Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Romansa Sepak Bola

3 Juli 2021   19:48 Diperbarui: 3 Juli 2021   20:10 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Liputan 6.com

Dalam tulisan ini saya tidak akan bercerita tentang kesebelasan sepak bola,  pemain sepak bola bahkan memprediksi siapa pemenang piala Euro.  Bukan, karena memang saya tidak mengerti sepak bola. 

Yang akan saya tulis adalah betapa sepak bola bisa menimbulkan romansa tertentu.  Tulisan ini adalah pengamatan dari seorang ibu terhadap keluarganya yang gemar sepak bola. 

Sejak kecil dua anak laki-laki saya  adalah penggemar sepak bola. Mungkin bawaan dari bapaknya yang juga penggemar berat sepak bola. Setiap pagi saat koran datang, yang dilihat pertama oleh anak saya adalah kolom olah raga.  Di halaman depan koran selalu ada kolom klasemen sementara.  Dia selalu serius memperhatikan klasemen tersebut.  Padahal saya yakin dia tidak mengerti.  Lha wong belum bisa membaca. Ia hanya meniru-niru gaya bapaknya saja. 

Acara TV yang tidak pernah luput diikuti adalah Liga Italia yang ditayangkan di RCTI setiap Minggu malam.  Tiap Minggu malam menjelang ditayangkannya Centrocampo sering anak saya bersama bapaknya mencari cemilan sebagai teman melihat sepak bola.

Mereka selalu menonton sampai malam hari.  Apalagi jika yang main adalah Inter Milan,  kesebelasan favorit mereka.

Jika malamnya  melihat Liga Italia,  pasti pagi hari  dibuka dengan penuh cerita.  Intinya tentang pertandingan semalam.  Golnya terjadi pada menit ke berapa , yang membuat gol siapa dan proses terjadinya gol bagaimana.  Semua menjadi bahan pembicaraan yang seru. 

Apalagi jika yang menang adalah kesebelasan favorit,  maka diskusi terus terjadi sampai berhari-hari.  Untuk melengkapi, bapaknya membelikan tabloid sepak bola yang penuh dengan foto-foto. 

Ada kecintaan tersendiri pada tabloid ini.  Sesudah dibaca sampai tamat,  tabloid disteples dan disimpan.  Jangan sampai tabloid dipakai sebagai bungkus.  Pantangan itu. 

Melihat kecintaan anak-anak saya pada sepak bola,  membuat saya mempunyai kesenangan baru yaitu membelikan kaus bola di pasar.  Saya melihat kaus-kaus bola itu begitu  cantik dengan warna-warnanya yang berani, dan tidak mahal.

Saat itu sepulang jalan-jalan  dari Pasar Besar , saya sering membeli kaus atau jaket bola.  Misalnya Brazil (kuning), Juventus (hitam putih),  AC Milan(hitam merah), Inter Milan( hitam biru),  Liverpool (merah), Argentina (biru muda).

Namun dari semua itu ada satu jaket yang selalu wajib dipakai kembaran saat sore hari yaitu jaket Arema, kesebelasan kebanggaan arek Malang. 

Kaus bola, Sumber gambar: IDN Times
Kaus bola, Sumber gambar: IDN Times

Ada pengalaman lucu tentang kaus dan jaket ini.  Anak saya sangat fanatik dengan Inter Milan.  Ia mempunyai beberapa kaos Inter . Sementara karena  menyukai kombinasi warna merah hitam ,saya  punya jaket AC Milan. 

Suatu hari hujan gerimis turun,  sementara anak saya harus keluar rumah untuk mengerjakan tugas di  rumah teman.  Seperti biasa ia memakai kaos kesayangannya, Inter Milan.

"Pakai jaket Le, " kata saya.

Anak saya segera menuju gantungan jaket.  Rupanya jaket- jaket hari itu dicuci dan kebetulan masih belum kering.  Karena kelihatan tergesa- gesa, saya segera menyodorkan jaket saya AC Milan.  Anak saya begitu pula adiknya tertawa.  "Masa dalamnya Inter luarnya AC Milan? " kata mereka geli.

Akhirnya anak saya berangkat tanpa jaket.  Duh..  Untungnya hujannya cuma gerimis. 

Gara-gara beda kesebelasan saja kok jadi ribet ya, pikir saya saat itu. Sungguh saya tidak mengerti bahwa kedua kesebelasan itu adalah rival sekota.

Tapi saya punya kenangan manis dengan jaket AC Milan ini.  Sore hari ketika saya bersepeda motor, dari arah yang berlawanan ada rombongan mahasiswa habis latihan sepak bola di lapangan Taman Gayam. Biasanya mereka selalu acuh tak acuh, jarang menyapa, mungkin karena hampir semuanya anak perantauan. 

Tapi sore ini agak lain.  Mereka tersenyum ramah sambil menganggukkan kepala. "Mari Buk..., " kata beberapa di antara mereka. Sayapun tersenyum. Tumben, pikir saya.  Beberapa menit  berikutnya saya baru sadar bahwa baju kami kembar.  Mereka memaakai kaus AC Milan,  sedangkan saya jaket AC Milan. Aha..

Karena kesebelasan sepak bola favorit anak saya  dari dulu sampai sekarang  adalah Inter Milan, ketika ia kuliah di Jogja tiap ada pertandingan Inter selalu disempatkannya nonton bareng di warung kopi terdekat dari kosnya.  Temannya?  Katanya bapak-bapak.

"Kok bapak- bapak?" tanya saya.

"Lha  bapak-bapak banyak yang suka, "jawabnya. 

Sampai sekarangpun jika ada pertandingan Inter dia selalu menyempatkan diri untuk menonton .  Jika pagi hari ia kelihatan ceria bisa ditebak, semalam Inter pasti menang.  Tapi kalau lemes tidak bangun-bangun.  Ah...  Mesti kalah ini...

Hari yang menggembirakan adalah ketika Inter juara Liga Italia beberapa minggu yang lalu.

Juara Liga Italia 2021, Sumber gambar: Liputan 6.com
Juara Liga Italia 2021, Sumber gambar: Liputan 6.com
Pagi-pagi saya menyapa anak saya,  "Inter juara ya? "

"Iya Buk, " katanya senang. 

Habis sholat Subuh percakapan kami lanjutkan lagi.  "Ibuk tahu kapan terakhir Inter juara? " tanya anak saya.

Saya menggeleng.  Yah,  mana saya tahu?

"Tahun 2010.., aku nonton sama Bapak saat itu..sueneng sekali, " tambahnya.

Hmm,  betapa cepatnya waktu berlalu.  Berarti ia masih kecil saat itu. 

Bagaimana dengan piala Eropa ini? 

Berkaca dari pengalaman masa kecil keduanya,  tebakan saya mereka sama-sama mendukung Italia. Tapi tidak tahu lagi kalau tebakan saya salah. Karena saat mereka bicara tentang bola, saya juga tidak begitu memahaminya.

Gempita sepak bola selalu menimbulkan nuansa tertentu. Bahkan gemerisik suara penontonnya selalu membuat saya teringat masa lalu. Yang terbayang dalam benak saya setiap melihat sepak bola adalah dua anak kecil dan bapaknya yang sedang khusyuk di depan televisi melihat aksi para pemain bola. 

Ya,  benar-benar  sepak bola selalu menyimpan banyak cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun