Sekuntum bunga kasih yang selalu kusimpan dalam sukma, disenandungkan penggalan puisi dari rahim atma. Sesungguhnya telah berlayar jauh ke tengah samudra untuk sekedar mencipta lupa. Namun, engkau tahu betapa melupakan adalah bagian tersulit jika hati tersulut rindu. Mengawang dan mengapung disudut ingatan yang tak hapus-hapus dari rintik hujan. Hujan ini renyai menerpa dan melembabkan segala ingatan tentang dirimu, tentang kita. Persuaan yang menjelma dari lembut tatapan yang berkecambah tumbuh dan mekar di dada. Menjadi benih-benih cinta, berputik kasih dan mekar dalam gelora asmara. Menjejaklah diatas puing-puing waktu penderaan rindu. Aku sungguh, sungguh tersiksa..
Bunga itu telah menghiasi taman tidur dan anganku, sulit membedakaan nyata dan maya. Aku larut dalam kerinduan syahdu yang menaklukkan lembaran-lembaran malam dalam bayangan dekapan
Bukankah kita adalah bilah-bilah waktu yang bersilangan, sesaat pertemuan yang mengikat jiwa telah luruh dan waktu tak pernah lagi mempertemukan kita.
Kini, di pusaramu kubacakan airmata puisi sederas luka rindu.