Mohon tunggu...
Yulia Wulandari
Yulia Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menyukai buku, sastra, dan puisi. Kepribadian INFJ, suka mengamati dan mendengar. Hobi menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jangan Tertukar Lagi! Mengenal Perbedaan Puisi Lama: Pantun, Syair, Gurindam, Mantra, dan Seloka

17 April 2025   14:12 Diperbarui: 20 April 2025   19:12 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest (diakses pada 17 April 2025)

Puisi lama: pantun, Syair, Gurindam, Mantra, dan Seloka merupakan bentuk sastra yang digunakan untuk menyampaikan ide atau emosi secara estetis dan indah. Berikut penjelasan perbedaan mendasar antara kelimanya:

1. Pantun

Secara sederhana, pantun adalah bentuk puisi tradisional Melayu yang terikat oleh aturan rima dan jumlah suku kata dalam setiap barisnya. Secara bentuk, satu bait pantun disusun dari empat baris, dengan suku kata setiap barisnya 8–12 suku kata, berima a-b-a-b. Baris satu dan dua adalah sampiran atau cangkang, sedangkan baris 3 dan 4 merupakan isi dari pantun tentang ajaran, nasihat, atau bisa juga candaan.

2. Syair

Syair adalah bentuk puisi yang menggunakan irama tertentu dan biasanya diatur dalam bentuk bait-bait atau baris-baris yang terdiri dari kalimat lengkap. Syair umumnya juga diiringi oleh musik atau instrumen lainnya, dan terkadang digunakan sebagai bentuk penyampaian puisi lisan. Syair juga biasanya memiliki pola berulang atau rima yang khas. Dalam hal struktur, syair cenderung lebih terikat dan teratur dalam penggunaan rima dan irama.

3. Gurindam

Gurindam adalah jenis puisi lama yang dalam pembuatan atau penulisannya terikat kepada aturan yang sudah baku dari sejak gurindam pertama kali dikenal dan kemudian berkembang hingga sekarang.

Bentuk gurindam bila ditulis akan membentuk dua baris untuk setiap baitnya. Setiap baris biasanya memiliki 8--14 suku kata, dan berima a-a. Baris pertama mengajukan "persoalan", sedangkan baris kedua adalah simpulan dari persoalan tersebut. Isi gurindam pada umumnya berupa nasihat atau kata-kata mutiara.

4. Mantra

Kalau ini agak berbeda jalur. Lebih ke susunan kata yang dipercaya punya kekuatan magis atau spiritual. Biasanya diucapkan berulang-ulang buat tujuan tertentu, seperti menyembuhkan penyakit atau minta perlindungan. Jadi bukan sekadar indah didengar.

5. Saloka

Ini juga unik, sepreti peribahasa tapi bentuknya puisi. Jadi dia pake kiasan atau perbandingan buat nyampein nasehat, sindiran halus, atau menggambarkan kelakuan orang. Lebih puitis lah daripada sekadar "ada udang di balik batu".

Intinya, meskipun sama-sama mainin kata-kata, masing-masing punya ciri khas struktur, fungsi, dan latar belakang budayanya sendiri. 

Semoga penjelasan singkat ala mahasiswa ini lebih mudah dipahami ya! 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun