Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saat Anak Kuliah di Luar Kota

25 Maret 2021   06:52 Diperbarui: 25 Maret 2021   06:57 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sekedar berbagi pengalaman  saat anak kuliah di luar kota beberapa  tahun lalu. Setelah kelulusan  SMA dan kemudian lolos diterima  di sebuah PTN di luar kota. 

Pertama  rasanya tentu  senang luar biasa dan lumayan bangga.  Rasanya  senang bisa melihat apa  yang diinginkan anak untuk memulai pendidikan tingginya  teraih sebagai awal mula. 

Yang perlu dipikirkan  oleh orang tua saat anak kuliah di luar kota adalah :

1. Domisili atau tempat  tinggal anak saat kuliah.  Waktu itu ada tawaran dari saudara agar anak tinggal di rumahnya saja,  karena kebetulan rumahnya untuk kos-kosan juga.  

Perlu pertimbangan jarak  rumah tersebut  ke kampus,  berapa  ongkos transport  tiap  harinya serta  kemudahan transport. 

Apa  pertimbangan  yang lainnya,  soal kebiasaan  anak.  Tidak  enak rasanya kalau nanti  ikut saudara  malah merenggangkan hubungan  karena kebiasaan  anak di rumah berbeda dengan kebiasaan rumah saudara.  Misalnya  apa  anaknya rajin membantu dan lainnya. Siapa  tahu saudaranya butuh bantuan rutin. 

Berdasarkan pertimbangan  harus ganti  transport  tiga kali dari  rumah saudara  ke kampus,  maka diputuskan mencari  kos yang dekat kampus . 

Titipkan anak pada  ibu kos dan kenali ibu kos atau bapak  kos hingga terjalin hubungan seperti  saudara. Jangan  dilepas  begitu saja,  mencari kos sendiri  dan sebagainya.  

Yang kedua,  seringlah mengunjungi anak saat  kuliah di luar kota.  Kadang mereka bisa saja lupa  makan atau malas jajan ke warung atau faktor lain.  Usahakan kos tidak  berbagi kamar dengan  orang lain,  baik teman lamanya yang juga diterima  atau mungkin teman baru di kampusnya.  Biasanya kurang privasi dan kemudian ada gesekan yang lalu timbul yang justru mengganggu fokus kuliah itu  sendiri. 

Yang ketiga beri pesan  pada  anak bahwa tujuan  ke kota lain adalah kuliah,  tidak  usah mengikuti kegiatan yang menurut saya menguras energinya,  perlu diketahui saya melarang anak saya ikut BEM tetapi  tidak melarang jika dia ingin punya sambilan pekerjaan,  asal bisa membagi waktu.

Terus  terang saja saya rutin mengunjungi  anak saya untuk melihat  kondisi dan per kembangannya ,  karena maklumlah baru pertama  anak pergi jauh. 

Kadang istri saya yang overthinking mikir gimana ya nanti  makannya,  kalau nggak disediain nggak makan,  anaknya pemalu jadi kalau beli makan di warung apa  ya mau?.  Gimana kalau sakit?  Gimana kalau tidak bisa beradaptasi  dengan anak kota yang lebih besar.  Gimana kalau nggak ada teman? 

Asli saya sampai  pusing mendengar  kekawatirannya,  saya bilang " lha udah dewasa khan ya bisa jalan sendiri,  sudahlah jangan mikir rumit".  Masih saja kawatir  dan  pingin nya  lebih sering mengunjungi  anak,  yang jadi masalah khan juga punya  urusan sendiri. 

Selanjutnya kenali teman kosnya,  cari  yang kiranya  memiliki kesamaan pola hidup,  misal yang memang tekun belajar atau yang suka hura-hura, kalau sekiranya lingkungan  kos tidak  cocok  lebih baik suruh pindah, beri pengertian agar  berhati-hati saat bergaul dengan orang yang tidak benar- benar dikenal. Yah pokoknya  bagi kami dia masih anak kecil.  

Akhirnya kami mendapatkan  kos yang dekat dengan fakultas dia kuliah,  malah cukup dengan berjalan kaki,  banyak warung makan dan toko. 

Mengingat kami juga secara finansial biasa saja,  kami mencarikan kos yang juga biasa saja,  asal nyaman tidak berisik dan aman serya lingkungan  yang kondusif dan anak-anak yang sepertinya  tekun bukan tipe  hedon. 

Demikian sedikit cerita saat anak kuliah pertama  di luar  kota 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun