Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiba-tiba Dia Tampak Berbeda di Mataku

20 Januari 2021   11:25 Diperbarui: 20 Januari 2021   12:06 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jadiBerita.com

"Iya,  Kak,  teman sekelas, " kataku sambil mulai makan. Kak Erma mengacungkan jempolnya.

"Hebat dia,  tiap malam jualan di sini, dulu ayahnya,  tapi semenjak ayahnya meninggal dia yang jualan sama ibunya, adik-adiknya masih kecil, "

"Dari mana kakak tahu? " tanyaku penasaran.

"Aku dulu hampir tiap malam ke sini,  sepulang bimbel,  bersama teman teman SMA, lagipula kakaknya si Adib kan temanku" kata Kak Erma sambil kembali asyik dengan nasi gorengnya.

Aku benar-benar kaget.  Kak Erma kenal dengan Adib pula.  Tanpa kuminta akhirnya meluncur kisah keluarga Adib dari Kak Erma.  Untung saat itu pengunjung yang makan di situ cuma kami berdua.

Adib adalah 4 bersaudara dengan dia anak kedua.  Kakaknya berjarak 4 tahun di atasnya juga laki laki sedangkan kedua adiknya perempuan.  Pagi hari ayah Adib bekerja sebagai  buruh serabutan sedangkan saat sore hingga malam berjualan nasi goreng dan bakmi di perempatan jalan Gede.  Masakannya enak,  pelayanannya ramah sehingga banyak pelanggannya.

 Setiap malam secara bergantian Adib dan kakaknya menemani ayahnya berjualan.  Hingga akhirnya pada suatu hari terjadi peristiwa yang tak terduga.  Saat menjadi kuli bangunan di pemugaran pasar tiba-tiba ayah Adib pingsan.  Para tukang bangunan segera membawa ke RS. Namun sayang sekali ternyata Allah lebih sayang padanya.  Siang harinya ayah Adib menghembuskan nafas terakhir diiringi tangis sedih isteri dan keempat anaknya.  Saat itu Adib masih kelas sembilan sementara kakaknya baru kelas dua belas,sementara dua orang adiknya masih SD. 

Singkat cerita akhirnya kakak Adib menggantikan ayahnya berjualan di malam hari.  Adib tidak diperbolehkan menemani karena akan menghadapi ujian akhir SMP.  Setamat SMP tiba-tiba kakak Adib diterima bekerja di sebuah perusahaan di luar Jawa.  Betapa bahagianya keluarga ini.  Akhirnya kakak Adib ke luar Jawa dan Adib yang menggantikan kakanya berjualan bersama ibunya.  Biasanya sekitar pukul sembilan atau sepuluh malam mereka baru pulang.

Aku terdiam. Ternyata berat sekali beban yang ditanggung Adib.  Mungkin ini penyebabnya sehingg ia selalu diam dan terkesan mengantuk saat di sekolah.  Aku jadi ingat ketika dia kumarahi habis-habisan karena dua kali tidak ikut kerja kelompok biologi. Tiba tiba aku merasa sangat berdosa sekali  betapa aku sering memandang rendah pada Adib selama ini.

Malam semakin larut, sepiring nasi goreng dan segelas teh panas telah cukup mengenyangkan perut kami. Bergegas aku dan Kak Erma membayar pesanan. Untuk pertama kalinya aku memberikan senyum yang tulus pada Adib. Senyum yang penuh rasa hormat dan bangga pada temanku ini.

"Sssering-sering mampir ya Lin," kata Adib ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun