Generasi Emas Bangsa Terancam Penyakit Mematikan
Muhammad Ilham Juliansyah/191251062
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas AirlanggaÂ
Indonesia tengah melangkah menuju "Indonesia Emas" pada tahun 2045, ketika bangsa ini diperkirakan memiliki sumber daya manusia yang produktif, berdaya saing, serta mampu membawa kemajuan di berbagai bidang. Namun, harapan tersebut terancam oleh meningkatnya penyakit tidak menular, khususnya Diabetes Mellitus tipe 2, yang kini berkembang menjadi ancaman kesehatan serius di masyarakat. Penyakit ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga menurunkan kualitas generasi muda yang menjadi harapan masa depan bangsa.
Fenomena ini tidak muncul secara tiba-tiba. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pola hidup modern, konsumsi makanan cepat saji, serta meningkatnya minuman berpemanis menjadi faktor dominan. Data Penelitian dilapangan menegaskan bahwa konsumsi tinggi minuman manis erat kaitannya dengan meningkatnya resistensi insulin, obesitas, hingga lonjakan kadar gula darah pada usia muda. Paparan iklan di media sosial bahkan semakin memperkuat perilaku konsumtif terhadap minuman berpemanis di kalangan remaja. Jika kebiasaan ini dibiarkan, maka penyakit akibat gula akan semakin marak
Selain faktor gaya hidup, aspek genetik juga berperan besar. Studi yang dilakukan di Denpasar menunjukkan bahwa riwayat keluarga penderita DM tipe 2 meningkatkan risiko enam kali lipat bagi keturunan pertama untuk mengalami gangguan kadar glukosa darah. Artinya, meskipun seseorang berusaha menjaga pola makan, risiko tetap tinggi jika ada faktor keturunan yang kuat. Namun, faktor genetik ini tidak berdiri sendiri. Ia berinteraksi dengan lingkungan dan gaya hidup, sehingga pengendalian perilaku sehat tetap menjadi kunci utama pencegahan.
Lebih memprihatinkan lagi, tanda-tanda awal diabetes sudah banyak ditemukan pada usia remaja. sekitar 25% remaja dengan berat badan berlebih menunjukkan gejala diabetes. Remaja yang terbiasa mengonsumsi fast food, minuman manis dalam kemasan, dan jarang makan buah serta sayur memiliki risiko tinggi menderita penyakit ini di usia muda. Jika dibiarkan, kondisi ini tidak hanya menggerogoti produktivitas individu, tetapi juga menggerus kualitas sumber daya manusia yang diharapkan menjadi motor penggerak pembangunan.
Dampak terhadap masyarakat sangat luas. Secara sosial, meningkatnya angka penderita diabetes menambah beban keluarga dalam biaya pengobatan, perawatan jangka panjang, hingga hilangnya produktivitas akibat penyakit. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena angkatan kerja produktif justru terperangkap dalam lingkaran penyakit kronis. Dari sisi kesehatan masyarakat, beban pelayanan kesehatan akan semakin berat, mengingat pengelolaan diabetes memerlukan biaya besar dan terapi berkelanjutan.
Di sinilah pentingnya strategi promotif dan preventif. Edukasi kesehatan perlu digencarkan sejak usia sekolah, seperti meningkatkan pengetahuan siswa mengenai bahaya konsumsi makanan dan minuman manis. Upaya ini harus melibatkan keluarga, sekolah, serta pemerintah. Keluarga berperan dalam memberikan pola asuh konsumsi sehat, sekolah dapat menjadi basis promosi kesehatan, sementara pemerintah wajib hadir dengan regulasi pembatasan iklan dan penjualan minuman berpemanis yang menyasar anak dan remaja.
Menghadapi ancaman ini, masyarakat tidak bisa lagi menganggap enteng pola makan sehari-hari. Generasi muda harus didorong untuk lebih aktif berolahraga, mengurangi konsumsi gula, serta meningkatkan asupan gizi seimbang. Mengendalikan diabetes bukan hanya persoalan medis, melainkan juga investasi besar dalam menjaga kualitas generasi emas bangsa.