Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bude Narti

4 September 2021   14:18 Diperbarui: 4 September 2021   14:22 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga kertas, Sumber gambar: bukalapak

Kudengar ibuk tertawa. "Pas masih kecil ya memang repot mbak Narti.., namanya juga anak anak. Umek...," kata ibuk.

Aku tersenyum mendengar jawaban ibuk. Aku bisa membayangkan  betapa ruwetnya ibuk mengasuh kami berempat yang masing masing hanya berjarak dua tahunan. Aku yang punya dua anak saja rasanya seperti ini.

"Sekarang kamu sudah enak Sri, anak-anak  sudah besar besar, ada cucu pula, kamu tidak kesepian seperti aku," tambah Bude Narti lagi. Ada nada sedih dalam suaranya.

Kudengar ibuk tertawa lembut. "Ah, Mbak Narti, kenapa harus kesepian? Anakku 'kan anakmu juga ? Nanti mereka  biar sering-sering ke sini," hibur ibuk.

"Bener ya, Sri," kata Bude Narti memastikan.

"Iya, Mbakyuku..," jawab ibuk lagi.

Kudengar Bude Narti dan ibuk tertawa bersama.

"Nang, jahenya kalau dingin tidak enak lho..," kata Bude Narti pada Danang. Bergegas Danang menuju ruang tamu dan terlibat kembali dalam percakapan bersama ibuk dan Bude Narti.

Mbok Rah datang di teras sambil membawakan roti dan teh hangat buat Fatim dan Bobby. Fatim melihat ke arahku.

"Bunda.., Mau roti," rengeknya.

Mbok Rah tersenyum sambil mengulurkan roti yang langsung diterima Fatim dengan sukacita, demikian juga Bobby.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun