Oh, Â pantes, Â panjang pendek dan makhrojnya kurang pas, Â pikir Mbak Jum.
"Bu Denok, Â saya cuma ngomong jangan tersinggung ya?"
Bu Denok menatap temannya heran. Â "Ada apa? "
"Hati-hati kalau ngaji, Â panjang pendek salah, Â atau makhrijul hurufnya salah, Â artinya beda.. Â Dosa itu.., " kata Mbak Jum lagi.Â
Deg, Â Bu Denok begitu terkejut.
"Makhrijul huruf itu apa? " tanya Bu Denok.
"Pelafalan huruf. Â Misal 'ain ya harus 'ain, tidak boleh ngain, " katanya lagi. Â Saat membunyikan 'ain Mbak Jum menunjuk lehernya. Â Menegaskan bahwa 'a harus keluar dari leher.Â
Bu Denok semakin panik. Â Wah, Â ia tidak bisa membaca 'ain yang benar memang. Â Mungkin itu tadi yang diamati Mbak Jum. Melihat Bu Denok diam, Â dengan penuh semangat Mbak Jum menambah dengan contoh yang lain bahwa panjang pendek yang tidak sama menimbulkan arti yang berbeda pula.Â
Esok hari saat tadarus Bu Denok tidak datang, Â sampai tiga hari berturut-turut.
Malam itu Bu Silmi bertanya pada Mbak Jum.
"Apa Bu Denok lagi halangan ya? "