Mohon tunggu...
Yulia Triyani
Yulia Triyani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasoswa

Saya memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Korelasi Pemahaman dengan Sikap Seseorang Menerima Perkembangan Vaksin Influenza

21 Juli 2023   14:40 Diperbarui: 21 Juli 2023   14:42 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

KORELASI PEMAHAMAN DENGAN SIKAP SESEORANG MENERIMA PERKEMBANGAN VAKSIN INFLUENZA

ABSTRAK 

Influenza adalah penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza dengan bermacam-macam tipe, pada umumnya virus ini memiliki 3 tipe yaitu tipe A, B, dan C pada tipe B dan C. Virus influenza merupakan virus RNA. Pengembangan vaksin terus berjalan seiring berjalannya waktu. Hingga yang paling terbaru dengan metode vaksin berbasis epitope. Pemberian vaksin ini harus diberikan kepada sasaran yang tepat. Sehingga perlunya sosialisasi penggunaan kepada sasaran tersebut untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengimplementasikan penggunaan vaksin.

Kata kunci : influenza, vaksin, epitop, pemahaman.

PENDAHULUAN

       Menurut data WHO dimulai pada tahun 2003 sampai dengan 2012 kasus flu burung pada manusia di Indonesia terdapat sebanyak 189 kasus dari total 603 kasus di 15 negara, 31,34% kasus infeksi dengan tingkat kematian mencapai 82,89% dan ini menempatkan indonesia urutan pertama kasus flu burung pada manusia. Varian virus influenza A (termasuk virus H5N1) rentan mengalami perubahan pada protein permukaan hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Pencegahan pada kasus flu burung pada manusia hingga saat ini masih menggunakan tindakan vaksin konvensional, sehingga untuk menghentikan penyebaran flu burung masih belum ditemukan vaksin yang efektif.


     Influenza adalah penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus influenza dengan bermacam-macam tipe, pada umumnya virus ini memiliki 3 tipe yaitu tipe A, B, dan C pada tipe B dan C pada umunya dapat menimbulkan gejala yang ringan, sedangkan pada tipe A dapat berpotensi menimbulkan pandemi influenza. Pada virus influenza tipe A memiliki beberapa macam sub tipe yang terdiri atas kombinasi dari komponen hemaglutinase (H) dan Neuraminidase (N), contoh nya yaitu H7N7, H7N2, H7N3, H9N2, H5N1 (disebut juga flu burung), sedangkan pada H1N1 (swine flu). Virus influenza yaitu termasuk kedalam kelompok virus Orthomyxoviridae yang merupakan virus RNA. Virus flu burung mulai dikenal di Indonesia khususnya di Jawa Barat mulai dikenal pada tahun 2003 yang pada saat itu hanya menyerang ungags. Pada pertengahan tahun 2005 virus ini mulai menyerang manusia dan jumlah kasus yang dilaporkan dari juni 2005 hingga desember 2006 sebanyak 199 kasus dengan kematian 167. Vaksin influenza diberikan secara injeksi dan disarankan pemberian nya dilakukan satu kali setahun karena virus flu berkembang terus setiap tahunnya, diberikan pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Vaksin influenza ini memiliki beberapa tipe yaitu trivalen dan quadrivalent (quadrin), pada tipe vaksin trivalent memiliki kandungan H1N1 dan H3N3 serta galur virus influenza B, sedangkan pada vaksin tipe quadrivalent memiliki jenis antivirus yang lebih lengkap yakni virus influenza A (H1N1 dan H3N3) serta dua virus influenza B (Viva Starlista, 2020)

    Vaksinasi influenza dapat mencegah infeksi influenza sekitar 70% dan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi tersebut. Pada vaksinasi influenza dapat menurunkan angkat kejadian perwatan PICU (pediatric intensif care) yang berhubungan dengan penyakit flu sebanyak 74%. Vaksinasi influenza setiap tahunnya dapat bermanfaat untuk mengurangi penularan ke orang lain, Ketika banyak orang yang mendapatkan vaksinasi influenza maka lebih sedikit virus influenza yang menyebar ke Masyarakat. Vaksin influenza terbagi menjadi dua jenis vaksin yaitu vaksin yang dibuat dari virus yang mati (inacti vated influenza virus/IIV) dan vaksin yang terbuat dari virus yang dilemahkan (live attenuated influenza virus/LAIV). Vaksin IIV biasanya diberikan bentuk injeksi intramuskulat sedangkan pada vaksin LAIV diberikan dalam bentuk nasal spray, pada saat ini vaksin influenza yang digunakan mengandung 3 jenis virus influenza yang terdiri dari 2 virus influenza A (H1N1 dan H3N3) dan satu virus influenza B. Pada komposisi vaksin virus influenza tiap tahunnya dibuat berbeda karena mampu melakukan perubahan antigen. Seleksi komposisi virus tersebut didasarkan pada data surveillans global dari data yang didapatkan akan diputuskan kira-kira virus apa yang akan beredar pada musim yang akan dating (Yelvi Levani, 2021)

    Kelompok yang rentan terkena infeksi virus influenza diutamakan mendapatkan vaksin tersebut diantara pada anak usia 6 bulan sampai usia 4 tahun, yang berusia 50 tahun keatas, orang yang memiliki penyakit kronis, dan orang yang dengan kekebalan system imun nya turun termasuk pada penderita HIV, Wanita hamil, tenaga medis, pengasur anak-anak serta orang tua. Vaksinasi yang diberikan pada ibu hamil dapat memberikan perlindungan kepada bayi baru lahir terhadap virus influenza, penderita asma dan pengidap virus HIV hanya boleh diberikan vaksin IIV dan tidak boleh diberikan vaksin LAIV. Dan vaksin influenza tidak boleh diberikan pada bayi usia kurang dari 6 bulan karena terlalu muda, dan tidak boleh diberikan kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi berat dan mengancam nyawa setelah diberikan vaksin influenza Karena salah satu komponen vaksin Influenza mengandung telur maka orang yang memiliki alergi telur sebaiknya diobservasi selama 15 menit setelah diinjeksi. Selain itu, sebaiknya orang yang memiliki riwayat alergi telur melakukan vaksinasi di Rumah Sakit atau sarana kesehatan yang memiliki fasilitas kesehatan lengkap untuk menangani reaksi alergi.11 Pasien yang menderita penyakit Guillain Barre syndrome (GBS) yang dialami dalam 6 minggu terakhir disarankan tidak mendapatkan vaksin Influenza (Yelvi Levani, 2021).

METODE 

    Pendekatan berbasis bioinformatika semakin mendapatkan daya tarik untuk membantu pengembangan vaksin berbasis epitop. Pendekatan in silico seperti itu memiliki manfaat untuk menghindari kebutuhan untuk membiakkan virus patogen secara in vitro. Alat prediktif tersebut dapat digunakan dengan aman tanpa memerlukan laboratorium, dan analisis dapat dilakukan dengan cepat dan berulang, seperti yang dilaporkan baru-baru ini . Metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan vaksin baru berdasarkan epitop spesifik hemagglutinin dari virus influenza, dengan fokus pada sekuens protein yang sebagian besar dilestarikan dalam galur yang berbeda dan dapat menjadi pelindung terhadap banyak galur influenza. Pendekatan baru dan menjanjikan ini dengan demikian akan berkontribusi terhadap perumusan vaksin influenza universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun