar negara-negara di dunia, salah satunya Indonesia. Sebab salah satu ekspektasi The Fed terhadap penurunan suku bunga acuan adalah pasar Asia mampu merespon dan dapat berada pada kondisi yang membaik. Namun tampaknya, kebijakan tersebut tidak berdampak besar bagi Indonesia. Ketidakpastian ekonomi Indonesia tetap tinggi, selain disebabkan oleh ketidakpastian global, harga barang secara umum di dalam negeri menjadi tidak stabil akibat adanya panic buying. 

Tidak stabilnya harga barang, terutama kebutuhan pokok dan kebutuhan kesehatan menyumbang ketidakpastian yang tinggi. Kebijakan social distancing yang diberlakukan sejak bulan Maret ini perlahan membuat rantai ekonomi menjadi terganggu. Di samping paparan Covid-19 yang merebak pada banyak daerah di Indonesia, kebijakan ini menjadi perlu diterapkan. 

Namun di satu sisi, tidak menjadi benar-benar efektif sebab dampaknya pada perekonomian menjadi semakin terasa. Pelemahan ekonomi yang terjadi, kemudian membuat nilai tukar rupiah menjadi terdepresiasi hingga berada pada kisaran 16 ribu rupiah.

Terganggunya rantai ekonomi, hingga mendepresiasi nilai tukar rupiah, dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik sektor riil maupun sektor moneter, menjadi terdampak. Pada sektor riil, kinerja UMKM menjadi terganggu, sebagai respon dari kebijakan social distancing. Daya beli produk-produk UMKM pun menurun drastis. Akibatnya kinerja ekspor terhadap barang-barang yang diproduki oleh sektor UMKM menurun, yang dampaknya kemudian akan mengurangi penerimaan devisa.

Apabila dilihat dari sisi devisa, Indonesia juga kehilangan penerimaannya melalui sektor pariwisata yang saat ini terpuruk dan dipaksa untuk lockdown secara sementara. Turis asing menjadi sangat minim, yang kemudian dampaknya pada penerimaan devisa. Bahkan pada beberapa daerah, lokasi wisatanya telah dilockdown. Sehingga pendapatan dari sektor pariwisata baik dari turis domestik maupun turis asing menurun.

UMKM dan sektor pariwisata memiliki hubungan yang erat. Kebanyakan UMKM digerakkan oleh sektor pariwisata, terutama UMKM yang bergerak di bidang kerajinan. Selain untuk dieskpor, output dari UMKM biasanya diperdagangkan pada tempat-tempat wisata. Maka ketika sektor pariwisata terpuruk, dampaknya akan menyerang sebagian UMKM yang memproduksi output untuk sektor tersebut. 

UMKM yang bergerak di bidang kuliner juga cenderung mengalami kelesuan. Ada kepanikan tersendiri bagi para konsumen untuk membeli produk-produk kuliner tersebut ditengah kondisi Covid-19 yang terus menyebar ke berbagai daerah.

Selain mengganggu kinerja UMKM dan sektor pariwisata, terdepresiasinya nilai tukar rupiah juga sebagai akibat dari permintaan domestik yang meningkat drastis. Sehingga peredaran uang di masyarakat menjadi lebih banyak jumlahnya. Dalam kondisi ini, semakin banyak rupiah yang dipegang dan dibelanjakan di masyarakat, maka nilainya akan semakin terdepresiasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun