Mohon tunggu...
Yuli Siti Fatma
Yuli Siti Fatma Mohon Tunggu... -

a student

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Persatuan dalam Bahasa Indonesia

25 September 2012   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Setiap orang selalu berhubungan dengan orang lain. Hal tersebut yang menjadi ciri bahwa manusia adalah mahluk sosial. Segala kebutuhan yang menyangkutindividu mau tidak mau akan berhubungan dengan individu lain. Penyampaian suatu tujuan harus menggunakan suatu sarana agar pesan dapat diterima dengan baik. Pesan yang diterima dengan baik akan menimbulkan umpan balik kepada pemberi pesan. Dengan demikian, tujuan yang diharapkan pemberi pesan dapat tercapai. Suatu sarana yang digunakan untuk penyampaian pesan adalah bahasa. Bahasa menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Hubungan di antara manusia dapat terjalin karena adanya bahasa sebagai salah satu sarana komunikasi.

Suatu masyarakat memiliki bahasa sendiri yang menjadi ciri khasnya. Tak terkecuali bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku dengan bahasa daerahnya yang beragam, sebagai contoh suku Sunda dengan bahasa Sunda, suku Jawa dengan bahasa Jawa, dan bahasa daerah lain yang belum banyak diketahui sebagian besar masyarakat. Begitu kaya Indonesia dengan bahasa daerahnya. Bahasa tersebut telah lahir sejak zaman dulu dan menjadi alat komunikasi di antara mereka. Bahasa tersebut juga memiliki nilai budaya yang menambah khazanah kekayaan budaya Indonesia.

Tak menjadi masalah ketika masyarakat menggunakan bahasa daerahnya apabila berada di daerahnya. Justru hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam melestarikan bahasa yang telah muncul jauh sebelum mereka lahir. Tak dipungkiri lagi bahwa bahasa daerah tersebut mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Hal inilah yang menjadi perhatian seluruh masyarakat. Masyarakat tidak ingin bahasa daerah yang erat dengan kesehariannya menjadi hilang perlahan-lahan.

Hal tersebut berbeda ketika masyarakat daerah berkomunikasi dengan masyarakat kawasan metropolitan yang tidak mengerti bahasa daerah. Masyarakat di kawasan metropolitan sebagian besar menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasinya setiap hari. Komunikasi di antara dua pihak akan menjadi efektif ketika kedua pihak saling memahami bahasa yang digunakan. Dengan demikian, adanya bahasa yang dapat dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia menjadi hal yang sangat diperlukan.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sudah sekian lama menjadi bahasa seluruh bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi alat pemersatu bangsa Indonesia. Pernyataan tersebut sudah diikrarkan sejak Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Salah satu isi Sumpah Pemuda tersebut, yaitu “Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.”. Sumpah tersebut jelas menyatakan bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan seluruh bangsa Indonesia.

Seseorang yang berasal dari suatu daerah akan mengalami kesulitan ketika menggunakan bahasa daerahnya saat berbicara dengan orang dari daerah lain. Disinilah peran Bahasa Indonesia dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Walaupun bahasa Indonesia yang digunakan masih kental dengan aksen bahasa daerahnya, namun diharapkan tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai. Aksen bahasa daerah yang tetap ada menjadi suatu keunikan tersendiri.

Saya merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Bogor. Perguruan tinggi ini menerima mahasiswa dari seluruh daerah di Indonesia. Begitu beragam adat istiadat, budaya, dan bahasa yang dimiliki seluruh mahasiswanya. Pada tahun pertama, seluruh mahasiswa wajib menghuni asrama. Awalnya sempat aneh mendengar aksen bahasa daerah yang diucapkan mahasiswa daerah lain, namun kemudian hal tersebut tidak menjadi asing lagi.

“Kamu asalnya dari mana?” tanya seorang mahasiswa dari Jakarta.

“Saya mah dari Bandung.” Jawab mahasiswa lain dengan nada suara yang lembut.

“Oh dari Bandung Mbak, aku dari Solo.” cerita seorang mahasiswa dengan aksen Jawa yang kental, kalau orang Jawa bilang Jawa medok.

‘’Euleuh, jauh juga yah?” tanya mahasiswa dari tanah Parahyangan.

“Nggeh Mbak.” kata mahasiswa dari Jawa.

“Haha... yang satu Sunda pisan, yang satu medok banget. Aksen kalian lucu ya.” ucap mahasiswa dari Jakarta yang geli mendengar percakapan mereka.

Mahasiswa dengan bahasa Jawa yang kental itu bernama Firda. Ia memang keturunan Jawa tulen. Firda tidak sekamar dengan mahasiswa dari Jakarta dan Bandung tersebut. Mahasiswa yang berasal dari Jakarta bernama Surya. Surya sebenarnya keturunan Jawa. Akan tetapi, sejak lahir ia dan orang tuanya sudah tinggal di Jakarta. Sementara itu, mahasiswa yang berasal dari Bandung bernama Desi. Selama di Bandung, ia selalu berbahasa Sunda setiap hari dan ia merasa sedikit kesulitan ketika harus berbahasa Indonesia.

Kehidupan dunia kampus tidak terlepas dari tugas. Namun, hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan dosen agar mahasiswa lebih cepat memahami mata kuliah.

“Des, kamu udah ngerjain tugas kalkulus?” tanya Surya.

“Aduuuh, aku teh ga ngerti. Hayu atuh belajar bareng!” ajak Desi.
“Ayo, ini aku lagi ngerjain.” jawab Surya sambil membuka modul kuliah.

Tiba-tiba Cici datang menghampiri Desi dan Surya.

“Tunggu..tunggu.. aku juga ikutan atuh.” pinta Cici, seorang mahasiswa dari Tasikmalaya.

“Hayu ci, ajarkeun abdi nya. Teu ngartos abdi mah.” kata Desi sambil menarik tangan Cici.

“Enya, hayu urang diajar bareng. Da ari ngajarkeun mah abdi ge teu acan tiasa. Tuh Surya tiasaan. Nya Sur?” kata Cici dengan antusias.

Surya diam tak menjawab pertanyaan Cici.

“Sur… Sur..” panggil Cici.

“ Iya, apa?” jawab Surya agak terkejut.

“Kamu kok ga jawab pertanyaan aku?” ucap Cici dengan nada suara agak kesal.

“Yaa.. kamu sama Desi jangan pake bahasa daerah kamu. Aku kan ga ngerti. Hahaha… kalian ini.” kata Surya yang terhibur dengan percakapan mereka walaupun ia tidak mengerti.

“Oh iya, hehe… kami lupa Sur.” kata Desi.

“Iya, jadi kalo kita lagi diskusi pake bahasa Indonesia aja. Aku kan ga paham bahasa daerah kalian. Kalo pake bahasa Indonesia, aku jadi paham maksud kalian.”

“Iya Surya, betul, betuh.” kata Cici.

Itulah salah satu keseruan percakapan di antara mahasiswa yang berasal dari daerah yang berbeda.

Saat ini, Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang sering digunakan sehari-hari, tak terkecuali oleh masyarakat di daerah. Hal ini diharapkan tidak mengurangi minat masyarakat terhadap bahasa daerahnya sendiri. Apabila minat tersebut berkurang, bahasa daerah dikhawatirkan akan pudar perlahan-lahan. Masyarakat yang cinta Bahasa Indonesia tanpa melupakan bahasa daerahnya adalah masyarakat yang patut diteladani. Penggunaan bahasa daerah maupun bahasa Indonesia perlu memperhatikan situasi dan kondisi. Disadari atau tidak, hal tersebut dapat menciptakan persatuan di antara seluruh bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa kita, bahasa seluruh bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun