Sesampainya di mall, kami langsung menuju ke tempat displai kemeja flanel. Namun, niat membeli baju diurungkan.Â
Batalnya beli baju bukan masalah harga kemeja flanel selangit, namun ia tidak menyukai warna yang tersedia. Akhirnya hanya jalan-jalan pulang dengan tangan hampa.
Sepekan kemudian, saya bersama suami iseng-iseng menikmati malam minggu (malming) di Kota Klaten. Maksud kami sekalian melihat-lihat baju di toko selatan alun-alun Klaten.
Di toko tersebut menyediakan aneka pakaian untuk pria dan wanita. Ada gamis, kemeja, kaus, kerudung dan masih banyak macsmnya.Â
Saat memilah-milah baju, kedapatan satu gamis yang memikat hati, lebih-lebih dalam waktu setahun saya tidak membeli baju.
Sekalipun tujuan utama melihat kemeja flanel, tak apalah, sekali dayung dua pulau terlampaui, begitu kira-kira ya, Pembaca.
Seketika melihat gamis, saya langsung jatuh cinta. Merasa tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, baju tersebut langsung dicoba. Hasilnya, pas banget.
Selintas dalam ingatan, jenis kain tersebut belum pernah saya temui selama jual beli fashion. Apa saya yang  kudet, ya? Hehe...
Sebab jarang ditemui ada gamis dengan desaian yang sangat pas menurut saya, sih.
Kainnya lembut, adem, setahu saya bukan dari bahan satin, atau maxmara, apalagi sutera. Entahlah. Yang jelas baju tersebut sudah memikat hati, saya menyukainya. Dan tak kan saya biarkan tetap di pajangan.
Selain dari warna yang anggun, ukuran baju sesuai dengan postur tubuh. Jadi tidak perlu mengubah ukuran. Wis pokok-e tinggal pakai, beres. Akhirnya, gamis pun terpinang.