Mohon tunggu...
Yudo Mahendro
Yudo Mahendro Mohon Tunggu... Ilmuwan - sosiologi, budaya, dan sejarah

Alumni UNJ, belajar bersama Masyarakat Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Pitung, Budaya Pop dan Memori Kolektif Orang Betawi

25 April 2020   21:32 Diperbarui: 25 April 2020   21:33 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurutnya, perubahan konteks Sosial-Ekonomi pada era itu menjadi pemicu munculnya berbagai aksi perampokan yang dilaksanakan oleh para ‘jago’ atau pendekar yang berasal dari pinggir Batavia atau Ommlanden. Kepemilikan lahan yang di luar Batavia yang diserahkan kepada pengusaha-pengusaha asal Tionghoa, Eropa, dan Arab menciptakan ketidakadilan yang semakin besar dikalangan warga.

Olehkarenanya, munculah para bandit-bandit yang melakukan perampokan kepada tuan tanah atau mereka yang memiliki kesejahteraan berlebih. Menurut penjelasan Van Till, Si Pitung merupakan bandit yang melakukan perampokan dan pemerkosaan terhadap perempuan.

Aksi si Pitung berlangsung selama enam bulan. Schout Hinne yang pada waktu itu berhasil menghentikan sepak terjang Si Pitung berhasil mendapatkan simpati dan polularitas yang baik dari kalangan Eropa yang tinggal di Batavia kala itu.

Pada tahun 2011, Van Till Kembali menerbitkan karyanya yang berjudul “Banditry in West Java 1869-1942”. Pada buku ini Van Till juga membahas khusus tentang si Pitung dengan membandingkan berbagai data yang ada, mulai dari dokumen media masa, artikel, buku, tradisi lisan, dan juga film.

Salah satu penjelasan yang menarik dari tulisan ini ialah mengapa Si Pitung menjadi begitu popular dikalangan masyarakat Betawi, padahal ada banyak ‘jago’ atau pendekar lain yang bermunculan pada era tahun tersebut. Ia menjelaskan penggunaan senjata api jenis revolver yang digunakan oleh Pitung dan teman-temannya menjadi salah satu factor yang menyebabkan dirinya begitu fenomenal.

Terlepas dari perspektif yang digunakannya, karya-karya Van Till yang menyuguhkan berbagai data dan sumber memperkaya kazanah intelektual di Indonesia tentang legenda Si Pitung.

Bagi masyarakat Jakarta, nama Si Pitung tetap hidup sebagai simbol identitas kebetawian, terutama bagi mereka yang masih menekuni seni bela diri pencak silat.

Pitung dan silat Betawi bagaikan satu kesatuan, dua sisi dalam mata uang. Pitung menjadi tokoh panutan bagaimana ilmu bela diri silat Betawi harus difungsikan untuk membela kaum lemah, bukan sebatas ajang pamer kebolehan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun