Mohon tunggu...
Yuke Nurarjati
Yuke Nurarjati Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

haloo selamat datang!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbandingan Pendidikan di Desa dan di Kota

17 Desember 2022   16:22 Diperbarui: 17 Desember 2022   16:26 1841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Upaya pengembangan pendidikan dalam laju pembangunan merupakan suatu keharusan yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia untuk lebih berperan dalam kehidupan. Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu aspek penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Hal ini karena sumber daya manusia merupakan tenaga utama bagi segala upaya pendidikan anak bangsa. Sumber daya manusia adalah para pelaku kehidupan yang melaksanakan berbagai kegiatan hidup dengan mengedepankan potensi atau kemampuan yang ada di dalam dirinya. Kemampuan ini bukan ada begitu saja, melainkan didapatkan dari proses panjang pendidikan untuk memperoleh sumber daya yang bekualitas sehingga kehidupan menjadi lebih baik. Hasbullah (2005), menyatakan bahwa secara sederhana pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Terkait dengan upaya peningkatan sumber daya manusia inilah, proses pendidikan harus berusaha memberikan pelayanan pendidikan dan pembelajaran seluas-luasnya di seluruh pelosok tanah air, baik itu di desa maupun di kota. 

Menurut UU No. 20 tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pendidikan dan pembelajaran adalah proses sepanjang hayat yang dilakukan untuk membekali diri agar tidak kesulitan saat menghadapi kehidupan. Diperlukan sekali semua elemen di negara ini untuk bertanggung jawab dalam rangka melaksanakan tugas pendidikan tidak saja pemerintah tetapi masyarakat pun baik di kota maupun di daerah harus ikut andil dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Bukan saja pemerataan pendidikan tetapi harus di barengi dengan kualitas pendidikan itu sendiri.  

Kualitas pendidikan yang diharapkan adalah terbentuknya individu yang cerdas dan berakhlak kharimah, pendidikan yang berkarakter bukan saja cerdas pemikirannya tetapi juga baik perilakunya. Dari konteks peningkatan kualitas pendidikan menurut Umaedi (1999), kualitas mengacu pada komponen siswa, guru, sumber belajar, kurikulum, lingkungan sebagai sumber belajar perlu sekali peningkatan, bukan hanya di perkotaan tetapi menyeluruh sampai pedesaan. Sesuai cita-cita negara dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea ke empat yang tersirat mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tujuan pembangunan bangsa. Dengan berbagai program yang telah di canangkan pemerintah merupakan langkah konkrit dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan yaitu pemerintah mengalokasikan dana anggaran sebesar 20% bagi dunia pendidikan. 

Dalam proses pendidikan terus berlangsung secara terus menerus menganut konsep pendidikan sepanjang hayat begitu pun hal tersebut terjadi pada diri individu yang ada di desa maupun yang ada kota, tujuannya yaitu sama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbeda di kota sarana pendidikan lengkap dan didukung dengan pendidik yang mumpuni sedangkan di desa pada kenyataannya jauh dibanding dengan di kota serba kurang dan jauh dari kata layak untuk mencapai kualitas pendidikan.

Dari perbandingan pendidikan di desa dan di kota ada yang perlu di tingkatkan dalam konteks pendidikan itu sendiri dengan melakukan pengembangan pendidikan di tiap elemen pendidikan sehingga akan terwujud capaian yang baik dalam menuju tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan bangsa baik di desa maupun di kota. Dengan melihat perbandingan-perbandingan yang akan dipaparkan bukan berarti membandingkan ketimpangan tetapi mencari solusi bagaimana pendidikan di tanah air ini bisa diterima dan mampu menjawab sejumlah persoalan untuk generasi yang akan datang. Karena atas dasar persamaan sebagai warga negara tentunya perlu sekali pemerataan pendidikan yang di barengi dengan kualitas yang baik.

Perbandingan pendidikan di desa dan dikota tentunya berbeda, masalah-masalah pendidikan dari kedua daerah tersebut. Di desa identik dengan pendidikan sederhana dengan segala keterbatasan keadaannya baik di lihat dari siswa, guru, sarana, sumber belajar, serta lingkungannya. Berbeda dengan pendidikan di kota yang secara kasat mata pun kita melihat perbedaannya selain sarana lengkap, gedungnya rata-rata baik, sumber belajar lengkap, gurunya banyak, ditambah dengan segala kemudahan-kemudahan dari penggunaan teknologi dalam pendidikan.

Di desa dan di kota dalam tujuan pendidikan sama yaitu untuk mencerdasakan kehidupan bangsa, sama-sama pribadinya ingin terlepas dari kebodohan menuju kecerdasan. Pendidikan di kota sangat berbeda dibandingkan pendidikan di desa, yang mana di kota didukung oleh sarana informasi yang mumpuni, sarana transportasi sebagai akses pun sangat baik, jaringan internet dimana-mana, sarana sekolah baik, karena dukungan orang tua di desa dengan di kota berbeda, sehingga orang tua berlomba-lomba menyekolahkan ke sekolah yang unggul dengan tambahan biaya yang tidak sedikit. Begitupun banyak orang desa yang pergi ke kota untuk melanjutkan sekolah atau kuliah yang berharap mendapat pendidikan yang lebih di kota. Para pendidiknya pun di kota lebih lengkap disertai dengan fasilitas dan banyak kemudahan-kemudahan yang didapat serta dalam penghasilan pun berbeda dengan pendidik di desa.

Pendidikan di desa berbanding terbalik dengan di kota, di mana di lihat dari sarana gedung sekolah pun banyak yang rusak, guru-gurunya rata-rata tenaga honorer, Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun kurang, sarana informasi termasuk jaringan internet masih kurang, termasuk sarana dan alat pembelajaran seperti laptop pun masih kurang jumlahnya tidak sebanding dengan pemakainya. Dalam hal pendanaan pun pendidikan di desa hanya mengandalkan dari dana Biaya Operasional Sekolah (BOS), karena partisipasi seperti sumbangan untuk penyelenggaraan pendidikan di daerah pedesaan masih kurang. Dalam kehadiran siswa pun terkadang masih rendah dan suasana di sekolah pun antara di kota dan di desa juga berbeda. Fasilitas sekolah perkotaan relatif lebih maju, tidak seperti yang ada di desa gedung sekolahnya pun banyak yang masih memprihatinkan. Di sekolah perkotaan anak-anak berseragam rapi, sementara di sekolah pedesaan masih menjadi pemandangan sehari-hari bagaimana anak-anak sekolah berseragam aneka warna.

1. Pendidikan di kota

Secara geografis daerah kota identik dengan perumahannya yang padat sekolah bertingkat juga penduduknya banyak, mata pencahariannya berbeda-beda seperti pejabat, pegawai, pedagang, wiraswata, buruh dan sebagainya, penduduknya heterogen, karena banyak pendatang dari berbagai daerah menuju kota. Bagi yang mampu orang tua siswa cenderung menyekolahkan di sekolah unggul dengan sarana yang lengkap, dan di tunjang dengan kegiatan-kegiatan yang membuat siswa mempunyai pengalaman baik dalam proses belajarnya. Bagi yang kurang mampu orang tua siswa menyekolahkan anaknya di sekolah biasa atau pilihan yang terkadang lebih jauh dari jarak rumahnya, itupun menyebabkan masalah sosial karena terjadi kecemburuan sosial dimana terjadi jurang pemisah antara yang punya dan yang tidak punya. Sehingga peningkatan kualitas pendidikan terganjal oleh ketimpangan dan kemiskinan. Sekolah yang baik dan unggul biasanya serba lengkap dan tentunya berpeluang menghasilkan lulusan yang baik, karena di tunjang dengan sarana dan prasarana yang mumpuni juga yang kurang baik itu sebaliknya. Berbagai kemudahan bisa didapatkan yang ada otomatis mampu meningkatkan prestasi dan kualitas pembelajaran, misalnya kemampuan teknologi yang diserap pendidikan di kota siswa tidak lepas dari penggunaan alat media seperti gadget.

2. Pendidikan di desa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun