Bersama adik biasanya saya ngopi di ruang depan sambil mendengarkan musik.
Kopi hitam, diiringi lagu-lagu Deep Purple atau Kitaro adalah kombinasi sore yang begitu mantap. Kami memiliki selera musik yang hampir sama sama.
Sesudah berkeluarga, ternyata suami saya bukan penggemar kopi, dan kegemaran ngopi sama sekali tidak menurun ke anak- anak saya.Â
Akhirnya ritual ngopi di rumah saya nikmati sendiri. Hanya jika berkunjung ke rumah adik, kami selalu menyempatkan ngopi bareng.
Seiring berjalannya waktu, kopi bubuk Cap Moci mulai sulit didapatkan di daerah saya. Jika dulu selalu ada sales yang masuk ke kampung-kampung, kini untuk membeli kopi ini saya harus ke pasar.
Dari sini saya mulai melirik ke kopi sachet yang banyak bermunculan. Saya mulai mencoba berbagai merek kopi. Kadang tertarik dengan iklannya , tapi kadang juga karena hadiahnya.
Dari kopi sachet yang bermacam macam ini saya baru mengerti ternyata kopi tidak selalu hitam. Bahkan ada yang berwarna putih seperti White Koffie.
Setelan mencoba sekian banyak kopi sachet, ternyata yang paling cocok dengan selera saya adalah Kopi Kapal Api.Â
Menurut berbagai sumber, Kopi Kapal Api merupakan salah satu merek kopi paling tua di Indonesia, dan ada sejak tahun 1920.
Produk utama Kopi ini adalah kopi bubuk  yang terbuat dari biji kopi Robusta dengan rasa yang pahit dan kuat. Ini yang saya suka.Â