Tidak hanya di situ, mereka juga menghimpun dana untuk saya karena mereka tahu saya harus menanggung biaya hidup kakak saya yang belum mendapat kerja. Yayasan pun turut memberikan bantuan dana ketika itu. Sungguh saya bersyukur menjadi bagian komunitas ini.
Komunitas kedua, adalah komunitas kos saya. Saya kos sejak bekerja di Semarang, sejak tahun 2010 hingga saat ini. Ada beberapa teman yang sudah menjadi teman akrab. Ketika mengetahui saya mengalami kesulitan dalam keuangan karena mendukung kehidupan kakak saya, tanpa sepengetahuan saya, mereka juga menghimpun dana untuk membantu saya. Ini sangat di luar dugaan saya, karena kita adalah sesame anak kos, tetapi mereka memiliki rasa kepedulian yang sangat tinggi.
Komunitas ketiga adalah komunitas doa saya, KKIT (Kerabat Kerja Ibu Teresa). Sama halnya dengan kedua komunitas yang saya sebutkan di atas, ketika mengetahui saya mengalami kesulitan dan terpapar covid. Mereka berkoordinasi menghimpun bantuan berupa materi dan obat-obatan untuk saya.
Komunitas ke empat adalah komunitas kompasiana. Di komunitas ini saya menemukan saudara yang mendukung saya. Memberi respon positif terhadap tulisan-tulisan saya. Di dalam komunitas ini saya terpacu untuk terus menghasilkan tulisan yang lebih baik. Walapun, sebagai kompasioner pemula seringkali kebingungan mencari ide untuk menulis.
Saya berpikir bahwa mereka adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong saya mengatasi setiap kesulitan hidup. Saya sungguh bersyukur menjadi bagian keempat komunitas tersebut. Saya setiap saat berusaha berdoa untuk keempat komunitas tersebut sebagai wujud syukur saya. Â
Saya setiap kali menasihatkan kepada murid-murid saya untuk mencari komunitas yang baik. Karena komunitas yang baik sungguh penting dalam kehidupan kita. Komunitas yang baik membuat kita bertumbuh ke arah yang lebih baik dan mendukung kita di saat kondisi kita sedang tidak baik-baik saja.
Bagaimana dengan sahabat-sahabat kompasianer? Komunitas apa yang mendukung kalian? Silakan ceritakan di kolom komentar. Salam hangat.Â