Mohon tunggu...
Yudo Baskoro
Yudo Baskoro Mohon Tunggu... Lainnya - Former Expert Staff at House of Representatives of The Republic of Indonesia

Pour out some abstract things living in my head

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kok Wanita Bersuami Disebut Pe****r? (Membedah Pragmatika)

7 Maret 2023   20:48 Diperbarui: 24 Mei 2023   19:43 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.insperity.com/blog/effective-communication-strategies/

"Semua perempuan itu pelacur! Istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin ataupun uang belanja dan cinta, jika itu ada. Dan lagi pelacur itu penjaja seks komersial, sementara istri itu menjajakan kemaluannya secara sukarela dan gue gak suka kalau -SENSOR- gak dibayar!"

Kutipan diatas merupakan potongan wawancara dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial dalam podcast yang dipandu oleh komika Mongol Stres. Perempuan yang disapa Ayu tersebut berujar demikian karena mengutip kalimat dari sebuah buku. 

Setelah ditelusuri, buku yang dimaksud adalah sebuah novel fiksi sejarah berjudul Cantik Itu Luka yang dikarang oleh penulis Indonesia bernama Eka Kurniawan. Berdasarkan informasi dari Wikipedia, novel tersebut diterbitkan tahun 2002 atas kerjasama Akademi Kebudayaan Yogyakarta dan penerbit Jendela. Edisi kedua dan seterusnya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama sejak 2004.

Novel ini menceritakan tentang masa kolonial atau penjajahan, saat seorang perempuan dipaksa untuk menjual diri. Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang perempuan yang memiliki darah campuran Indonesia dan Belanda bernama Dewi Ayu yang lahir pada masa penjajahan Belanda. Dewi Ayu merupakan anak dari hasil perkawinan inses antara Henri Stammler dan Aneu Stammler yang merupakan pasangan satu ayah beda ibu. Adapun latar tempat dari novel ini yaitu kota Halimunda, yang merupakan kota fiksi karangan Eka Kurniawan. 

Diceritakan juga dalam novel tersebut bahwa Dewi Ayu dianugerahi kecantikan dan kedewasaan berpikir diatas wanita seumurannya. Hal ini membuat Dewi Ayu sangat menonjol dalam berbagai hal. Keputusan pertama yang membuat orang-orang terkejut adalah keputusan Dewi Ayu ingin menikahi Mak Gendik yang merupakan lelaki tua sebatang kara. keputusan ini dilatar belakangi karena Mak Gendik yang tidak lain adalah kekasih hati dari Mak Iyang yang merupakan nenek dari ibu Dewi Ayu sendiri. 

Hal ini dilakukan karena Dewi Ayu ingin mencoba mengobati sakit hati Mak Gendik yang dilukai oleh kakeknya sendiri. Ternyata kecantikan Dewi Ayu tidak mampu membuat Mak Gendik melupakan Mak Iyang . Justru Mak Gendik menyimpan dendam kepada keturunan Dewi Ayu dengan cara yang tidak pernah Dewi Ayu bayangkan sebelumnya. Setelah melalui berbagai masa kehidupan yang cukup kelam, sehingga membuat Dewi Ayu seakan ditakdirkan menjadi seorang pelacur di tempat Mama Kalong. Karena keistimewaannya membuat Dewi Ayu sangat populer tidak hanya di tempat pelacuran, tetapi juga di Halimunda pada umumnya.

[Sinopsis diatas dikutip dari https://www.fimela.com/lifestyle/read/4666220/10-kutipan-terbaik-novel-cantik-itu-luka-karya-eka-kurniawan-beserta-ulasannya]

Bahasa Sebagai Wujud Simbolisasi Rasa Dalam Interaksi

Manusia merupakan mahluk simbolik, dalam artian manusia cenderung untuk menamai suatu kondisi, situasi, objek, maupun fenomena lainnya, baik fenomena yang ada pada dalam maupun luar diri manusia. Tujuannya untuk memberi tanda, atau sekedar memberi pembeda antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Simbol yang tercipta ini disebut sebagai bahasa. Bahasa merupakan instrumen yang dipakai oleh manusia untuk berkomunikasi agar dapat bertukar informasi. 

Setiap negara, bahkan daerah dalam suatu negara, memiliki bahasanya sendiri yang dapat dibedakan dari segi bunyi, tata bahasa, sampai teknik pengucapannya. Dalam komunikasi, suatu kata dan/atau kalimat memiliki konotasi tertentu dalam masyarakat atau kelompok. Konotasi itu sendiri merupakan ekspresi rasa yang ditimbulkan terkait kata dan/atau kalimat yang diungkapkan, dibaca maupun didengar. Sehingga suatu kata maupun kalimat dalam suatu daerah/wilayah tertentu dapat berkonotasi/dirasakan baik  dan juga tidak baik. Kata "pelacur" adalah salah satu contoh dari sekian banyak kata yang berkonotasi buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun